Disusun Oleh :
Muhammad Ikbar Samara (4112022042)
Pembimbing :
dr. Ade Netra Kartika, Sp. PD, MARS, FINASIM Letkol CKM (K)
Pendahuluan
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat
peningkatan angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan
termasuk di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap
kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh
darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi
di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1%
dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun 2013.
Jantung
Coronary Arteries
●3 Lapisan dinding jantung :
1. Epikardium : lapisan luar dan lapisan viseral lapisan serosa perikardium
2. Miokardium : lapisan tengah, membentuk bagian terbesar dinding jantung.
3. Endokardium : lapisan paling dalam, ada jaringan endotel, pembuluh darah
kecil dan bundel otot polos
●
2 Katup jantung :
1. Katup atrioventricular : Menghubungkan atrium dengan ventrikel . Terdiri
dari katup tricuspid -> menghubungkan antara atrium kanan dengan
ventrikel kanan, katup mitral / bicuspid -> menghubungkan antara atrium
kiri dengan ventrikel kiri.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan di dunia karena menjadi faktor risiko utama dari penyakit
kardiovaskular dan stroke. Di dunia, hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8%
dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari disability adjusted life years (DALY).
Sekitar 25% orang dewasa di Amerika Serikat menderita penyakit hipertensi pada tahun 2011-2012.
Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia:
5% usia 20- 39 tahun, 26% usia 40-59 tahun, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas.
ETIOLOGI
→ Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat asimptomatik. Beberapa pasien mengalami
keluhan berupa sakit kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur.
Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan
seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat
atau takikardi serta adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya.
Pada anamnesis dapat pula digali mengenai faktor resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas
fisik yang kurang, dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju eGFR.
CARA DIAGNOSIS
● Pemeriksaan Fisik
→ Dilakukan pengukuran tekanan darah pasien diambil rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke
dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi dapat ditegakkan.
● Pemeriksaan Penunjang
→ Dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah
lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa
pemeriksaan fungsi jantung berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi.
TATALAKSANA
Pengobatan Non Farmakologis
TIAZID Farmakokinetik :
A. Pencegahan primer
Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada
anamnesis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan
PENCEGAHAN
B. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi karena faktor
tertentu, tindakan yang bisa dilakukan berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-tindakan
seperti pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal atau stabil mungkin.
4) Batasi aktivitas.
PROGNOSIS
Prognosis hipertensi bergantung pada seberapa baik kontrol terhadap tekanan darah.
Hipertensi memerlukan manajemen jangka panjang. Hipertensi yang tidak tekontrol akan
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan target organ, sehingga meningkatkan morbiditas
dan mortalitas.
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
● Nama : Ny. A
● Tempat,tanggal lahir : 6 Oktober 1962 (60th)
● Alamat : Perum pusri iska residence
● Pekerjaan : Purnawirawan
● Jenis kelamin : Perempuan
● Agama : Islam
● Tanggal masuk : 1 Januari 2023
● No RM : 392836
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Januari 2023 pukul 10.00
WIB
Pasien merupakan seorang pensiun TNI AD. Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang
Kegiatan sehari-hari pasien mengurus hewan diberikan dokter spesialis penyakit dalam
peliharaan dirumah, pasien tinggal bersama yaitu Amplodipin, Metformin, dan
anak dan suaminya. Pasien Sudah lama acarbose. Pasien mengaku rutin
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
tinggi yaitu amlodipin 10 mg sebanyak satu kali
dalam sehari. Pasien tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• GCS : E4M6V5
• Nadi : 81 kali/menit, regular, kuat
• Suhu : 36.3 ˚C
• Pernapasan : 22 kali/menit
• SpO2 : 98%
• Tekanan darah : 198/100 mmHg
• Status Gizi
Berat badan : 81 kg
Tinggi badan : 153 cm
IMT : 34.6 ( Obesitas tingkat 2)
Pemeriksaan Fisik
KULIT
• Warna : Sawo matang HIDUNG DAN SINUS PRANASAL
• Pucat : Tidak pucat • Bentuk : Normal
• Jaringan Parut : Tidak ada • Nafas cuping hidung : (-)
• Turgor : Baik • Septum deviasi : Tidak ditemukan
• Nyeri tekan : (-)
KEPALA • Darah dan sekret : (-)
• Bentuk : Normocephal
• Rambut : Warna hitam keputihan, tidak mudah MULUT
• Bau pernapasan : Tidak ada
dicabut
• Faring : Hiperemis (-)
• Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
MATA • Lidah : Tidak deviasi, tidak atrofi
• Palpebra : Edema (-/-), hiperemis (-/-) • Uvula : Tidak deviasi
• Konjungtiva : Pucat/anemis (+/+) • Mukosa bibir : Kering (-)
• Sklera : Ikterik (-/-) • Pendarahan gusi : (-)
• Pupil : Bulat, isokor
• Refleks cahaya : RCL (+/+) RCTL (+/+) LEHER
• JVP : Normal, tidak ada peningkatan
TELINGA • Trakea : Tidak deviasi dan letak di tengah
• Bentuk : Normal • Kelenjar tiroid : Tidak teraba
• Pendengaran • KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
: Dalam batas normal
• Darah dan sekret : (-)
JANTUNG
PARU-PARU • Inspeksi
• Inspeksi Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
o Simetris saat statis antara hemitoraks dextra dan hemitoraks
sinistra • Palpasi
o Simetris saat dinamis antara hemitoraks dextra dan
Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis
hemitoraks sinistra sinistra
o Tidak terlihat sikatriks, tidak ada massa
• Perkusi
• Palpasi Batas Kanan : ICS IV linea
o Tidak terdapat nyeri tekan
parasternalis dextra
o Fremitus taktil dan vocal bilateral menurun dan simetris
Batas Kiri : ICS V linea midclavicularis
o Tidak ada krepitasi dan massa sinistra
Batas Pinggang Jantung : ICS III linea
• Perkusi
parasternalis sinistra
o Redup di bagian basal lapang paru
o Batas paru hepar ICS VI midclavicularis dextra
• Auskultasi
Katup mitral : Bunyi jantung I > II regular
• Auskultasi Katup tricuspid : Bunyi jantung I > II regular
o Suara dasar : Pada hemitoraks dextra dan sinistra terdengar
Katup aorta : Bunyi jantung I < II regular
suara vesikuler menjauh di bagian basal paru Katup pulmonal : Bunyi jantung I < II regular
o Suara tambahan : Rhonki (-), wheezing (-)
Gallop (-), murmur (-)
ABDOMEN
Inspeksi
• Tampak bulat (obese) dan simetris
EKSTREMITAS
• Sikatriks (+) pada regio suprapubik, massa (-)
• Tidak tampak pergerakan peristaltik usus
Lengan
Auskultasi • Edema : (-)
• Bising usus (N: 12x/menit) pada 4 kuadran abdomen • Petechie : (-)
• Tidak terdengar bising aorta abdominalis • CRT : < 2 detik
DARAH RUTIN