0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi singkat tentang aspek perpajakan yang berlaku untuk apotek di Indonesia, termasuk jenis-jenis pajak seperti PPN, PPh Pasal 21, dan PPh Pasal 25 beserta contoh perhitungannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi singkat tentang aspek perpajakan yang berlaku untuk apotek di Indonesia, termasuk jenis-jenis pajak seperti PPN, PPh Pasal 21, dan PPh Pasal 25 beserta contoh perhitungannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi singkat tentang aspek perpajakan yang berlaku untuk apotek di Indonesia, termasuk jenis-jenis pajak seperti PPN, PPh Pasal 21, dan PPh Pasal 25 beserta contoh perhitungannya.
Universitas Muhammadiyah Surakarta Aspek Perpajakan Apotek Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian penghasilan (hasil pendapatan) kepada negara menurut peraturan perundang-undangan yg ditetapkan pemerintah & dipergunakan untuk kepentingan masyarakat Pajak Bumi & Bangunan (PBB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan (PPh) PPN Pajak yang dikenakan pada transaksi atas barang dan jasa kena pajak di Indonesia, nilainya ditambahkan pada harga pokok barang/jasa tersebut Besarnya = 10% PPh Pasal 21 Pajak yg dikenakan atas segala penghasilan (gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain) dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yg dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negri. Pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak dilakukan oleh pemberi kerja atau bendaharawan Besarnya adalah : PKP x Tarif PPh Pasal 21 (Pegawai Tetap) Penghasilan Bruto x 50% x Tarif PPh Pasal 21 (Pegawai Tidak Tetap) PKP = Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Netto – PTKP Tarif PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) terbaru selama setahun berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016 adalah : T/0 = Rp. 54.000.000 K/0 = Rp. 58.500.000 K/1 = Rp. 63.000.000 K/2 = Rp. 67.500.000 K/3 = Rp. 72.000.000 Berdasarkan PDJP No.PER-32/PJ/2015 : Tarif PPh Pasal 21 bagi WP ber NPWP PKP s/d Rp. 50 juta = 5% PKP Rp. 50 – 250 juta = 15% PKP Rp. 250 – 500 juta = 25% PKP > Rp. 500 juta = 30% Tarif PPh Pasal 21 bagi WP yg TIDAK ber NPWP 20% lebih tinggi dari WP ber NPWP CONTOH (1) Seorang Apoteker laki-laki, menikah, belum mempunyai anak, bekerja sebagai karyawan tetap suatu PMA sejak Februari 2016. Pendapatan bersih yang diterima pada bulan Agustus 2016 adalah Rp. 8.000.000 > Penghasilan 1 tahun Rp. 96.000.000; PTKP (K/0) Rp. 58.500.000; PKP Rp. 37.500.000; > PPh Pasal 21 5% x Rp. 37.500.000; Pajak terutang (per tahun) Rp. 1.875.000; > PPh pasal 21 bulan Agustus Rp. 156.250; > Jika TIDAK ber NPWP 120% x Rp. 156.250: Rp. 187.500; CONTOH (2) Seorang Apoteker bekerja sebagai tenaga lepas di salah satu PBF. Pendapatan yang diterima pada bulan April 2016 adalah Rp. 4.000.000: PPh Pasal 21 bulan April 2016 : Rp. 4.000.000 x 50% x 5% = Rp. 100.000; Jika TIDAK ber NPWP : 120% x Rp. 100.000; = Rp. 120.000; PPh Pasal 25 Wajib Pajak (WP), baik berupa Orang Pribadi (OP) atau Badan, yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dikenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 PPh Pasal 25 : pembayaran pajak penghasilan secara angsuran / per bulan, berdasarkan perhitungan PPh pasal 21 SPT tahun sebelumnya Ada 2 jenis PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu : Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WPOPPT) Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WPOSPPT) WPOPPT Orang yg melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa PPh Pasal 25 = 0.75% x omzet bulanan tiap masing- masing tempat usaha WPOPSPPT Pekerja bebas atau karyawan yg tidak memiliki usaha sendiri PPh Pasal 25 = PKP x Tarif PPh Pasal 17 PKP : Penghasilan Kena Pajak PPh Pasal 17 : Sampai Rp. 50.000.000 = 5% Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 = 15% Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 = 25% Di atas Rp. 500.000.000 = 30% Wajib Pajak Badan Perusahaan terbatas (PT), Perusahaan Firma (Fa), Perusahaan Perseroan Komanditer (CV) dll yang memiliki NPWP PPh Pasal 25 = Laba Fiskal x 25% CONTOH (3) Seorang Apoteker laki-laki, menikah, 1 anak, membuka usaha apotek yg dikelola sendiri. peredaran bruto bulan November 2016 adalah Rp. 60.000.000; > PPh pasal 25 WPOPPT = 0.75% x omzet per bulan = 0.75% x Rp. 60.000.000; = Rp. 450.000; Peredaran bruto setahun = 12 x Rp. 60 jt = Rp. 720 jt (< Rp. 4,8 M), dikenakan PPh final dan tidak ada angsuran PPh 25 PPh final = 1% x Rp. 60.000.000; = Rp. 600.000; Jika peredaran bruto per tahun > Rp. 4,8 M, maka dikenakan tarif PPh pasal 17 : = PKP x Tarif PPh pasal 17 = (Penghasilan netto setahun – PTKP) x Tarif PPh pasal 17 Semoga Bermanfaat