Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Management of atopic dermatitis: are there differences


between children and adults?
Disusun Oleh :
Arini Utami Putri, S.Ked I4061191016

Dokter Pembimbing :
dr. James Alvin Sinaga, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU ANAK


RSUD DR. SOEDARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Pendahuluan
• Dermatitis Atopik → Penyakit kronis yg umum dijumpai pada bayi dan mengenai setiap
anak usia 5 tahun di daerah Eropa
• Penyakit ini biasanya muncul saat tahun pertama kehidupan dan 50% bertahan sampai
usia dewasa
• Penyakit kulit inflamasi kronis pruritus dihubungkan dengan perburukan kualitas hidup
yg signifikan
• Beberapa perbedaan dermatitis atopik pada anak-anak dan dewasa, meliputi:
1. Face to face contact/interview dengan dua orang berbeda (orangtua dan anak)
2. Fisiologi kulit (fungsi barier, sistem imun)
3. Aspek klinis ( morfologi, distribusi, differential diagnoses)
4. ‘Atopic march’ (perkembangan gejala atopik)
5. Management (faktor pemicu, off-label use medication, topical dermatotherapy)
The ‘face-to-face contact/interview with two different persons’
(parents and children)

• Percakapan antara pasien dan dokter didasari oleh ikatan kepercayaan yang
baik → menentukan kepatuhan orangtua meliputi :
a) Efek samping obat-obatan (corticophobia, calcineuria inhibitor phobia)
b) “Atopic March” karena mereka tidak tau apakah anak mereka mengalami
asthma, rinitis alergi dan alergi makanan
• Situasi ini makin parah jika ibu/ayah juga memiliki DA tapi tidak pernah
menjalani program edukasi DA.
• Cork et al → Edukasi berhubungan dg penyebab DA & penggunaan obat yg
tepat & penghilang rasa sakit mengurangi keparahan DA dan ↑ kualitas hidup
pasien secara signifikan.
Skin physiology and pathophysiology in early childhood

• Bayi usia < 2 tahun memiliki epidermis yang dan stratum korneum yg lebih tipis serta
korneosit yg lebih kecill
• Fungsi barier epidermal yg diukur dengan hidrasi dan transepidermal water loss (TEWL)
berbeda dari anak-anak yg lebih tua hingga orang dewasa
• Natural moisturizing factors (NMFs) dan konsentrasi lipid pada kulit bayi lebih rendah
dibanding dewasa, kulit bayi telah terbukti memiliki kandungan air & TEWL yg lebih tinggi
• Pada anak usia dini -> high PH, high desquamation & tingkat proliferasi yang tinggi →
gangguan struktur & fungsi penghalang epidermis yg rentan terhadap faktor lingkungan
(alergen, mikroba dan iritan) dan obat-obatan emolien yg dioleskan
• Terdapat risiko penyerapan yg tinggi pada anak usia dini karena tingginya rasio permukaan
tubuh terhadap berat badan → terutama pada pasien dengan dermatitis atopik yg dikenal sbg
penyakit klasik dari defek sawar epidermis.
Clinical Aspects (Morphology, Distribution, Diferential Diagnosis

• Karakteristik morfologi : lesi eksudatif meliputi


eritema, papul, pustula, krusta dan oozing
• Childhood -> jenis lesi eksematosa dengan likenifikasi
di lipatan ekstremitas
• DA nunmular pada dewasa di bawah tungkai sedangkan
anak-anak terutama bayi di badan.dengan lesi bisa
eksudatif, vesikel maupun oozing. (gambar 2)
• DA pada anak muncul manifestasi klinis yg sangat
awal bahkan pada neonatus.
Clinical Aspects (Morphology, Distribution, Diferential Diagnosis

Differential diagnoses (DD):


 Netherton’s syndrome → Defect of the hair shaft trichorrhexis
invaginata (bamboo hair) → Penegakkan diagnosis dg
immunohistochemistry (loss or reduced LEKTI) 9 dan atau molecular
analysis of the SPINK 5 gene mutation.
 Generalized peeling skin syndrome (GPSS) → Autosomal recessive
dgn mutasi gen CDSN yg menyebabkan hilangnya semua
corneodesmosin → klinis : erythroderma and generalized
desquamation → diagnosis dg immunohistochemically examination
 Dermatitis Seboroik pada bayi berbeda dengan dewasa. Dengan
predileksi di area popok, wajah dan kulit kepala
 DD lain meliputi : Omenn Syndrome, Langerhanscell histiocytosis
dan skabies.
‘Atopic March’ (Atopic Symptoms Are In Development)

