Anda di halaman 1dari 18

TINGKAT KEMANDIRIAN

KELUARGA STRESS DAN


COPING KELUARGA
DISUSUN OLEH
LISA DEPITASARI 18320014
Pengertian Tingkat Kemandirian Keluarga 

 Menurut Anwar (2015:63), mengartikan kemandirian


merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki
kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan
bertanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukan,
namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri
bebas lepas tidak memiliki kaitan dengan orang lain.
 Menurut Makhfudli (2009:188), ada beberapa
kriteria kemandirian keluarga berdasarkan tingkat
kemandirian , diantaranya :
1) menerima petugas kesehatan
2) menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3) keluarga tahu dan dapat mengungkapan masalah
kesehatannya dengan benar 
4) kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5) melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
anjuran
6) melakukan tindakan pencegahan secara aktif , dan
7) keluarga mampu melakukan tindakan promotif secara
aktif.
 Friedman (1998) dalam Zulfitri (2012) menyatakan bahwa apabila 5
tugas kesehatan keluarga terpenuhi, maka keluarga tersebut
sudah menunjukan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan pada anggota keluarganya, meliputi:
1.keluarga diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan
yang dialami oleh seluruh anggota keluarga.
2.keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh
seluruh anggota keluarga.
3.keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari- hari
dirumah.
4.keluarga dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah
yang dapat mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota
keluarganya.
5.adalah keluarga diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati masalah
kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga.
 faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
keluarga.
1 Kemandirian Dipengaruhi Oleh Nilai-Nilai Yang
Ada Dalam Keluarga
Ada beberapa variable atau faktor penting yang
sangat mempengaruhi nilai- nilai dalam keluarga.
Nilai dan sistem keyakinan keluarga membentuk pola
perilaku terhadap masalah kesehatan yang mereka
hadapi. Maka dari itu nilai-nilai yang ada dalam
keluarga sangat mempengaruhi kemandirian keluarga.
Berikut variabel tersebut menurut Friedman (1998);
1.Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga
status ini juga merupakan faktor yang sangat kuat didalam nilai keluarga,
nilai ini dominan dari masyarakat berbeda-beda.
2.Etnis
Latar belakang etnik memberikan perbedaan yang besar dalam
memandang pentingnya suatu nilai dalam keluarga. Contohnya: keluarga
irlandia- amerika menempatkan nilai yang tinggi pada kemandirian.
3.Letak Geografis
Dalam hal tempat tinggal penduduk desa versus kota, penduduk desa
cenderung lebih tradisional dan konservatif daripada penduduk urban
dan suburban.
 4.Perbedaan generasi
Variable lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada
generasi manakah anggota tersebut hidup. Contohnya di amerika
serikat ada system nilai generasi .
2 Kemandirian Dipengaruhi Oleh
Perkembangan Perilaku Perawatan Diri
Keluarga

Gray (1996) dalam friedman (1998:42-43)


menulis bahwa perilaku perawatan diri keluarga
dapat berkembang lewat perpaduan pengalaman
social dan kognitif yang telah dipelajari melalui
hubungan interpersonal, komunikasi dan budaya
yang unik pada setiap keluarga.
1.Interpersonal
Anggota keluarga, baik secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau
menjalankan keharusan perawatan diri yang meliputi sikap mengenai kesehatan
mereka dan kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri
terhadap anggota keluarganya yang memiliki masalah kesehatan. Keluarga
mempengaruhi pengenalan dan interpretasi gejala penyakit anggota keluarganya.

2.Komunikasi
Komunikasi keluarga dikonsepsualisasikan sebagai salah satu dari empat
dimensi struktur dari system keluarga, beserta kekuasaan , peran dan pengambilan
keputusan serta dimensi struktur nilai.

3 .Budaya
Orientasi atau latar belakang kebudayaan keluarga dapat menjadi variable yang
paling berhubungan dengan memahami prilaku keluarga. System nilai dan fungsi
keluarga. Karena kebudayaan menembus dan mengitari tindakan individu. Keluarga
dan social, konsekuensinya pervasive dan implikasi pada praktik menjadi luas.
Professional kesehatan harus menyadari keunikan kualitas yang khusus, bermacam
gaya hidup , struktur dalam kebudayaan keluarga, karena itu posisi budaya sangat
penting dan merupakan karakter yang unik.
3. Penilaian Kemandirian Keluarga

Menurut Makhfudli (2009:188), kemandirian


keluarga dalam program Perawatan Kesehatan dibagi
menjadi empat tingkat dari keluarga mandiri tingkat
satu (paling rendah) sampai keluarga mandiri tingkat
empat (paling tinggi).
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2.Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.

b.Keluarga Mandiri Tingkat II


1.Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2.Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3.Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar.
4.Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5.Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c.Keluarga Mandiri Tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. 
2.Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. 

d. Keluarga Mandiri Tingkat IV


1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. 
2.Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
3.Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar. 
4. Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif.
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
-Psikoterapi individual. 
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
- Rehabilitasi psikiatri. 
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
- Latihan keterampilan sosial.
 Pengertian Strategi Coping  Keluarga

Menurut Aldwin dan Revenson, strategi coping


merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan tiap
individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau
masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan,
tantangan yang bersifat menyakitkan, serta ancaman yang
bersifat merugikan.Strategi coping mengacu pada usaha
kognitif dan perilaku untuk menguasai, mengurangi atau
mentoleransi tuntutan internal maupun eksternal yang
diciptakan oleh situasi yang penuh stres.
Bentuk-bentuk Strategi Coping
Menurut Stuart dan Sundeen, terdapat dua jenis mekanisme coping
yang dilakukan individu yaitu coping yang berpusat pada masalah dan
coping yang berpusat pada emosi. Yang termasuk mekanisme coping
yang berpusat pada masalah adalah:

a.Konfrontasi, adalah usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau


menyelesaikan masalah secara agresif dengan menggambarkan tingkat
kemarahan serta pengambilan resiko.

b.Isolasi, yaitu individu berusaha menarik diri dari lingkungan atau


tidak mau tahu dengan masalah yang dihadapi.

c.Kompromi, yaitu mengubah keadaan secara hati-hati, meminta


bantuan kepada keluarga dekat dan teman sebaya atau bekerja sama
mereka
Sedangkan mekanisme coping yang berpusat pada emosi adalah sebagai berikut:

a.Denial, yaitu menolak masalah dengan mengatakan hal tersebut tidak terjadi
pada dirinya.
b.Rasionalisasi, yaitu menggunakan alasan yang dapat diterima oleh orang lain
untuk menutupi ketidakmampuan dirinya.
c.Kompensasi, yaitu menunjukan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan
dengan menonjolkan sifat yang baik.
d.Represi, yaitu dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari
ingatannya dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan saja.
e.Sublimasi, yaitu mengekpresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau
kemampuan dengan sikap positif.
f.Identifikasi, yaitu meniru cara berpikir, ide, dan tingkah laku orang lain.
g.Regresi, yaitu sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau sikap seperti
anak kecil.
h.Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain atas kesulitannya sendiri atau
melampiaskan kesalahannya kepada orang lain.
i.Konversi, yaitu mentransfer reaksi psikologi ke gejala fisik.
j.Displacement, kemudian diarahkan kepada orang lain.
Strategi Coping Keluarga
  Menurut Friedman dua tipe strategi coping keluarga, yaitu Internal
dan eksternal. Ada tujuh strategi coping internal, yaitu:

1.Mengandalkan Kemampuan Sendiri dari Keluarga. Keluarga


melakukan strategi ini dengan membuat struktur dan organisasi dalam
keluarga, yakni dengan membuat jadwal dan tugas rutinitas yang
dipikul oleh setiap anggota keluarga yang lebih ketat.

2.Penggunaan Humor. Menurut Hott (dalam friedman) perasaan humor


merupakan aset yang penting dalam keluarga karena dapat memberikan
perubahan sikap keluarga terhadap masalah yang dihadapi.

3.Musyawarah Bersama. Cara untuk mengatasi masalah dalam


keluarga adalah adanya waktu untuk bersama-sama dalam keluarga,
saling mengenal, membahas masalah bersama, makan malam bersama,
adanya kegiatan bersama keluarga.
 4.Memahami Suatu Masalah. Mekanisme mental dengan
memahami masalah yang dapat mengurangi atau menetralisir
secara kognitif terhadap bahaya yang dialami.

5.Pemecahan Masalah Bersama. Keluarga dapat mendiskusikan


masalah yang dihadapi secara bersama-masa untuk mencapai
suatu kesepakatan.

6.Fleksibilitas Peran. Fleksibilitas peran merupakan suatu


strategi coping yang kokoh untuk mengatasi suatu masalah
dalam keluarga. 

7.Normalisasi. Dilakukan untuk menormalkan keadaan keluarga


dapat melakukan coping terhadap sebuah stressor jangka
panjang yang dapat merusak kehidupan dan kegiatan keluarga.
Sedangkan strategi coping eksternal pada empat yaitu:
 
1.Mencari Informasi. Keluarga yang mengalami masalah
memberikan respon secara kognitif dengan mencari
pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan stressor.

2.Memelihara Hubungan Aktif dengan Komunitas. Coping ini


merupakan suatu coping keluarga bersifat umum, dalam hal
ini anggota keluarga adalah pemimpin keluarga dalam suatu
kelompok, organisasi, dan kelompok komunitas.

3.Mencari Pendukung Sosial. Pendukung sosial ini dapat


diperoleh dari sistem kekerabatan keluarga, kelompok
profesional, para tokoh masyarakat, dan lain-lain yang
didasarkan pada kepentingan bersama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai