Anda di halaman 1dari 52

konsep dasar numerik

Pendidikan Matematika, 2023


Metode Analitik vs Metode Numerik

 Sering model matematika tersebut rumit dan tidak dapat diselesaikan


dengan metode analitik
 Kebanyakan persoalan matematika tidak dapat diselesaikan dengan
metode analitik.
 Metode analitik disebut juga metode exact yang menghasilkan solusi
exact (solusi sejati).
 Metode analitik ini unggul untuk sejumlah persoalan yang terbatas.
 Padahal kenyataan persoalan matematis banyak yang rumit, sehingga
tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik.
Perbedaan Metode Numerik dan Metode
Analitik
 Metode Numerik
 Solusi selalu berbentuk angka
 Solusi yang dihasilkan solusi pendekatan sehingga terdapat error
 Metode Analitik
 Solusi dapat berupa fungsi matematik
 Solusi yang dihasilkan solusi exact
Contoh

 Selesaikan integral di bawah ini

I   4  x 2 dx
1

1

 Metode Analitik
Metode Numerik

 Metode Rieman
 Metode Trapezoid
 Metode Simpson
 dll
Definisi Galat (Kesalahan )

Kesalahan (error/galat) adalah besarnya perbedaan


atau selisih antara nilai taksiran
(hampiran/aproksimasi) dengan nilai sesungguhnya
(eksak), kesalahan ini biasa timbul karena proses
pengukuran atau penggunaan aproksimasi.
Nilai Galat (Nilai Kesalahan)

Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran dapat


dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.

Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kuantitatif


disebut Kesalahan Absolut.

Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kualitatif


disebut dengan Kesalahan Relatif.
Nilai eksak dapat diformulasikan sebagai hubungan antara
nilai perkiraan dan nilai kesalahan sebagai berikut :
v = v’ + 

Dimana :
v = nilai eksak,
v’ = nilai perkiraan
 = nilai kesalahan
Kesalahan Absolut
10

Kesalahan absolut menunjukkan besarnya


perbedaan antara nilai eksak dengan nilai
perkiraan :
a = v – v’ 

Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya


tingkat kesalahan, tetapi hanya sekedar
menunjukkan selisih perbedaan antara nilai eksak
dengan nilai perkiraan.
Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif menunjukkan besarnya


tingkat kesalahan antara nilai perkiraan dengan
nilai eksaknya yang dihitung dengan
membandingkan kesalahan absolut terhadap
nilai eksaknya (biasanya dinyatakan dalam % ).
Rumus :

ξa
ξr  100%
V
dimana :
v = nilai eksak
r = kesalahan relatif
a = kesalahan absolut

Semakin kecil kesalahan relatifnya, maka nilai


perkiraan yang diperoleh akan semakin baik.
Contoh 1:

Soal :

Isna membeli kabel listrik 30 meter dari sebuah toko


alat-alat elektronika. Setelah diukur ulang oleh Isna
sesampainya di rumah, kabel tersebut ternyata
hanya mempunyai panjang 29,97 meter. Berapa
kesalahan absolut dan kesalahan relatif hasil
pengukuran yang dilakukan oleh Isna?
Penyelesaian :

Diketahui :
V = 30 meter
V’ = 29,97 meter
Kesalahan absolut
a =  30 – 29,97 = 0.03 meter
Kesalahan relatif
r =  0.03/ 30  * 100% = 0.1%
Contoh 2 :
15
Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil 9999 cm dan 9
cm. Apabila panjang yang benar (eksak) adalah 10.000 cm dan 10 cm.
Hitung kesalahan absolut dan relatif!

Solusi :
a. Kesalahan absolut
Jembatan : a = v – v’  = │10.000 – 9999 │= 1 cm
Pensil : a = v – v’  = │10 – 9 │= 1 cm
b. Kesalahan relatif
Jembatan :
ξa 1
ξr   100%   100%  0.01%
V 10000
Pensil :
ξa 1
ξr  100%  100%  10%
V 10
Kedua kesalahan sama yaitu 1 cm tetapi kesalahan
relatif pensil adalah jauh lebih besar
 Pendekatan Pencarian Akar-akar Persamaan
 Metode Pencarian Akar Persamaan
> Metode Pengurung
- metode Tabulasi & Grafis
- metode Bagi dua (Bisection)
- metode Posisi Palsu (Regula Falsi)
> Metode Terbuka
- metode Iterasi Satu Titik
- metode Newton-Raphson
- motode Secant
Studi Kasus
Akar
persamaan Akar
adalah Persamaan
nilai nol adl absis
sebuah titik potong
fungsi kurva y=f(x)
y=f(x) dgn sb.x
x0
adl akar
pers,
X0 jika x diberi
nilai x0 pers
y = f(x) f(x0)=0
adl benar.
Definisi
 Akar-akar suatu persamaan dari suatu
fungsi x sebenarnya adalah harga x yang
membuat f(x) = 0.
 Sebelum kemajuan komputer, menyelesaikan
suatu akar persamaan menggunakan
metode analitis dan grafik.
 Analitis  x2 - 3x -10 = 0
(bukan numerik)
(x-5) (x+2) = 0
x1 = 5 atau x2 = -2
f(x) = 2x + 5 f(x) = x2 +4x+3

x2=-1

x x
x=-2,5 x1=-3
BEBERAP
A
CONTOH
f(x) = cos x – ex
x=. . .