• Dermatitis atopik (DA) berhubungan dg alergi makanan, rinitis dan asthma, tingginya
serum IgE. → DA Ekstrinsik
• Sekitar 20% pasien memiliki serum IgE yang normal dan tidak sensitif terhadap alergen
lingkungan. → DA Intrinsik
• Atopic march pada DA intrinsik lebih tinggi pada bayi dibanding anak yg lebih tua &
dewasa.
• Jumlah total sensitisasi spesifik alergen tertinggi ditemukan pada anak-anak dgn DA
berat dibandingkan anak-anak dgn DA ringan atau sedang.
• DA pada anak dapat muncul kembali setelah bertahun-tahun remisi.
Management (trigger factors, off-label use-medication, topical
dermatotherapy)

 Trigger Factors
• Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding dewasa. Terdapat hubungan
antara DA dengan alergi makanan, namun alergi makanan pada anak usia dini sering
bersifat sementara sehingga tes allergi harus dilakukan 1-2 tahun kemudian.
• Pada penelitian kohort observasional → setengah dari bayi dengan alergi susu telah
sembuh dalam 66 bulan → prediktor resolusi adalah kadar IgE spesifik terhadap susu yg
rendah, skin prick test wheal rendah dan AD ringan.
• Pemberian makanan penyebab alergi secara terus-menerus, daripada diet eliminasi sering
dilakukan untuk perkembangan dan pemeliharaan toleransi oral.
• Namun waktu & jumlah paparan kulit dan oral pada anak , apakah memiliki alergi atau
toleransi masih belum diketahui.
• Berdasarkan bukti yg tersedia saat ini, kita harus mengikuti gudelines yg ada sampai
ditemukan temuan baru mengenai pengukuran pencegahan .
 Off –Label Use- Medication
• Pemberian obat off-label pada anak merupakan praktik umum → mengacu pada pemberian
dosis dan frekuensi obat yg berbeda dari yg di indikasikan secara normal, indikasi penyakit yg
berbeda, kelompok usia yg tidak diizinkan untuk digunakan dan rute pemberian yg berbeda
• Di India 50,6% resep tidak diberi label banyak diberikan pada bayi → furosemid, diazepam,
sefotaksin dan trambutol prednisolon sering diberikan.
• The European Treatment of severe Atopic eczema in children taskforce (TREAT) survey →
respon terhadap email di undangan 44,8% (343/765) → obat imunosupresan sistemik
diberikan pada anak-anak dgn DA refrakter : siklosporin (43%), kortikostteroid (30,7),
azathioprine (21,7%)
• Sedangkan pada dewasa tidak ada evidence based untuk menggunakan obat-obatan ini →
sehingga diperlukan studi terkontrol secara acak pada anak-anak.
Topical Dermatotherapy

• Secara umum, zat yg dioleskan memiliki risiko absorpsi yg tinggi terutama pada anak usia dini
karna tingginya rasio permukaan tubuh terhadap berat badan.
• Anak usia dini tidak boleh diberikan zat topikal sepeprti hexaklorofen, asam salisilat, atau
alkohol.
• Waspada inflamasi topikal seperti kortikosteroid dan calcineurin inhibitors → namun, pada
beberapa kasus, obat-obatan yg efektif ini dapat ditoleransi dengan baik dan aman.
• Berdasarkan pedoman penggunaan kortikosteroid pada anak-anak → pemilihan obat
bergantung pada penyakit yg mendasarinya, usia pasien dan lokasi sakit.
• Pada anak pemberian kortikosteroid topikal cukup sehari sekali → pengunaan dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan atrofi kulit, timbul striae sampai efek sistemik (supresi axis
hypothalamic–pituitary–adrenal)
Topical Dermatotherapy

• Akhir-akhir ini telaah didokumentasikan pada anak-anak dgn dermatitis popok → diobati
dengan kortikosteroid kuat, clobetasol dan betametason
• Topical calcineurin inhibitors (TCI) → Terapi lini kedua untuk pengobatan singkat dan
intermiten DA ringan hingga sedang pada pasien ≥ 2 tahun
• Anak-anak DA off-label pemberian TCI digunakan sbg lini pertama (terutama daerah
intertriginosa, kepala dan leher) dan anak-anak dibawah < 2 tahun.
• Setelah regulasi FDA tahun 2005 → tingkat pemberian TCI pada anak 2 tahun berkurang,
sedangkan obat off-label sebagai terapi lini pertama hanya berubah sedikit.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai