Teknik Pemuliaan
Tanaman
Perkebunan
Kode Mata Kuliah PLH4315
Kredit Mata Kuliah 3 SKS (1-2)
Pengampu Mata Kuliah Resti Fadillah S.P., M.Si.
Koordinator Praktikum
Dosen Pengajar Resti Fadillah, S.P, M.Si
Maria Imelda Humoen SP., M.Si.
CPMK:
1. Mahasiswa mampu memahami teknik-teknik pemuliaan tanaman
2. Mahasiswa mampu memahami teknik persilangan buatan dan seleksi
3. Mahasiswa mampu memahami tentang reproduksi tanaman, sifat kualitatif, dan sifat kuantitatif serta
4. kemajuan seleksi kelompok tanamanmenyerbuk sendiri, silang dan membiak vegetatif
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan tenik persilangan buatan beberapa tanaman
Kuliah 14x (1x50 menit); kehadiran < 80% = tidak
boleh UAS; Praktikum 14x (2x170 menit) = 100%
Kontrak wajib
Komponen nilai: UTS (30%)+ UAS (30%) + Prak
Kuliah 60%). Nilai Praktikum = 50% rataan dari Lap + 30%
Kuis harian + 20% U.Prak
Tidak ada ujian perbaikan, mahasiswa diberi
kesempatan untuk melihat
berkas ujian
Buku Pegangan :
Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti,R. 2018.
Teknik Pemiliaan Tanaman: Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya
Wattimena, GA., Nurhajati, AM., Wiendi,
NMA., Purwito, A., Efendi, D., Purwoko, BS.,
Jurnal terkait
Minggu ke- Kemampuan yang Diharapkan (Sub-CPMK) Bahan Kajian/Materi Pembelajaran
1 Pemahaman mendasar mengenai pemuliaan tanaman Pendahuluan
serta mampu menjelasakan mengenai plasma nutfah
Penejelasan tentang kontrak kulih dan rencana
dan penyebaran tanaman
pembelajaran
Definisi dan konsep pemuliaan tanaman
Koleksi plasma nutfah
Pusat penyebaran tanaman
2 Memahami dan mampu menjelaskan mengenai Sistem perkembangbiakan tanaman,
perkembangbiakan tanaman bagi pemulia tanaman Ketakserasian dan mandul jantan
serta perrakitan dan produksi benih
3 Memahami dan menjelaskan mengenai karakter Karakter kualitatif dan hukum mendel
kualitatif tanaman berkaitan dengan pemuliaan tanaman
serta hukum mendel I dan II
4 Memahami dan menjelaskan mengenai karakter Karaketer kuantitatif dan heritabilitas
kuantitatif tanaman berkaitan dengan pemuliaan
tanaman dan heritabilitas
5 Memahami dan menjelaskan karakter ideal untuk Pengembangan ideotipe dan pemilihan tetua,
menunjang produktivitas tinggi tanaman , pemilihan Persilangan buatan
tetua serta persilangan buatan
6 Mampu memahami dan menjelaskan kriteria seleksi Seleksi dan kemajuan seleksi
tanaman dan mengevaluasi kemajuan seleksi
7 Memahami dan menjelaskan metode pemuliaan Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri
tanaman menyerbuk sendiri
Minggu Kemampuan yang Diharapkan (Sub-
Bahan Kajian/Materi Pembelajaran
ke- CPMK)
9 Memahami dan menjelaskan metode Pemuliaan tanaman menyerbuk silang
pemuliaan tanaman menyerbuk silang
10 Memahami dan menjelaskan pembentukan Pembentukan varietas hibrida dan pemuliaan
varietas hibrida serta konsep tanaman tanaman membiak vegetatif
membiak sendiri
11 Memahami dan menjelaskan peran Bioteknologi dalam pemuliaan tanaman,
bioteknologi dalam pemuliaan tanaman Adaptasi dan stabilitas tanaman
serta adaptasi dan stabilitas tanaman
merespon lingkungan tumbuh
12 Memahami dan menjelaskan teknik Teknik pemuliaan pepaya
pemuliaan papaya
13 Memahami dan menjelaskan Teknik Teknik pemuliaan kelapa sawit
pemuliaan kelapa sawit
14 Memahami dan menjelaskan Teknik Teknik pemuliaan karet
pemuliaan karet
15 Memahami dan menjelaskan pelepasan Pelepasan varietas dan perlindungan varietas
varietas dan perlindungan varietas tanaman tanaman
PENDAHULUAN (P-1)
01 Definisi dan konsep pemuliaan tanaman
04 ….
Definisi & Konsep Pemuliaan Tanaman
Perbaikan kualitas
Perbaikan tingkat adaptasi terhadap
Perbaikan kualitas dengan merakit varietas cekaman lingkungan
yang mempunyai kandungan nutrisi lebih
baik, kandungan anti nutrisi yang lebih Merakit varietas yang mempunyai toleransi terhadap
rendah, rasa yang lebih sesuai, bentuk dan cekaman lingkungan sehingga dapat beradaptasi pada
warna yang lebih menarik, daya simpan yang lahan-lahan marjinal dan mengurangi penggunaan input
lebih baik. air dan pupuk
.
Kompetensi Pendukung Ilmu Pemuliaan Tanaman
1. Genetika Tanaman
Genetika tanaman sebagai dasar untuk memahami pola pewarisan dan
kendali ekspresi gen-gen dari karakter-karakter yang dimuliakan.
a. Seleksi alam
Seleksi alam berperan dalam proses domestikasi dengan
menyebabkan tanaman sehingga lebih sesuai untuk
budidaya seperti terseleksinya genotipe dengan tipe
dormansi yang sesuai, atau genotipe dengan kerontokan
biji rendah
b. Seleksi buatan
Seleksi buatan oleh manusia antara lain menyebabkan
hilangnya duri, perubahan dalam kandungan bahan
beracun, perubahan rasa dan warna sehingga lebih
sesuai dengan kebutuhan manusia
Perubahan Morfologi dalam Domestikasi
Perubahan Perbaikan Tanaman
1. Tinggi Partisi fotosintat, Padi , gandum, kedelai,
Tanaman indeks panen kacang2an
2. Ukuran Kekerasan Kelapa, apel , tomat
batang, umur
panen
3. Cabang Bunga/malai Brassica, soba, ubi kayu
lebih banyak
4. Duri Mudah dipanen Bunga matahari, jagung
Padi liar
1.Jumlah penduduk
Pertambahan jumlah penduduk dunia pada tahun 2025
akan mencapai 8.04 milliar orang, sedangkan penduduk
Indonesia akan mencapai 316 juta orang.
Dunia akan memerlukan 3046.5 juta ton bahan pangan
sedangkan dengan produktivitas saat ini hanya akan
tersedia 2977.7 juta ton.
2. Konversi dan degradasi lahan pertanian
Degradasi dan konversi lahan pertanian terjadi dengan
cepat di wilayah yang padat penduduknya. Konversi
lahan sawah di Pulau Jawa mencapai 10 ribu ha/tahun
3. Leveling off laju produktivitas
Terjadi levelling off pada produktivitas varietas-varietas tanaman baru,
sehingga dikhawatirkan dengan varietas yang sekarang ada produksi
pangan tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
4. Perubahan iklim global
Akibat perubahan iklim global telah terjadi pergeseran musim dan
peningkatan insiden kekeringan secara meluas yang mengancam produksi
pangan dunia
5. Kebutuhan nutrisi
Kesadaran akan gizi yang meningkat menyebabkan tuntutan
yang lebih spesifik akan kandungan nutrisi dan anti
nutrisi dari produk pertanian.
Sumber daya yang tersedia
Termasuk daerah Asia kecil, Iran dataran b. Medicago sativa (blue alfalfa)
tinggi Turki. Dimana-mana di daerah ini
c. Sesamu indicum (wijen)
terdapat bermacam-macam tanaman
gandum (wheat) merupakan tanaman d. Linum usitatissimum (flax)
biji-bijian ternama makanan ternak,
e. Pisum sativum (kacang ercis)
sayuran dan buah-buahan
f. Cucumis melo (melon)
j. Cinchona calsaya
Sistem Perkembangbiakan
Tanaman Ketakserasian dan
Mandul Jantan (P-2)
Ketakserasian
Tipe-tipe ketakserasian
1. ketakserasian sendiri gametofitik (KSG/gametophytic self incompatibility)
2. ketakserasian sendiri sporofitik (KSS/sporophytic self incompability).
----------------------------------------------------------------------------------------------------
-
Pada sistem KSG, ketakserasian polen ditentukan oleh genotipe
mikrospora. Pada sistem KSS, ketakserasian polen ditentukan oleh
genotipe polen yang dihasilkan tetua.
Pada tanaman, ketakserasian sistem KSG adalah homomorfik,
sedangkan ketakserasian pada sistem KSS bisa homomorfik atau
heteromorfik.
Ketakserasian (lanjutan….)
Sejauh itu, dianggap bahwa KSG pada diploid adalah mutlak, hanya bagian
polen termutasi yang lolos menghasilkan SS.
Ada keadaan lain yang menyebabkan sitem KSG gagal berfungsi dan dapat
diwariskan pada keturunannya, yang disebut serasi palsu
(pseudocompatibility) (Richards, 1997). Keadaan tersebut meliputi hal-hal
berikut.
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian
1) Penyerbukan tunas
Pada nicotiana (pandey, 1959) dan petunia(Richard,1997), sejumlah biji
diperoleh dari hasil penyerbukan polen yang matang pada stigma yang
belum matang. Hal itu dapat disimpulkan bahwa gen S belum diekspresikan
pada tangkai putik muda sehingga terjadi pertumbuhan tabung polen yang
tak serasi.
1) Penyerbukan tunas
Pada nicotiana (pandey, 1959) dan petunia(Richard,1997), sejumlah biji
diperoleh dari hasil penyerbukan polen yang matang pada stigma yang
belum matang. Hal itu dapat disimpulkan bahwa gen S belum diekspresikan
pada tangkai putik muda sehingga terjadi pertumbuhan tabung polen yang
tak serasi.
2. Single, double, dan triple cross. Sistem ini telah digunakan dalam spesies
Brassica yang memiliki sistem inkompatibilitas sporofitik. Adanya keistimewaan
dominansi pada sistem tersebut menyebabkan adanya peluang untuk
menghasilkan genotipe-genotipe homozigot untuk alel-alel S (S1S1, S2S2, dsb.).
Benih untuk memelihara genotipe homozigot dihasilkan dengan penyerbukan
pucuk.
Ketakserasian (lanjutan….)
3. Kegunaan dan pemanfaatan ketakserasian sendiri
dalam pemiliaan tanaman
sistem ketakserasian sendiri dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk :
Mandul jantan dapat dibuat dengan diinduksi bahan kimia. Sterilisasi polen
dengan bahan kimia akan berguna dalam menggantikan prosedur emaskulasi
sebelum melakukan penyerbukan tangan pada program hibridisasi.
Bagaimana
genotip dari
turunan F2
tersebut ??
hukum mendel (lanjutan….)
Umpamakan sifat atau gen bunga merah kita namakan M, dan sifat atau
gen bunga putih kita namakan m
Ada perjanjian cara penulisan simbol huruf bagi gen yang bersifat dominan dan
yang resesif.
Gen yang dominan ditulis dengan huruf kapital (huruf besar), sedangkan yang
bersifat resesif ditulis dengan simbol huruf kecil.
Maka tanaman yang berbunga merah galur murni mempunyai genotip MM, dan
yang berbunga putih galur murni mempunyai genotip mm.
Gen-gen tadi juga berpasangan atau memiliki alel. Oleh karena itu, gen pada
tanaman kacang kapri selalu ditulis dengan simbol huruf secara lengkap,
misalnya MM, Mm, dan mm.
hukum mendel (lanjutan….)
Beberapa kesimpulan dari percobaan Mendel
1. Gen dominan (M) akan ”mengalahkan pengaruh” gen resesif (m) sehingga tanaman kacang kapri turunan
F1 dengan genotip Mm akan berbunga merah. Ini disebut sebagai prinsip dominan.
2. Turunan F1 dengan genotip Mm akan menghasilkan dua macam gamet yang bergenotip M dan m dalam
jumlah yang sama. Ini artinya kalua dihasilkan 100 serbuk sari maka 50 serbuk sari akan bergenotip M,
dan sisanya 50 serbuk akan bergenotip m. Begitu pula jika dihasilkan 100 sel telur maka yang 50 akan
bergenotip M, dan yang 50 lagi akan bergenotip m. Dengan kata lain, akan menghasilkan 50% serbuk sari
bergenotip M dan 50% bergenotip m; dan 50% sel telur bergenotip M dan 50% bergenotip m. Hal ini
terjadi karena pada waktu pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan gen Mm akan mengadakan
pemisahan (disebut juga segregasi) sehingga masing-masing sel kelamin yang terbentuk memperoleh
hanya satu gen saja, M atau m. Peristiwa pemisahan ini selanjutnya disebut sebagai prinsip segregasi
atau Hukum Mendel I.
3. Apabila diadakan pembastaran antara tanaman turunan F1 dengan tanaman F1 lainnya maka akan terjadi
turunan F2 yang terdiri dari 3 bagian (75%) bunga merah dan 1 bagian (25%) bunga putih. Secara bagan
dapat digambarkan dengan papan catur (papan Punnet) sebagai berikut:
hukum mendel (lanjutan….)
Percobaab Mendel yang lain.
Mendel membastarkan tanaman kacang
kapri bunga merah dengan tanaman kacang
kapri bunga putih. Turunan F1 diperoleh
tanaman kacang kapri berbunga ros (merah
muda), bukan bunga berwarna merah.
Mendel membastarkan tanaman Hal yang menarik dari hasil pembastaran ini ialah
kacang kapri biji bulat warna kuning timbul dua jenis biji baru yang sebelumnya tidak
(selanjutnya disingkat bulat-kuning) dimiliki oleh P (induk) atau oleh turunan F1.
Kedua jenis biji ini adalah bulat-hijau dan kisut-
galur murni, dengan kacang kapri kuning.
biji kisut warna hijau (disingkat Jenis baru ini, lain dari P maupun dari F1, disebut
kisut-hijau), juga galur murni. sebagai kombinasi baru atau rekombinasi.
Selain itu, diperoleh macam biji seperti macam biji
Diperoleh turunan F1 dibastarkan induknya (P), yaitu bulat-kuning dan kisut-hijau, yang
dengan turunan F1 selanjutnya disebut sebagai kombinasi parental.
Disebut demikian karena fenotipnya sama dengan
induk yang dibastarkan
Pada pembentukan gamet turunan F1, Mendel menyatakan :
bahwa sebuah gamet hanya akan mempunyai salah satu gen dari
sepasang gen sehingga sebuah gamet hanya akan mempunyai B (gen
bulat) atau b (gen kisut) dan K (gen kuning) atau k (gen hijau).
Empat macam gamet akan dihasilkan dalam jumlah yang sama, yaitu
BK, Bk, bK dan bk
1. Pada pembastaran dihibrid, yaitu yang melibatkan dua sifat beda, setiap pasang gen dari turunan F1
akan memisah dan mengelompok secara bebas menuju gamet pada waktu pembentukan gamet.
Karena ada peristiwa pemisahan dan pengelompokan secara bebas ini pada turunan F1,
dengan genotip BbKk akan dihasilkan 4 macam gamet, yaitu BK, Bk, bK dan bk, yang masing
masing mempunyai perbandingan ¼ : ¼ : ¼: ¼.
Selanjutnya pemisahan secara bebas ini disebut Mendel sebagai prinsip pemisahan gen
secara bebas atau disebut sebagai Prinsip/Hukum Mendel II. Untuk memahami prinsip ini
perhatikan papan catur
2. Karena dari turunan F1 dihasilkan 4 macam gamet maka turunan F2 akan dihasilkan 16
kemungkinan macam genotip atau kombinasi, seperti yang tampak pada papan catur tersebut,
dengan perbandingan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1, yaitu 9 bulat-kuning, 3 bulat-hijau, 3 kisut-kuning dan 1
kisuthijau. Dari 4 macam fenotip yang dihasilkan, muncul 2 fenotip baru, yaitu bulat-hijau dan kisut-
kuning, yang berbeda dari fenotip induk (P) dan juga dari fenotip turunan F1.
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
Hasil-hasil pembastaran seperti yang dilakukan oleh Mendel, ternyata
tidak semuanya berlaku untuk pembastaran makhluk hidup lainnya.
Perbandingan fenotip seperti 3:1 dan 9:3:3:1, pada turunan F2 tidak
selalu ditemukan. Misalnya pada suatu pembastaran diperoleh
hasil turunan F2 dengan perbandingan 9:7 atau 9:3:4, bukan
9:3:3:1.
Penyimpangan yang terjadi seperti itu disebut sebagai
penyimpangan semu dari temuan Mendel karena sebenarnya
perbandingan yang diperoleh seperti di atas dapat dilihat sebagai
perbandingan gabungan dari perbandingan 9:3:3:1 yang ada.
Perbandingan 9:7 merupakan perbandingan 9:(3+3+1), dan
perbandingan 9:3:4 merupakan perbandingan 9:3:(3+1).
T T Selected group
s ditanam
T'
Gambar 3.1. Perbedaan rata-rata populasi awal dan populasi hasil seleksi
Dari gambar tersebut
◆ Deferensialseleksi =>s,
dimana s = rerata Ts - rerata T
◆Respon seleksi = R, dimana
b1 =
Σxy
Σ x2 Where Σxy = Σ(xi – x)(yi –
Σ y)
2 =Σ i
2
==ΣX
ΣXY –{(ΣX)
2 –(ΣX) 2/n
(ΣY)}/n
ΣXY –{(ΣX)(ΣY)}/n
So, b1 =
ΣX2 –(ΣX)2/n
So for each data point (x, y) multiply the deviation of x
from the mean x by the deviation of y from the mean y.
3.3. Penggunaan heritabilitas
◆ Untuk mengetahui ada tidaknya
kemajuan seleksi (genetic gain) dari
populasi hasil seleksi (lihat Gambar 3.1)
– Dari Gambar 3.1 dapat diturunkan rumus
kemajuan seleksi, R = h² s
◆ Untuk menentukan metode seleksi yang
akan digunakan.
– Apabila nilai heritabilitas tinggi, maka dengan
seleksi sederhana mungkin sudah berhasil,
misalnya dengan seleksi massa.
◆ Untuk menentukan waktu
pelaksanaan seleksi pada generasi
awal atau generasi tertentu.
– Apabila heritabilitas tinggi dapat
diseleksi sejak awal (pedigree), generasi
2 atau generasi 3.
– Apabila heritabilitas rendah seleksi
dilakukan pada generasi
kemudian (Bulk)
3.4.Cara-cara pendugaan
heritabilitas arti luas
3.4.1. Penanaman genotip sama
²F2 - ²F1
H=
²F2
◆ Walaupun heritabilitas dapat diduga hanya
dengan menggunakan populasi F2 dan F1,
namun akan lebih baik apabila juga
digunakan populasi P1 dan P2.
◆ Populasi F1 genetik
heterosigot
secara namun homogen, sedang P1
adalah
dan P2homosigot.
◆ Apabila ragam lingkungan diperoleh dari
rata-rata tiga genotip, maka hasil tersebut
akan lebih teliti.
Nilai Negatif??
◆ Di lapang heritabilitas dapat saja diperoleh
nilai negatif yang berarti nilainya kecil.
◆ Sebenarnya, secara teori hal ini tidak
boleh terjadi karena P1, P2 dan F1 adalah
populasi yang mempunyai genotip
seragam, sehingga pada lingkungan yang
sama seharusnya mempunyai varian yang
kecil.
◆ Populasi F2 adalah hasil segregasi F1
sehingga secara teori mempunyai
keragaman lebih besar dari P1, P2
maupun F1.
Nilai Negatif??
◆ Di lapang heritabilitas dapat saja diperoleh
nilai negatif yang berarti nilainya kecil.
◆ Sebenarnya, secara teori hal ini tidak
boleh terjadi karena P1, P2 dan F1 adalah
populasi yang mempunyai genotip
seragam, sehingga pada lingkungan yang
sama seharusnya mempunyai varian yang
kecil.
◆ Populasi F2 adalah hasil segregasi F1
sehingga secara teori mempunyai
keragaman lebih besar dari P1, P2
maupun F1.
Pengembangan ideotipe
dan pemilihan tetua,
Persilangan buatan (P-5)
Seleksi dan kemajuan
seleksi (P-6)
Metode pemuliaan
tanaman menyerbuk
sendiri (P-7)
SELAMAT UJIAN
TENGAH
SEMESTER
Pemuliaan tanaman menyerbuk
silang (P-9)
Pembentukan Varietas
Hibrida dan Pemuliaan
Tanaman Membiak Vegetatif
(P-10)
Bioteknologi Dalam
Pemuliaan Tanaman,
Adaptasi dan Stabilitas
Tanaman (P-11)
Teknik Pemuliaan Pepaya
(P-12)
Teknik Pemuliaan Sawit (P-
13)
Pelepasan varietas dan
perlindungan varietas
tanaman
(P-15)
Teknik Pemuliaan Karet (P-
14)
SELAMAT UJIAN
AKHIR
SEMESTER