Anda di halaman 1dari 12

Attitude dan Aptitude dalam

Pemilihan Bahasa
Di susun Oleh :
Nurjanah
M. Fajar Sidiq
Salma Isni Anjali
Shabrina Komariah
Sri Mulyani
 Pengertian Attitude dan Aptitude
Attidude secara umum adalah sikap. Dalam kemampuan berbahasa
Attidude diartikan sikap bahasa. Sedangkan Aptitude dapat diartikan
dengan bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam
kemampuan berbahasa, Aptitude diartikan kecerdasan
Ciri-ciri Attitude dan Aptitude

Ciri-Ciri Sikap bahasa Attitude :


 Sikap (Attitude) itu bukan merupakan faktor hereditas atau tidak dibawa manusia
sejak lahir, tetapi terbentuk dan dipelajari seiring dengan perkembangan.
 Karena sifatnya non hereditas, maka dapat saja berubah ubah jika ada syarat yang
mendukung perubahan.
 Sikap (Attidude) tidak semata-mata bediri sendiri, melainkan selalu berhubungan
dengan obyek.
Ciri-Ciri Aptidude :
 Berhubungan dengan Kognisi (proses mental, memperoleh pengetahuan dan
memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat )
 Proses berpikir yang meliputi kelancaran.
 Kelenturan (Fleksibilitas)
 Orisinilitas dalam berpikir.
 Elaboration (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.
Jenis Pemilihan Bahasa

Dalam pemilihan bahasa ada 3 jenis pilihan bahasa, yaitu : Alih Kode, Campur
Kode dan memilihi variasi bahasa yang sama.
 1. Alih Kode (Code Switching)
 Ahli kode (code-switching)Peristiwa peralihan bahasa atau alih kode (code-switching) dapat
terjadi karena beberapa faktor. Rayfield (dalm Rokhman, 2013:26) berdasarkan studinya terhadap
masyarakat dwibahasa bahasa Yahudi-Inggris di Amerika mengemukakan dua faktor utama,
yakni respon penutur terhadap situasi tutur (seperti kehadiran seseorang dari luar dan perubahan
topik pembicaraan) dan sebagai alat retorik (seperti penekanan pada kata-kata tertentu atau
penghindaran terhadap kata-kata yang tabu). Menurut Blom dan Gumperz (dalam Rokhman,
2013:26) ada dua macam alih kode, yaitu (1) alih kode situasional (situational switching) dan (2)
alih kode metaforis (metaphorical switching). Alih kode yang pertama terjadi karena perubahan
situasi, sedangkan alih kode yang kedua terjadi karena bahasa atau ragam bahasa yang dipakai
merupakan metafora (yang melambangkan identitas penutur).
2. Campur Kode (Code Mixing)
 Campur kode (code-mixing) Campur kode (code-mixing) merupakan peristiwa percampuran dua
atau lebih bahasa atau dua ragam bahasa dalam suatu peristiwa tutur. Di dalam masyarakat tutur
Jawa yang diteliti juga diduga akan terdapat gejala tersebut. Gejala seperti itu cenderung
mendekati pengertian yang dikemukakan oleh Haugen (dalam Rokhman, 2013: 26) sebagai
bahasa campuran (mixture of languages), yaitu pemakaian satu kata, ungkapan atau frase pendek,
yang di Filipina (Sibayan dan Segovia dalam Rokhman, 2013: 26) disebut mix-mix atau halu-
halu atau Taglish, untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Tagalog dan bahasa Inggris.
Di Indonesia, Nababan (dalam Rokhman, 2013: 26) menyebutnya dengan istilah bahasa gado-
gado untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah
3. Memilih Satu Variasi bahasa yang sama (Intra Language Variaton)
Apabila seorang penutur bahasa Jawa berbicara kepada kepala desa dengan
menggunakan bahasa Jawa kromo, misalnya, maka ia telah melakukan pilihan
bahasa yang pertama itu.
Faktor Penandaan Pemilihan Bahasa

empat faktor utama yang mempengaruhi pemilihan bahasa dalam


interkasi sosial, yaitu
 latar (waktu dan tempat) dan situasi;
 partisipan dalam interkasi,
 topik percakapan, dan
 fungsi interaksi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak dinatarnya:
 perkembangan otak dan kecerdasan,
 jenis kelamin,
 kondisi fisik,
 lingkungan keluarga,
 kondisi ekonomi,
 setting social/lingkungan budaya,
 bilingualism (2 bahasa).
Terima Kasih
Mau Nanya Gak ?

Anda mungkin juga menyukai