Anda di halaman 1dari 115

Prodi Budi Daya Tanaman Perkebunan

Teknik Pemuliaan
Tanaman
Perkebunan
Kode Mata Kuliah PLH4315
Kredit Mata Kuliah 3 SKS (1-2)
Pengampu Mata Kuliah Resti Fadillah S.P., M.Si.
Koordinator Praktikum
Dosen Pengajar Resti Fadillah, S.P, M.Si
Maria Imelda Humoen SP., M.Si.

CPMK:
1. Mahasiswa mampu memahami teknik-teknik pemuliaan tanaman
2. Mahasiswa mampu memahami teknik persilangan buatan dan seleksi
3. Mahasiswa mampu memahami tentang reproduksi tanaman, sifat kualitatif, dan sifat kuantitatif serta
4. kemajuan seleksi kelompok tanamanmenyerbuk sendiri, silang dan membiak vegetatif
5. Mahasiswa mampu mengaplikasikan tenik persilangan buatan beberapa tanaman
 Kuliah 14x (1x50 menit); kehadiran < 80% = tidak
boleh UAS; Praktikum 14x (2x170 menit) = 100%
Kontrak wajib
 Komponen nilai: UTS (30%)+ UAS (30%) + Prak
Kuliah 60%). Nilai Praktikum = 50% rataan dari Lap + 30%
Kuis harian + 20% U.Prak
 Tidak ada ujian perbaikan, mahasiswa diberi
kesempatan untuk melihat
berkas ujian
 Buku Pegangan :
 Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti,R. 2018.
Teknik Pemiliaan Tanaman: Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya
 Wattimena, GA., Nurhajati, AM., Wiendi,
NMA., Purwito, A., Efendi, D., Purwoko, BS.,
Jurnal terkait
Minggu ke- Kemampuan yang Diharapkan (Sub-CPMK) Bahan Kajian/Materi Pembelajaran
1 Pemahaman mendasar mengenai pemuliaan tanaman Pendahuluan
serta mampu menjelasakan mengenai plasma nutfah
 Penejelasan tentang kontrak kulih dan rencana
dan penyebaran tanaman
pembelajaran
 Definisi dan konsep pemuliaan tanaman
 Koleksi plasma nutfah
 Pusat penyebaran tanaman
2 Memahami dan mampu menjelaskan mengenai Sistem perkembangbiakan tanaman,
perkembangbiakan tanaman bagi pemulia tanaman Ketakserasian dan mandul jantan
serta perrakitan dan produksi benih
3 Memahami dan menjelaskan mengenai karakter Karakter kualitatif dan hukum mendel
kualitatif tanaman berkaitan dengan pemuliaan tanaman
serta hukum mendel I dan II
4 Memahami dan menjelaskan mengenai karakter Karaketer kuantitatif dan heritabilitas
kuantitatif tanaman berkaitan dengan pemuliaan
tanaman dan heritabilitas
5 Memahami dan menjelaskan karakter ideal untuk Pengembangan ideotipe dan pemilihan tetua,
menunjang produktivitas tinggi tanaman , pemilihan Persilangan buatan
tetua serta persilangan buatan
6 Mampu memahami dan menjelaskan kriteria seleksi Seleksi dan kemajuan seleksi
tanaman dan mengevaluasi kemajuan seleksi
7 Memahami dan menjelaskan metode pemuliaan Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri
tanaman menyerbuk sendiri
Minggu Kemampuan yang Diharapkan (Sub-
Bahan Kajian/Materi Pembelajaran
ke- CPMK)
9 Memahami dan menjelaskan metode Pemuliaan tanaman menyerbuk silang
pemuliaan tanaman menyerbuk silang
10 Memahami dan menjelaskan pembentukan Pembentukan varietas hibrida dan pemuliaan
varietas hibrida serta konsep tanaman tanaman membiak vegetatif
membiak sendiri
11 Memahami dan menjelaskan peran Bioteknologi dalam pemuliaan tanaman,
bioteknologi dalam pemuliaan tanaman Adaptasi dan stabilitas tanaman
serta adaptasi dan stabilitas tanaman
merespon lingkungan tumbuh
12 Memahami dan menjelaskan teknik Teknik pemuliaan pepaya
pemuliaan papaya
13 Memahami dan menjelaskan Teknik Teknik pemuliaan kelapa sawit
pemuliaan kelapa sawit
14 Memahami dan menjelaskan Teknik Teknik pemuliaan karet
pemuliaan karet
15 Memahami dan menjelaskan pelepasan Pelepasan varietas dan perlindungan varietas
varietas dan perlindungan varietas tanaman tanaman
PENDAHULUAN (P-1)
01 Definisi dan konsep pemuliaan tanaman

02 Koleksi plasma nutfah

03 Pusat penyebaran tanaman

04 ….
Definisi & Konsep Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan Tanaman adalah ilmu dan seni untuk


merakit keragaman genetik yang tersedia menjadi
varietas tanaman yang lebih berguna bagi manusia

Menghasilkan varietas tanaman dengan sifat-sifat


(morfologi, fisiologi, biokimia, agronomi) yang
sesuai dengan sistem budidaya yang ada dan
tujuan ekonomi yang diinginkan
Sasaran Program Pemuliaan Tanaman

Perbaikan Potensi Hasil Perbaikan Resistensi terhadap hama dan


Perbaikan potensi hasil dengan merakit varietas penyakit
unggul baru yang mempunyai kemampuan lebih
Merakit varietas yang resisten terhadap hama dan
tinggi dalam menghasilkan biomassa dan
penyakit, atau memperbaiki tingkat resistensi dari
menyalurkan biomassa ke bagian yang dapat
varietas yang telah diadopsi untuk melindungi hasil
dipanen
panen dari kerusakan akibat serangan hama dan
.
menyakit dan mengurangi penggunaan pestisida
.

Perbaikan kualitas
Perbaikan tingkat adaptasi terhadap
Perbaikan kualitas dengan merakit varietas cekaman lingkungan
yang mempunyai kandungan nutrisi lebih
baik, kandungan anti nutrisi yang lebih Merakit varietas yang mempunyai toleransi terhadap
rendah, rasa yang lebih sesuai, bentuk dan cekaman lingkungan sehingga dapat beradaptasi pada
warna yang lebih menarik, daya simpan yang lahan-lahan marjinal dan mengurangi penggunaan input
lebih baik. air dan pupuk
.
Kompetensi Pendukung Ilmu Pemuliaan Tanaman

Untuk mencapai tujuan pemuliaan tanaman, seorang pemulia harus mempunyai


kompetensi di bidang ilmu lain yang mendukung

1. Genetika Tanaman
Genetika tanaman sebagai dasar untuk memahami pola pewarisan dan
kendali ekspresi gen-gen dari karakter-karakter yang dimuliakan.

2. Agronomi dan Hortikultura


Memberikan pengetahuan tentang budidaya optimum yang
memungkinkan untuk terekspresinya potensi genetik dari materi
pemuliaan yang ditangani
3. Botani
Memberikan pemahaman tentang morfologi tanaman
yang membantu untuk mengkarakterisasi keragaman karakter yang dimuliakan
4. Fitopatologi dan Entomologi
Memberikan pengetahuan tentang siklus hidup, dinamika populasi,
keragaman ras, dan kerusakan yang ditimbulkan dari hama dan penyakit
untuk merakit varietas resisten
5. Fisiologi/biokimia
Memberikan pemahaman tentang proses pertumbuhan, dan respon tanaman
terhadap cekaman lingkungan menjadi dasar dalam mengembangkan varietas
berdaya hasil tinggi dan toleran cekaman lingkungan
6. Statistik dan Komputasi
Perancangan percobaan dan analisa data merupakan
bagian penting dalam kegiatan pemuliaan
tanaman
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMULIAAN TANAMAN

Pemuliaan tanaman telah mengalami evolusi yang panjang sejak manusia


prasejarah mulai melakukan domestikasi tanaman sampai berkembangnya
tanaman transgenik

Perkembangan ilmu pemuliaan tanaman sangat terkait dengan pemahaman


tentang sel, dan genetika, sehingga secara umum dibagi menjadi
perkembangan pra-Mendel dan pasca-Mendel

Seluruh perkembangan pemuliaan tanaman diawali dengan proses


domestikasi yang merupakan tindakan pemuliaan tanaman yang pertama
1. Domestikasi

 Domestikasi adalah proses perubahan dari tumbuhan


liar ke tanaman budidaya. Proses ini melibatkan
seleksi alam dan seleksi buatan oleh manusia yang
menyebabkan terjadinya perubahan karakter morfologi,
fisiologi dan biokimia tanaman sehingga menjadi lebih
sesuai dengan sistem budidaya dan kebutuhan manusia
 Domestikasi merupakan kegiatan pemuliaan tanaman
yang pertama karena telah menghasilkan perubahan
genetik dari tumbuhan liar menjadi tanaman budidaya
 Perubahan genetik terjadi karena adanya
perubahan frekuensi gen-gen akibat seleksi alam
dan seleksi oleh manusia
Peran Seleksi dalam Domestikasi

a. Seleksi alam
Seleksi alam berperan dalam proses domestikasi dengan
menyebabkan tanaman sehingga lebih sesuai untuk
budidaya seperti terseleksinya genotipe dengan tipe
dormansi yang sesuai, atau genotipe dengan kerontokan
biji rendah

b. Seleksi buatan
Seleksi buatan oleh manusia antara lain menyebabkan
hilangnya duri, perubahan dalam kandungan bahan
beracun, perubahan rasa dan warna sehingga lebih
sesuai dengan kebutuhan manusia
Perubahan Morfologi dalam Domestikasi
Perubahan Perbaikan Tanaman
1. Tinggi Partisi fotosintat, Padi , gandum, kedelai,
Tanaman indeks panen kacang2an
2. Ukuran Kekerasan Kelapa, apel , tomat
batang, umur
panen
3. Cabang Bunga/malai Brassica, soba, ubi kayu
lebih banyak
4. Duri Mudah dipanen Bunga matahari, jagung

5. Warna Warna lebih Sisal, nenas, terung


menarik
6. Kerontokan panen Jagung, kacang-
Biji kacangan, cabai,
wortel, tomat
Perubahan Fisiologi dan Biokimia dalam
Domestikasi
Perubahan Perbaikan Tanaman
Fisiologi
1.  fotoperioda, Adaptasi Beet, brassica, padi, tebu,
vernailisasi iklim gandum, kentang
2. Dormansi Adaptasi Padi, gandum,
budidaya, kacang2an, kentang
iklim
Perubahan Perbaikan Tanaman
Biokimia
Kandungan racun Rasa Mangga (resin), Brassica
(senyawa S), ubi kayu
(CN glikosida)
Domestikasi Padi

Perbaikan tinggi tanaman, kerontokan


biji dan dormansi melalui seleksi alam
dan seleksi buatan selama domestikasi

Padi liar

Varietas padi budidaya


2. Perkembangan pra Mendel

 Pada periode ini kegiatan pemuliaan tanaman telah


dilakukan tanpa pemahaman tentang peran gen dan
pola pewarisan sifat
 Beberapa perkembangan penting dalam periode ini
adalah :
1. Thomas Fairchild (1719) memperoleh tanaman hibrida
pertama
2. Koelreuter (1733-1806) mengemukakan bahwa
persilangan hanya akan berhasil jika antar tanaman
dalam spesies yang sama
3. Sprengel (1705-1816) menjelaskan struktur dan fungsi
organ reproduksi bunga dan sistem reproduksi
4. Patrik Sheireff (1819) menggabungkan hibridisasi dan
seleksi untuk membentuk varietas baru gandum
dan padi
3. Perkembangan Pasca Mendel
 Gregor Mendel pada tahun 1865 meletakan teori
dasar pewarisan sifat dengan menghubungkan antara
sifat dan “gen” yang memberikan landasan ilmu pada
kegiatan pemuliaan tanaman.
 Perkembangan ilmu genetika pasca Mendel
yang penting bagi pemuliaan tanaman antara lain
adalah :

1. Sutton dan Boveri (1903) menemukan bahwa gen berada


di kromosom
2. Fisher (1918) menerapkan hukum Mendel dalam
menjelaskan pola pewarisan sifat kuantitatif
3. Blaskeslee dan Avery (1937) mengembangkan cara
menggandakan kromosom yang berguna pada
persilangan antar spesies
4. Stadler (1928) mengembangkan induksi mutasi pada
tanaman dengan sinar X
5. Griffith (1928) menjelaskan bahwa gen terdiri
atas materi DNA
6. Watson dan Crick (1953) menjelaskan bentuk heliks
ganda dari DNA yang membantu pemahaman tentang
gen sebagai kode genetik dan bagaimana gen
mengendalikan karaker
7. Jacob dan Monod (1961) mengembangkan model operon
dari aksi gen dalam bentuk gen struktural, fungsional dan
regulator yang bekerja bersama dalam mengekspresikan
suatu karakter
8. Stanley Cohen dan Herbert Boyer (1973) berhasil
menggabungkan DNA dari dua organisme yang berbeda
yang kemudian menjadi dasar pengembangan
tanaman transgenik
Bentuk heliks ganda dari DNA
membantu pemahaman tentang
gen sebagai kode genetik dan
bagaimana gen mengendalikan
karaker
Beberapa perkembangan penting dalam ilmu
pemuliaan :

1. W. L. Johannsen (1900) mengembangkan teori galur


murni yang menjadi dasar dalam pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri
2. Shull (1908) mengemukakan konsep tentang heterosis
yang menjadi dasar bagi pemuliaan varietas hibrida
3. N.I. Vavilov (1925) mengembangkan konsep center of
origin bagi tanaman budidaya yang menjadi pedoman
dalam mengeksplorasi sumber keragaman bagi
pemuliaan
PEMULIAAN TANAMAN DI ABAD KE-21

Pemuliaan tanaman merupakan cabang ilmu yang terus akan


dituntut kontribusinya pada abad-abad mendatang dalam
pemenuhan sandang dan panan yang berkelanjutan. Namun
produksi pertanian ke depan akan menghadapi tantangan yang
berat antara lain; pertambahan jumlah penduduk, konversi dan
degradasi lahan pertanian, dan perubahan iklim global

1.Jumlah penduduk
Pertambahan jumlah penduduk dunia pada tahun 2025
akan mencapai 8.04 milliar orang, sedangkan penduduk
Indonesia akan mencapai 316 juta orang.
Dunia akan memerlukan 3046.5 juta ton bahan pangan
sedangkan dengan produktivitas saat ini hanya akan
tersedia 2977.7 juta ton.
2. Konversi dan degradasi lahan pertanian
Degradasi dan konversi lahan pertanian terjadi dengan
cepat di wilayah yang padat penduduknya. Konversi
lahan sawah di Pulau Jawa mencapai 10 ribu ha/tahun
3. Leveling off laju produktivitas
Terjadi levelling off pada produktivitas varietas-varietas tanaman baru,
sehingga dikhawatirkan dengan varietas yang sekarang ada produksi
pangan tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
4. Perubahan iklim global
Akibat perubahan iklim global telah terjadi pergeseran musim dan
peningkatan insiden kekeringan secara meluas yang mengancam produksi
pangan dunia
5. Kebutuhan nutrisi
Kesadaran akan gizi yang meningkat menyebabkan tuntutan
yang lebih spesifik akan kandungan nutrisi dan anti
nutrisi dari produk pertanian.
 Sumber daya yang tersedia

Untuk menghadapi tantangan di abad ke 21,


pemuliaan tanaman mempunyai sumber daya yang
dapat dimanfaatkan yaitu :
1. Teknologi
Pemuliaan tanaman mendapat teknik baru dengan
berkembangnya biologi molekuler dan bioteknologi
yang telah menyumbang dalam pemahaman tentang
ekspresi gen,marka molekuler yang digunakan untuk
Marker Assisted Selection. kultur jaringan dan
rekombinasi DNA
2. Organisasi
Kegiatan pemuliaan harus menjadi kegiatan yang melibatkan
baik lembaga pemerintah, universitas, dan swasta dengan
tugas yang seharusnya terpisah
a. Pemerintah
Lembaga penelitian pemerintah mempunyai tugas
menghasilkan varietas tanaman milik publik/dapat
diberbanyak petani, menghasilkan varietas tanaman
minor, dan pengelolaan plasma nutfah
b. Universitas
Perguruan tinggi mempunyai tugas mendidik calon
pemulia, dan pengembangan ilmu dan teknik
pemuliaan
c. Swasta
Perusahaan benih swasta menghasilkan varietas komersial,
dan mengkomersialisasikan benih hibrida
3.Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat pada pemuliaan abad ini bersifat
lebih aktif bahkan terlibat langsung dalam seleksi genotipe
unggul yang diinginkan oleh konsumen. Keterlibatan ini
diformalkan dalam bentuk participatory plant breeding

Participatory Plant Breeding (PPB) adalah program


pemuliaan yang melibatkan kerja sama antara pemulia,
petani, pedagang, pengolah, konsumen dan pembuat
kebijakan

Alasan utama mengapa PPB dirasa perlu adalah,


1. Banyaknya varietas yang dilepas tidak diadopsi oleh
petani karena kurang sesuai dengan kebutuhan petani
2. Kebutuhan konsumen/industri terhadap produk pertanian
yang spesifik
3. Keragaman lingkungan produksi yang memerlukan
keragaman dalam varietas yang tersedia.
Pemanfaatan partisipasi masyarakat dalam Participatory
Breeding dapat meningkatkan adopsi varietas baru karena,
1.Memanfaatkan pengetahuan pemulia tentang materi
genetik yang digunakan
2.Memanfaatkan pengetahuan petani tentang lingkungan
produksi dan kendala
3.Memanfaatkan masukan konsumen/industri tentang
spesifikasi khusus produk yang sesuai dengan teknologi
pengolahan dan permintaan konsumen
Koleksi Plasma Nutfah

 Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat


keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian
dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme.

 Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam


setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat
keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis
unggul atau kultivar baru.

 Plasma nutfah harus dikonversi karena plasma nutfah


sering mengalami erosi genetik yang mengakibatkan
jumlah plasma nutfah semakin menurun
Metode konservasi sumber daya genetik secara luas terbagi
menjadi dua :
Konservasi in-situ yaitu konservasi didalam kawasan
in-situ dan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Khususnya
untuk tumbuhan meskipun untuk populasi yang dibiakkan
ex-situ. secara alami, konservasi in-situ mungkin termasuk
regenerasi buatan apabila penanaman dilakukan tanpa
seleksi yang disengaja dan pada area yang sama bila
benih atau materi reproduksi lainnya dikumpulkan secara
acak.

hal yang diperhatikan dalam melaksanaan pelestarian plasma


nutfah :
1. Pengkajian teknologi pelestarian
2. Penyediaan tenaga ahli
3. Pembangunan sarana dan prasarana
Metode konservasi sumber daya genetik secara luas terbagi
menjadi dua :
 Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang
in-situ dan mengkonservasi spesies diluar distribusi alami dari populasi
aslinya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies
ex-situ. tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat
yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya di bawah
perlindungan manusia.

 Tujuan konservasi ex-situ untuk mendapatkan kondisi


penyimpanan yang ideal sehingga penyimpana plasma nutfah
dapat dipertahankan dengan menekan proses metabolism pada
tingkat yang sangat mini.

 Menurut Harington dalam Robert dan King (1979) penyimpanan


benih adalah salah satu metode preservasi genotif yang termudah
dan termurah.

Sumber :Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman


Pusat Penyebaran Tanaman

 Seorang ahli botani Rusia bernama Vavilov melakukan ekpedisi


keliling dunia dari tahun 1920-1940 dan hasil membuat koleksi
ribuan tanaman dari seluruh dunia.

 Hasil ekpedisinya membuat peta penyebaran genetik dan


membaginya ke dalam 8 pusat penyebaran genetik.

 Kedelapan pusat penyebaran tanaman, sebagai berikut:


Pusat Penyebaran Pusat Amerika Selatan
Tanaman
Pusat Meksiko
Pusat Cina Selatan dan Amerika
Tengah

Pusat India Pusat Abisinia

Pusat Asia Timur dekat


Pusat Mediteran

Pusat Timur Tengah


Pusat Cina
Merupakan pusat asal tanaman budidaya
a. Glycine hispida maxim (kedele)
tertua dan terluas di dunia. Daerah ini b. Phaseolus angularis (kara)
terdiri dari pegunungan dibagian tengah c. Phaseolus vulgaris (kara)
d. Avera meda (gandum)
dan barat serta diikuti lembah yang luas.
e. Phyllostachys sp. (bambu kecil)
f. Brasicca junces (sawi daging)
g. Prunus persica (pear)
h. Prunus armeniaca (aprikot)
i. Citrus sinensis (orange)
j. Sesamum indicum (wijen)
a. Oryza sativa (padi)
Pusat India b. Indigofera tinctoria (indigo)
c. Vigna sinensis (kacang
Sebagian besar terletak didaratan India panjang)
ditambah daerah Burma dan Assam. d. Solanum melongena (terong)
Daerah ini menuru Vavilov merupakan e. Cucumis sativus (mentimun)
f. Piper nigrum (lada)
tempat kelahiran tanaman padi, banyak g. Gossypium arboreum (kapas
tanaman kacang-kacangan dan tanaman pohon)
buah-buahan. h. Phaseolus calcaratus (rice
bean)
i. Colocasia antiquorum (taro
Pusat Indo-Malaya yam)
Termasuk malaysia, indonesia dan j. Phaseolus aconitifolius (math
bean)
pilipina. Pusat ini termasuk daerah
tropis dan cukup luas.
a. Discorea sp. (yam)
b. Citrus maxima (jeruk besar)
c. Musa sp. (pisang)
d. Cocos nucifera (kelapa)
e. Soccharum offisinarum (tebu)
Asia Timur dekat
Termasuk semua kawasan afganistan,
a. . Triticum compactum (club
Barat Daya India dan sebagian kecil wheat)
daerah rusia. Daerah ini tidak sepenting b. b. Secale cereale L (rye)
c. c. Pisum sativum (kacang
dua pusat terdahulu sebagian asal
ercis)
tanaman budidaya. Menurut Vavilov d. d. Linum usitatissinum (flax)
daerah ini merupakan tempat kelahiran e. e. Daucus carota (wortel)
f. f. Sesamum indicum (wijen)
beberappa spesies gandum dan kopi.
g. g. Raphanus sativus (lobak)
h. h. Pyrus malus (apel)
i. i. Lens esculenta (lentil)
j. j. Juglans regia (walnut)
Pusat Timur Tengah a.       Hordeum vulgare (barle)

Termasuk daerah Asia kecil, Iran dataran b.      Medicago sativa (blue alfalfa)
tinggi Turki. Dimana-mana di daerah ini
c.       Sesamu indicum (wijen)
terdapat bermacam-macam tanaman
gandum (wheat) merupakan tanaman d.      Linum usitatissimum (flax)
biji-bijian ternama makanan ternak,
e.       Pisum sativum (kacang ercis)
sayuran dan buah-buahan
f.       Cucumis melo (melon)

g.      Pistacia vera (pitachio)

h.      Punica granatum (pomergranate)

i.        Vitis vinifera (anggur)

j.        Prunus armeniaca (apricot)


Pusat Mediteran
Daerah ini terletak disekitar laut a. Tritum durum (durum wheat)
mediteran, baik yang merupakan bagian b.    Avena strigosa (hulled oat)
daratan Eropa mauoun Afrika. Menuru
Vavilov merupakan asal banyak macam c.    Brassica olerace (kubis)
sayuruan d.   Latula sativa (lettuce)

e.    Vicia faba (broad bean)

f.     Olea europea (olive)

g.    Apium gravecolens L. (seledri)

h.    Negella sativa L. (jintan hitam)

i.      Asparagus officinalis (asparagus)

j.      Mentha piperita L. (peperment)


Pusat Abisinia a. Triticum durum (durum wheat)

Terletak dibagian Afrika timur daya b.    Andropogum sorghum (sorgum)


menghadap ke laut merah. Daerah ini
c.    Pisum sativum (kacang ercis)
juga banyak ditemui tanaman sebangsa
gandum d.   Sesanum indicum (wijen)

e.    Coffea arabica (kopi)

f.     Eleusine coracana (african millet)

g.    Ricinus communis (castor bean)

h.    Lens esculenta (lentil)

i.      Triticum dicoccum (emmer)

j.      Hordeum vulgare (barle)


Pusat Meksiko Selatan dan Amerika Tengah
Termasuk daerah sekitar perbatasan antara
amerika tengah dan utara. Menurut Vavilov Zea mays (jagung)
merupakan kelahiran tanaman jagung, lada dan
buah-buahan tropika. Mungkin juga untuk b.    Cucubita ficifolia (waluh)
tanaman coklat, ketela rambut dan spesies kapas
c.    Gossypium hirsutum (kapas)

d.   Phaseolus vulgaris (kacang buncis)

e.    Carica papaya (pepaya)

f.     Canavalia ensiformis (kacang parang)

g.    Theobroma cacao (kakao)

h.    Ipomoea batatas (ketela rambat)

i.      Capsium frustescens (chili)


j.      Phascolus sp.
Allard. R. W. 1960, principles of plant breeding. john wiley. new York.
Anonymous,1973 principles of plant breeding. Course notes .set one AAUCS,

Pusat Amerika Selatan AUSTRALIA

Termasuk daerah sekitar perbatasan antara


amerika tengah dan utara. Menurut Vavilov   a. Ipomoea batatas (ketela rambut)
merupakan kelahiran tanaman jagung, lada dan
buah-buahan tropika. Mungkin juga untuk b.    Phaseolus lunatus (kacang lima/kacang kratok)
tanaman coklat, ketela rambut dan spesies kapas
c.    Gossypium barbabadense (kapas)

d.   Licopersicum esculentum (tomat)

e.    Nicotiana tobacum (tembakau)

f.  Carica papaya (pepaya)

g.    Solanum tuberosum (kentang)

h.    Phaseolus vulgaris (buncis)

i.  Cucurbito macimo (labu)

j. Cinchona calsaya
Sistem Perkembangbiakan
Tanaman Ketakserasian dan
Mandul Jantan (P-2)
Ketakserasian

Ketakserasian sendiri (self-incompatibility) adalah ketidakmampuan


tanaman hermafrodit (dan fertil) berbiji untuk menghasilkan zigot meskipun
telah terjadi penyerbukan sendiri (de nettancourt,1977).

Inkompatibilitas (incompatibility) adalah bentuk ketidaksuburan yang


disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman yang memiliki pollen dan ovule
normal dalam membentuk benih karena gangguan fisiologis yang
menghalangi fertilisasi.

Inkompatibilitas menghalangi terjadinya penyerbukan sendiri dan


mendorong terjadinya penyerbukan silang.
Ketakserasian (lanjutan….)

Penyebab terjadinya ketakserasian sendiri adalah :


1. Butir-butir polen tidak menempel ke kepala putik, atau
2. Butir polen berkecambah pada stigma atau tabung polen gagal
mempenetrasi stigma.
Ketakserasian (lanjutan….)
1. Tipe-tipe ketakserasian

Tipe-tipe ketakserasian
1. ketakserasian sendiri gametofitik (KSG/gametophytic self incompatibility)
2. ketakserasian sendiri sporofitik (KSS/sporophytic self incompability).
----------------------------------------------------------------------------------------------------
-
 Pada sistem KSG, ketakserasian polen ditentukan oleh genotipe
mikrospora. Pada sistem KSS, ketakserasian polen ditentukan oleh
genotipe polen yang dihasilkan tetua.
 Pada tanaman, ketakserasian sistem KSG adalah homomorfik,
sedangkan ketakserasian pada sistem KSS bisa homomorfik atau
heteromorfik.
Ketakserasian (lanjutan….)

 Mekanisme KS homomorfik di tunjukkan oleh adanya interaksi antara polen dan


pistil selama polinasi dan adanya hambatan sebelum proses fertilisasi. KS
homomorfik secara genetik diatur oleh satu atau dua lokus dengan multi alelik.
Polen dari tanaman dengan alel yang sama akan di tolak.
 KS heteromorfik disebabkan oleh perbedaan fenotipik struktur bunga. Umumnya
tanaman KS heteromorfik adalah heterostylic, distylic, atau tristylic.
 Contoh tanaman distylic adalah primula sinensis yang mempunyai dua tipe
bunga yaitu tangkai putik pendek dengan anter panjang, dan tangkai putik
panjang dengan anter pendek. Lythrum salicaria adalah contoh tanaman
tristylic yang mempunyai bentuk tangkai putik panjang, medium, dan pendek
dengan posisi anter kebalikan posisi tangkai putik (Richards,1997)
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian

 Sejauh itu, dianggap bahwa KSG pada diploid adalah mutlak, hanya bagian
polen termutasi yang lolos menghasilkan SS.
 Ada keadaan lain yang menyebabkan sitem KSG gagal berfungsi dan dapat
diwariskan pada keturunannya, yang disebut serasi palsu
(pseudocompatibility) (Richards, 1997). Keadaan tersebut meliputi hal-hal
berikut.
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian

1) Penyerbukan tunas
 Pada nicotiana (pandey, 1959) dan petunia(Richard,1997), sejumlah biji
diperoleh dari hasil penyerbukan polen yang matang pada stigma yang
belum matang. Hal itu dapat disimpulkan bahwa gen S belum diekspresikan
pada tangkai putik muda sehingga terjadi pertumbuhan tabung polen yang
tak serasi.

2) Irradiasi tangkai putik


 Pada tanaman petunia serta pada tanaman lilium, radisi sinar X pada
tangkai putik setelah penyerbukan sendiri mencegah terjadinya KS. Dosis
optimum untuk petunia adalah 2000 rads, sedangkan untuk Lilium melebihi
6000 rads. Radiasi proses polinasi atau 24 jam setelah proses polinasi
tidak memberikan pengaruh.
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian

1) Penyerbukan tunas
 Pada nicotiana (pandey, 1959) dan petunia(Richard,1997), sejumlah biji
diperoleh dari hasil penyerbukan polen yang matang pada stigma yang
belum matang. Hal itu dapat disimpulkan bahwa gen S belum diekspresikan
pada tangkai putik muda sehingga terjadi pertumbuhan tabung polen yang
tak serasi.

2) Irradiasi tangkai putik


 Pada tanaman petunia serta pada tanaman lilium, radisi sinar X pada
tangkai putik setelah penyerbukan sendiri mencegah terjadinya KS. Dosis
optimum untuk petunia adalah 2000 rads, sedangkan untuk Lilium melebihi
6000 rads. Radiasi proses polinasi atau 24 jam setelah proses polinasi
tidak memberikan pengaruh.
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian
3) Pengaruh polen pembimbing
 polen yang sesuai dengan tetua yang akan disilangkan, namun biasanya akan
mati sehingga dilanjutkan pertumbuhannya oleh polen yang akan disilangkan.
Polen pembimbing mempunyai peran sebagai pembuka jalan bagi proses
perkecambahan dan penetrasi tabung polen..
4) Temperatur tinggi
 Temperatur tinggi lebih dari 300C, biasanya pada temperature 600C, dapat
menghilangkan KS. Aplikasi temperature tinggi diterapkan pada tangkai putik
segera setelah penyerbukan sendiri. Hal tersebut dapat terjadi pada sistem KSG
maupun KSS. Pengaruh temperatur sangat spesifik untuk isozim tertentu dalam
tangkai putik(Pandey,1973) dan variasinya terjadi antara tanaman yang sensitive
terhadap panas. Wilkin dan Thorogood(1992) melaporkan suhu 340C telah
menyebabkan sistem KS pada ryegrass tidak berfungsi. Pseudocompatibility juga
dilaporkan pada gandum yang diberi perlakuan suhu tinggi.
Ketakserasian (lanjutan….)
2. Gangguan ketakserasian
5) Penghambat biologis
 Penghambat sistesis RNA seperti actinomycin D dan 6 methylpurin dan enzim
penghambat seperti puromycin dan ρ- chloromercuribenzoat, dapat membatasi
KS. Stone (2002) melaporkan mutasi akibat induksi radiasi menyebabkan
duplikasi lokus S dan mengganggu produksi S-Rnase yang menyebabkan
gagalnya sistem KS.
6) Kultur in vitro
 Pada petunia, fertilisasi in vitro dapat mengganggu KS. Butir polen dapat
berkecambah dengan kultur ovul. Agnew(1986) melaporkan kultur embrio
menyebabkan kegagalan sistem KS pada anggrek jenis vanda.
 Sebagai tambahan, alel-alel self-fertility(Sf) dapat muncul sehingga menyebabkan
alel-alel KS menjadi tidak efektif. Alel Sf adalah bagian dari seri alel S dan dapat
timbul akibat mutasi dari alel S. kadang-kadang, spesies KS diploid menjadi serasi
dengan induksi poliploidi. Pada saat ini, beberapa spesies poliploid, seperti
semanggi putih,memiliki alel-alel self-fertility.
Ketakserasian (lanjutan….)
3. Kegunaan dan pemanfaatan ketakserasian sendiri
dalam pemiliaan tanaman
sistem ketakserasian sendiri dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk :

1. Penyerbukan silang pada klon yang diperbanyak secara vegetatif, yang


memiliki sifat self-incompatible. Hal ini mungkin merupakan prosedur yang
paling sederhana dan telah digunakan dalam produksi hibrida bahiagrass Tifhi.
Dua klon yang self-incompatible, yang sekarang cross-compatible, dibentuk
pada bidang lahan yang berdekatan di lapang melalui perbanyakan vegetatif.
Benih dihasilkan dari penyerbukan silang diantara kedua klon. Sistem ini dapat
digunakan dalam penyerbukan silang pada spesies yang memiliki ketakserasian
sendiri gametofitik.
Ketakserasian (lanjutan….)
3. Kegunaan dan pemanfaatan ketakserasian sendiri
dalam pemiliaan tanaman
sistem ketakserasian sendiri dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk :

2. Single, double, dan triple cross. Sistem ini telah digunakan dalam spesies
Brassica yang memiliki sistem inkompatibilitas sporofitik. Adanya keistimewaan
dominansi pada sistem tersebut menyebabkan adanya peluang untuk
menghasilkan genotipe-genotipe homozigot untuk alel-alel S (S1S1, S2S2, dsb.).
Benih untuk memelihara genotipe homozigot dihasilkan dengan penyerbukan
pucuk.
Ketakserasian (lanjutan….)
3. Kegunaan dan pemanfaatan ketakserasian sendiri
dalam pemiliaan tanaman
sistem ketakserasian sendiri dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk :

3. Penggunaan alel-alel Sf dan pseudo-self-compatibility. Self-incompatibility tipe gametofitik telah digunakan


dalam pemuliaan bit gula hibrida dan direncanakan untuk semanggi merah hibrida. Pada bit gula, beberapa
produksi benih seringkali memperoleh inbred yang self-incompatible ketika ditanam pada tempat tinggi; atau
alel self-fertility (Sf) dapat diintroduksikan ke dalam inbred untuk memudahkan pemeliharaannya. Inbred-
inbred tersebut kemudian digunakan dalam produksi single atau double cross. Pada semanggi merah, produksi
benih hibrida dengan menggunakan galur inbred pseudo-selfcompatible telah direncanakan. Prosedurnya
identik dengan sistem doublecross yang dijelaskan di atas, perbedaannya adalah pseudo-self-
compatibility digunakan untuk menghasilkan galur inbred. Galur inbred pseudo-selfcompatible dapat diperoleh
dengan menggunakan temperatur tinggi, mutasi, atau cara lain. Kesulitan dalam mendapatkan galur inbred
pada tanaman seperti semanggi merah adalah harus memiliki dua sifat sekaligus, yakni pseudo-self-
compatible dan cukup vigor untuk ditanam pada lapang produksi benih komersial.
Mandul Jantan (male sterility)

Secara umum kemandulan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan


tanaman membentuk biji karena kegagalan polen atau sel telur berfungsi
secara normal.

Kemandulan pada tumbuhan terjadi karena ketidak-setimbangan nucleus


atau sitoplasmaakibat persilangan antarspesies yang berbeda.

Berikut beberapa hal yang menyebabkan terjadinya mandul jantan :


1. Benang sari tidak ada atau tidak tumbuh
2. Kegagalan memproduksi polen disebabkan oleh terganggunya beberapa
fase pertumbuhan.
3. Polen terbentuk namun gagal dalam proses pematangan karena adanya
penyimpangan susunan kepala sari.
Mandul Jantan (male sterility)

Mandul jantan genik (MJG)


terjadi pada banyak
spesies tanaman, baik
Mandul jantan genetic
tanaman menyerbuk
sendiri maupun tanaman
menyerbuk silang

Tanaman yang mempunyai


sitoplasma tertentu akan
dapat menyebabkan
Tipe mandul jantan Mandul jantan sitoplasmik
sterilitas bila disilangkan
dengan tanaman lain yang
normal

dikendalikan oleh interaksi


Mandul jantan sitoplasmik-
antara sitoplasma dan gen
genik
dalam inti.
Pengendalian Kimiawi

Mandul jantan dapat dibuat dengan diinduksi bahan kimia. Sterilisasi polen
dengan bahan kimia akan berguna dalam menggantikan prosedur emaskulasi
sebelum melakukan penyerbukan tangan pada program hibridisasi.

Penelitian dalam penggunaan bahan kimia untuk menekan perkembangan


polen telah dilakukan pada kapas, jagung, gandum,sorgum,dan tanaman
budidaya lainnya termasuk sayuran

Masalah utama dalam mendapatkan sterilitas seluruh polen adalah adanya


variasi respon pada genotipe-genotipe tanaman yang berbeda, pengaruh
lingkungan pada aksi bahan kimia, atau efek yang berbeda dari bahan kimia
itu sendiri.Sifat bahan kimia antara lain dapat diabsorbsi dan di translokasikan
ke jaringan meristem bunga pada waktu yang tepat dan pada dosis yang
paling efektif.
Aplikasi Mandul Jantan pada Pemuliaan Tanaman

Sebagai penghasil sterilitas genetic


Sebagaimana telah di utarakan sebelumnya, gen pengendali sterilitas dalam keadaan homozigot resesif. Untuk
memperoleh susunan gen demikian perlu dicari melalui silang-balik (back-cross)

Sebagai penghasil sterilitas sitoplasma


terilitas sitoplasma lebih luas digunakan untuk komersial karena jauh lebih mudah mempertahankan persediaan steriliras
polen, terutama untuk tanaman menyerbuk sendiri. Sterilitas ini mempunyai arti penting karena memungkinkan terjadi
persilangan secara masal untuk memperoleh biji hibrida.

Meningkatkan penyerbukan silang alami


Mandul jantan juga dapat meningkatkan penyerbukan silang alami pada tanaman menyerbuk sendiri. Gen
mandul jantan memberikan mekanisme untuk meningkatkan penyerbukan silang pada tanaman yang secara
alami menyerbuk sendiri.

Sebagai penghasil benih hibrida


Pada persilangan untuk menghasilkan benih hibrida, tanaman A mempunyai polen steril sehingga polen
sepenuhnya berasal dari tanaman B. kedua tanaman ini dipilih sebagai tetua yang dapat menimbulkan
heterosis pada F1.
Karakter kualitatif dan
hukum mendel (P-3)
Karakter kualitatif
umumnya dikendalikan oleh gen monogenik ataupun oligenik yang dicirikan
dengan sebaran fenotipenya diskontinu, pengaruh gen secara individual
mudah dikenali, cara pewarisannya sederhana, tidak atau sedikit dipengaruhi
oleh lingkungan (Trustinah, 1997).

Contoh keragaman kualitatif misalnya :


>> warna bunga, bentuk biji, dan sebagainya

Mengapa reaksi melalui analisis biokimia.


fisiologis pada tubuh Ternyata pada orang albino tidak dijumpai
seorang albino berbeda suatu enzim yang memecah asam amino
dengan pada orang yang yang akan menghasilkan pigmen melanin
normal ???? yang membuat rambut, kulit, dan iris mata
hitam
hukum mendel Gregor Mendel (18221884).

Di kebunnya Mendel mempunyai tanaman


kacang kapri yang beraneka ragam, ada
yang mempunyai bunga merah dan putih,
ada yang tanamannya tinggi dan rendah,
duduk bunga, warna dan bentuk polong
berbeda

Mendel memilih tanaman kapri yang


berbunga merah dan putih untuk
mempelajari penurunan sifat bunga merah
dan putih kacang kapri
hukum mendel (lanjutan….)
 Kedua tanaman kacang kapri galur murni,
yaitu yang berbunga merah dan yang
berbunga putih dipergunakan sebagai
induk, atau sebagai Parental (disingkat P).
 Serbuk sari dari bunga merah diletakkan
pada kepala putik bunga putih. Ini artinya
telah diadakan penyerbukan silang dengan
satu sifat beda (Gambar 1.2) yang dikenal
dengan istilah monohibrid, yaitu terkait
dengan warna bunga
hukum mendel (lanjutan….)
Mendel menyimpulkan :
 bahwa sifat merah dari bunga disebut
sifat dominan terhadap sifat putih dari
bunga tanaman kacang kapri.
 Artinya, sifat merah akan ”mengalahkan”
sifat putih bunga pada tanaman kacang
kapri sehingga sifat putih ”tertutup” oleh
sifat merah sehingga sifat putih tidak
tampak
Pembastaran antara tanaman kacang kapri bunga
merah dan bunga putih menghasilkan turunan F1
yang semuanya berbunga merah, dan turunan F2
yang berbunga merah 3 bagian dan berbunga putih
1 bagian atau 3:1.
hukum mendel (lanjutan….)
Ini berarti apabila dihasilkan 100 tanaman kacang kapri pada turunan F2 maka
akan dihasilkan 75 tanaman kacang kapri yang berbunga merah, dan 25 tanaman
kacang kapri yang berbunga putih pada turunan F2 tersebut

Bagaimana
genotip dari
turunan F2
tersebut ??
hukum mendel (lanjutan….)
Umpamakan sifat atau gen bunga merah kita namakan M, dan sifat atau
gen bunga putih kita namakan m
Ada perjanjian cara penulisan simbol huruf bagi gen yang bersifat dominan dan
yang resesif.
 Gen yang dominan ditulis dengan huruf kapital (huruf besar), sedangkan yang
bersifat resesif ditulis dengan simbol huruf kecil.
 Maka tanaman yang berbunga merah galur murni mempunyai genotip MM, dan
yang berbunga putih galur murni mempunyai genotip mm.
 Gen-gen tadi juga berpasangan atau memiliki alel. Oleh karena itu, gen pada
tanaman kacang kapri selalu ditulis dengan simbol huruf secara lengkap,
misalnya MM, Mm, dan mm.
hukum mendel (lanjutan….)
Beberapa kesimpulan dari percobaan Mendel
1. Gen dominan (M) akan ”mengalahkan pengaruh” gen resesif (m) sehingga tanaman kacang kapri turunan
F1 dengan genotip Mm akan berbunga merah. Ini disebut sebagai prinsip dominan.

2. Turunan F1 dengan genotip Mm akan menghasilkan dua macam gamet yang bergenotip M dan m dalam
jumlah yang sama. Ini artinya kalua dihasilkan 100 serbuk sari maka 50 serbuk sari akan bergenotip M,
dan sisanya 50 serbuk akan bergenotip m. Begitu pula jika dihasilkan 100 sel telur maka yang 50 akan
bergenotip M, dan yang 50 lagi akan bergenotip m. Dengan kata lain, akan menghasilkan 50% serbuk sari
bergenotip M dan 50% bergenotip m; dan 50% sel telur bergenotip M dan 50% bergenotip m. Hal ini
terjadi karena pada waktu pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan gen Mm akan mengadakan
pemisahan (disebut juga segregasi) sehingga masing-masing sel kelamin yang terbentuk memperoleh
hanya satu gen saja, M atau m. Peristiwa pemisahan ini selanjutnya disebut sebagai prinsip segregasi
atau Hukum Mendel I.

3. Apabila diadakan pembastaran antara tanaman turunan F1 dengan tanaman F1 lainnya maka akan terjadi
turunan F2 yang terdiri dari 3 bagian (75%) bunga merah dan 1 bagian (25%) bunga putih. Secara bagan
dapat digambarkan dengan papan catur (papan Punnet) sebagai berikut:
hukum mendel (lanjutan….)
Percobaab Mendel yang lain.
Mendel membastarkan tanaman kacang
kapri bunga merah dengan tanaman kacang
kapri bunga putih. Turunan F1 diperoleh
tanaman kacang kapri berbunga ros (merah
muda), bukan bunga berwarna merah.

Hal ini terjadi karena gen merah (M)


mempunyai pengaruh sama dengan
gen putih (m).
Pembastaran tanaman kacang kapri berbunga merah dengan
kacang kapri berbunga putih, akan menghasilkan turunan F2
dengan tanaman kacang kapri berbunga merah 1 bagian, yang
F1 di sini ialah turunan yang mempunyai sifat berbunga ros 2 bagian dan yang berbunga putih 1 bagian atau
intermediet, yaitu mempunyai sifat antara dari dengan perbandingan = 1:2:1. Di sini ada sifat intermediet.
kedua induknya.
Pembastaran yang dilakukan oleh Mendel seperti dibicarakan di
atas ialah pembastaran dengan satu sifat beda atau disebut
sebagai pembastaran monohibrid. Pembastaran ini hanya
melibatkan satu sifat, misalnya hanya sifat warna bunga
percobaan lain, yaitu melibatkan menghasilkan turunan F2 sebagai berikut
dua sifat beda atau disebut sebagai 315 bulat-kuning
pembastaran dihibrid. 108 bulat-hijau
101 kisut-kuning
32 kisut hijau

Mendel membastarkan tanaman  Hal yang menarik dari hasil pembastaran ini ialah
kacang kapri biji bulat warna kuning timbul dua jenis biji baru yang sebelumnya tidak
(selanjutnya disingkat bulat-kuning) dimiliki oleh P (induk) atau oleh turunan F1.
 Kedua jenis biji ini adalah bulat-hijau dan kisut-
galur murni, dengan kacang kapri kuning.
biji kisut warna hijau (disingkat  Jenis baru ini, lain dari P maupun dari F1, disebut
kisut-hijau), juga galur murni. sebagai kombinasi baru atau rekombinasi.
 Selain itu, diperoleh macam biji seperti macam biji
Diperoleh turunan F1 dibastarkan induknya (P), yaitu bulat-kuning dan kisut-hijau, yang
dengan turunan F1 selanjutnya disebut sebagai kombinasi parental.
Disebut demikian karena fenotipnya sama dengan
induk yang dibastarkan
Pada pembentukan gamet turunan F1, Mendel menyatakan :
 bahwa sebuah gamet hanya akan mempunyai salah satu gen dari
sepasang gen sehingga sebuah gamet hanya akan mempunyai B (gen
bulat) atau b (gen kisut) dan K (gen kuning) atau k (gen hijau).
 Empat macam gamet akan dihasilkan dalam jumlah yang sama, yaitu
BK, Bk, bK dan bk

Dari turunan F2 terdapat 16 kemungkinan kombinasi turunan yang terdiri


dari: 9 bagian bulat-kuning, 3 bagian bulat-hijau, 3 bagian kisut-kuning dan
1 bagian kisut-hijau sehingga dapat dikatakan bahwa perbandingan
turunan yang diperoleh pada F2 adalah = 9:3:3:1. Perbandingan ini dapat
ditulis dengan cara lain, yaitu 9/16 : 3/16 : 3/16 : 1/16.
Dari pembastaran dihibrid yang
dilakukan Mendel tersebut di atas
dapat dibuat kesimpulan bahwa:
Pembastaran antara tanaman kacang kapri biji bulat kuning
dengan tanaman kacang kapri biji kisut-hijau akan menghasilkan
turunan F2 dengan perbandingan 9:3:3:1.
Dari pembastaran dihibrid yang dilakukan Mendel tersebut di atas dapat dibuat kesimpulan
bahwa:

1. Pada pembastaran dihibrid, yaitu yang melibatkan dua sifat beda, setiap pasang gen dari turunan F1
akan memisah dan mengelompok secara bebas menuju gamet pada waktu pembentukan gamet.

 Karena ada peristiwa pemisahan dan pengelompokan secara bebas ini pada turunan F1,
dengan genotip BbKk akan dihasilkan 4 macam gamet, yaitu BK, Bk, bK dan bk, yang masing
masing mempunyai perbandingan ¼ : ¼ : ¼: ¼.
 Selanjutnya pemisahan secara bebas ini disebut Mendel sebagai prinsip pemisahan gen
secara bebas atau disebut sebagai Prinsip/Hukum Mendel II. Untuk memahami prinsip ini
perhatikan papan catur

2. Karena dari turunan F1 dihasilkan 4 macam gamet maka turunan F2 akan dihasilkan 16
kemungkinan macam genotip atau kombinasi, seperti yang tampak pada papan catur tersebut,
dengan perbandingan fenotip = 9 : 3 : 3 : 1, yaitu 9 bulat-kuning, 3 bulat-hijau, 3 kisut-kuning dan 1
kisuthijau. Dari 4 macam fenotip yang dihasilkan, muncul 2 fenotip baru, yaitu bulat-hijau dan kisut-
kuning, yang berbeda dari fenotip induk (P) dan juga dari fenotip turunan F1.
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
Hasil-hasil pembastaran seperti yang dilakukan oleh Mendel, ternyata
tidak semuanya berlaku untuk pembastaran makhluk hidup lainnya.
 Perbandingan fenotip seperti 3:1 dan 9:3:3:1, pada turunan F2 tidak
selalu ditemukan. Misalnya pada suatu pembastaran diperoleh
hasil turunan F2 dengan perbandingan 9:7 atau 9:3:4, bukan
9:3:3:1.
 Penyimpangan yang terjadi seperti itu disebut sebagai
penyimpangan semu dari temuan Mendel karena sebenarnya
perbandingan yang diperoleh seperti di atas dapat dilihat sebagai
perbandingan gabungan dari perbandingan 9:3:3:1 yang ada.
Perbandingan 9:7 merupakan perbandingan 9:(3+3+1), dan
perbandingan 9:3:4 merupakan perbandingan 9:3:(3+1).

Selain perbandingan fenotip pada turunan F2 yang tidak sesuai


dengan penemuan Mendel, muncul pula fenotip baru yang tidak
sesuai dengan prinsip yang ditemukan oleh Mendel. Di sini tampak
seolah-olah ada ”penyimpangan” dari apa yang telah ditemukan oleh
Mendel
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL (lanjutan ….)
Mengapa dapat
terjadi semacam
penyimpangan Ahli genetika dari Inggris yang bernama
seperti itu ??? Bateson telah menjelaskan mengapa terjadi
semacam penyimpangan dari temuan
Mendel.
 Penyimpangan yang tampak pada
perbandingan fenotip tersebut dapat
dijelaskan karena banyak ciri-ciri atau sifat-
sifat makhluk hidup dipengaruhi oleh dua
atau lebih pasangan gen.
 Perbandingan fenotip pada turunan F2
akan berubah (tidak sesuai dengan
temuan Mendel) dengan berbagai ragam,
tergantung dari bentuk interaksi atau saling
mempengaruhi antar sifat atau gen
Karaketer kuantitatif dan
heritabilitas (P-4)
heritabilitas
◆ Pada pendugaan penotip keturunan dari persilangan
dua tetua, peran varian aditif sangat penting karena
dapat diketahui sumbangan tetua terhadap populasi
F1.
◆ Persilangan tetua AABB dengan aabb, maka
genotip F1 adalah AaBb (contoh sebelumnya)
◆ Apabila terdapat peran yang lebih besar dari varian
genetik adalah nilai aditif, kita akan dapat menduga
bahwa nilai metrik dari F1 akan menjadi 15 ton/ha
(4+2+6+3)
Macam Heritabilitas
◆ Istilah umum yang menggambarkan proporsi varian
genetik terhadap varian total adalah heritabilitas.
◆ Terdapat dua macam heritabilitas yang dapat diduga.
◆ Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) adalah
rasio dari varian genetik total terhadap varian penotip
total.
◆ H = ²g/²p
◆ Heritabilitas arti luas dipakai apabila bekerja dengan klone
atau galur homosigot atau hibrida F1, karena pengaruh
aditifnya tidak akan berubah-ubah.
Heritabilitas Arti Sempit
◆ Heritabilitas arti sempit (narrow-sense
heritability) adalah rasio dari varian
genetik aditif terhadap varian penotip
total.
◆ h2 = ² a / ²p
◆ Heritabilitas arti sempit dipakai apabila
bekerja dengan populasi segregasi awal
dan populasi heterogen (cross pollinated).
Pada populasi demikian yang berubah-
ubah adalah genetik aditifnya.
Pendugaan
➢ Pendugaan heritabilitas adalah berlaku
khusus pada populasi dan lingkungan
yang sedang dianalisis.
➢ Pendugaan heritabilitas
adalah parameter populasi, bukan
parameter individu.
➢ Heritabilitas tidak mencerminkan
derajad genetik suatu sifat, tetapi
heritabilitas mengukur proporsi dari
varian penotip yang dipengaruhi oleh
faktor varian genetik.
Batasan Hallaower-Miranda

◆ Proporsi variabilitas genotip teramati yang


disebabkan oleh heriditas (genetic
effect), sedang sisanya dan interaksi
genotip x lingkungan disebabkan oleh
faktor lingkungan.
◆ Jadi varian genetik adalah ²g murni
sedang varian lingkungan termasuk
didalamnya varian interaksi genotip x
lingkungan (Heritabilitas Batasan Hallouer
dan Miranda).
Interaksi GL
◆ Untuk memasukkan interaksi ke dalam
lingkungan dapat dilakukan penanaman
multi lokasi, misalnya pada tahun berbeda
dan lokasi berbeda.
◆ Dari nilai taksiran kuadrat tengah
(Lihat Tabel), terlihat bahwa
semua varian interaksi terpisah
dari varian genotip.
◆ Apabila tidak ada sumber keragaman
tahun dan lokasi, maka semuanya akan
jadi satu dengan varian genotip.
Batasan Allard
◆ Efektivitas seleksi yang dapat diharapkan dalam
memanfaatkan keragaman genetik yang sering
disebut dengan respon seleksi (R)

T T Selected group
s ditanam

T'
Gambar 3.1. Perbedaan rata-rata populasi awal dan populasi hasil seleksi
Dari gambar tersebut
◆ Deferensialseleksi =>s,
dimana s = rerata Ts - rerata T
◆Respon seleksi = R, dimana

R = rerata T' - rerata T


◆ Sehingga heritabilitas : h²
= R/s
Batasan Hanson
1. Dengan melihat koefisien regresi
antara keturunan dengan tetua
(Parent-Offspring Regression),
dimana tetua sebagai variabel
bebas dan keturunan sebagai
variabel tak bebas
2. Rumus regresi Y = a + bx
Menghitung Koefisien Regresi b1
The regression coefficient (slope) is calculated by

b1 =
Σxy
Σ x2 Where Σxy = Σ(xi – x)(yi –

Σ y)
2 =Σ i
2
==ΣX
ΣXY –{(ΣX)
2 –(ΣX) 2/n
(ΣY)}/n
ΣXY –{(ΣX)(ΣY)}/n
So, b1 =
ΣX2 –(ΣX)2/n
So for each data point (x, y) multiply the deviation of x
from the mean x by the deviation of y from the mean y.
3.3. Penggunaan heritabilitas
◆ Untuk mengetahui ada tidaknya
kemajuan seleksi (genetic gain) dari
populasi hasil seleksi (lihat Gambar 3.1)
– Dari Gambar 3.1 dapat diturunkan rumus
kemajuan seleksi, R = h² s
◆ Untuk menentukan metode seleksi yang
akan digunakan.
– Apabila nilai heritabilitas tinggi, maka dengan
seleksi sederhana mungkin sudah berhasil,
misalnya dengan seleksi massa.
◆ Untuk menentukan waktu
pelaksanaan seleksi pada generasi
awal atau generasi tertentu.
– Apabila heritabilitas tinggi dapat
diseleksi sejak awal (pedigree), generasi
2 atau generasi 3.
– Apabila heritabilitas rendah seleksi
dilakukan pada generasi
kemudian (Bulk)
3.4.Cara-cara pendugaan
heritabilitas arti luas
3.4.1. Penanaman genotip sama

◆ Cara pertama yang paling sederhana


adalah dengan penanaman tanaman yang
genotipnya sama dan bertujuan
menaksir ragam lingkungan.
◆ Misalnya : Galur P1 disilangkan dengan
galur P2 untuk menghasilkan F1.
◆ Segregasi dari F1 menghasilkan F2.
◆ Heritabilitas dapat dicari dengan
penanaman P1, P2, F1 dan F2 pada
lingkungan yang sama.
◆ Pada F1, P1 dan P2 masing-masing akan
mempunyai keragaman yang disebabkan oleh
lingkungan (²e) dan ketiganya dapat
dipakai untuk menduga ²g.
◆ Pada F2 akan terdapat keragaman yang
disebabkan oleh genotipa dan
lingkungan.
◆ Dengan demikian,

²F2 - (²F1 + ²P1 + ²P2)/3


H=
²F2
◆ apabila populasi F1 tidak ada, heritabilitas dapat
diduga dengan

²F2 - (²P1 + ²P2)/2


H=
²F2

◆ dan apabila yang ditanam hanya F1 dan F2 saja,


maka

²F2 - ²F1
H=
²F2
◆ Walaupun heritabilitas dapat diduga hanya
dengan menggunakan populasi F2 dan F1,
namun akan lebih baik apabila juga
digunakan populasi P1 dan P2.
◆ Populasi F1 genetik
heterosigot
secara namun homogen, sedang P1
adalah
dan P2homosigot.
◆ Apabila ragam lingkungan diperoleh dari
rata-rata tiga genotip, maka hasil tersebut
akan lebih teliti.
Nilai Negatif??
◆ Di lapang heritabilitas dapat saja diperoleh
nilai negatif yang berarti nilainya kecil.
◆ Sebenarnya, secara teori hal ini tidak
boleh terjadi karena P1, P2 dan F1 adalah
populasi yang mempunyai genotip
seragam, sehingga pada lingkungan yang
sama seharusnya mempunyai varian yang
kecil.
◆ Populasi F2 adalah hasil segregasi F1
sehingga secara teori mempunyai
keragaman lebih besar dari P1, P2
maupun F1.
Nilai Negatif??
◆ Di lapang heritabilitas dapat saja diperoleh
nilai negatif yang berarti nilainya kecil.
◆ Sebenarnya, secara teori hal ini tidak
boleh terjadi karena P1, P2 dan F1 adalah
populasi yang mempunyai genotip
seragam, sehingga pada lingkungan yang
sama seharusnya mempunyai varian yang
kecil.
◆ Populasi F2 adalah hasil segregasi F1
sehingga secara teori mempunyai
keragaman lebih besar dari P1, P2
maupun F1.
Pengembangan ideotipe
dan pemilihan tetua,
Persilangan buatan (P-5)
Seleksi dan kemajuan
seleksi (P-6)
Metode pemuliaan
tanaman menyerbuk
sendiri (P-7)
SELAMAT UJIAN
TENGAH
SEMESTER
Pemuliaan tanaman menyerbuk
silang (P-9)
Pembentukan Varietas
Hibrida dan Pemuliaan
Tanaman Membiak Vegetatif
(P-10)
Bioteknologi Dalam
Pemuliaan Tanaman,
Adaptasi dan Stabilitas
Tanaman (P-11)
Teknik Pemuliaan Pepaya
(P-12)
Teknik Pemuliaan Sawit (P-
13)
Pelepasan varietas dan
perlindungan varietas
tanaman
(P-15)
Teknik Pemuliaan Karet (P-
14)
SELAMAT UJIAN
AKHIR
SEMESTER

Anda mungkin juga menyukai