-10
x
x1=. . .
f(x) = 2x + 5 - sin x
5 March 5
2014
Jumlah Akar Persamaan

 Bila f(xi) dan f(xu) mempunyai tanda yang


sama, maka jumlah akar biasanya
merupakan bilangan genap.
Jumlah Akar
 Bila f(xi) dan f(xu) mempunyai tanda yang
berbeda, maka jumlah akar biasanya
merupakan bilangan ganjil.
Jumlah Akar
 Meskipun generalisasi ini biasanya benar,
tetapi ada kasus tertentu dimana suatu
fungsi mempunyai akar kembar atau fungsi
tersebut diskontinu.
Jika y=f(x) adalah kontinyu pada sebuah interval
dari x=a s/d x=b sedangkan f(a) dan f(b)
mempunyai tanda berlawanan, yaitu
f(a) * f(b) < 0
Maka dalam interval itu sekurang-kurangnya
terdapat satu akar.
AKAR AKAR PERSAMAAN DINYATAKAN
SEBAGAI TITIK POTONG DUA KURVA
 e(x- 5) – 5 cos x = 0 10
8
dinyatakan sebagai: 6 y=e(x-5) – 5cos x
4
e(x- 5) = 5 cos x 2
0
Sukar -2
Masing-masing sisi memprediksi -4
-6
diambil sbg fungsi: (menggambar
Kurva) akar
y = e(x- 5) y=e(x- 5)-5cos x
y = 5 cos x ? 10
8
6
 Titik potong kedua 4
kurva merupakan 2
y=e(x-5)
0
akar persamaan: -2
-4
e(x- 5) – 5 cos x = 0 -6 y=5cos x 10
Metode Tertutup (Akolade)
 Metode ini sering disebut metode
terkurung/tertutup karena membutuhkan dua
tebakan awal untuk menentukan akar suatu
f(x).
 Dua tebakan harus mengapit akarnya,
berarti harus ditentukan sebelum akar dan
setelah akar
 Dalam metode pengurung, grafik fungsi
digambar secara kasar.
Kasus Pengantar
 Berapa akar dari suatu f(x) = e-x-x ?
Dengan analitis sulit tetapi masih x f(x)
bisa diselesaikan dengan metode 0 1
grafik, dengan cara:
0,2 0,6187
0,3 0,4408

1 -0,632
Metode Tabulasi & Grafik
 Metode paling sederhana untuk memperoleh
tafsiran akar suatu f(x) dengan membuat
tabel dan grafik dari fungsi tersebut dan
kemudian mengamati berapa nilai x yang
menyebabkan f(x) berharga 0.
 Jika selang dari tiap perubahan nilai x
ditentukan semakin kecil, maka akan
menghasilkan nilai yang semakin teliti.
Metode Tabulasi
 Menentukan titik awal f(x), misal f(x1) dan f(x2)
Syarat: f(x1) * f(x2) < 0
Jika syarat tersebut terpenuhi, penyelesaian berada
pada nilai x1 dan x2
 Membuat tabel fungsi f(x), diantara f(x1) dan f(x2)
 Membuat tabel sekitar dua titik x penyebab
perbedaan tanda pada fungsi f(x)
 Mengulangi langkah ke 3 hingga diperoleh nilai yang
diharapkan.
Penyelesaian Persoalan (Tabulasi)
 Tentukan akar penyelesaian dari persamaan:
f(x) = 2-5x+sin(x) = 0
 Langkah:
 Tentukan f(x) awal yg memenuhi syarat, misal:
f(x1)=f(0)=2-5(0)+sin(0)=2
f(x1) * f(x2) < 0
f(x2)=f(1)=2-5(1)+sin(1)=-2,15853

 Buat Tabel x f(x) Abs. error


0

1
Metode Grafik (contoh)
 Ingin dicari suatu akar dari f(x) = ex - 2 - x2
 Tebakan awal x0 = 0,5 dan x1 = 1,5 dan
selangnya (x) = 0,5

x f(x)
0,5  0,60128

1  0,28172

1,5 0,23169
Metode Grafik (contoh)
 Tebakan awal x0 = 0,5 dan x1 = 1,5 dan
selangnya (x) = 0,25
x f(x)
0,5  0,60128
0,75  0,4455
1  0,28172
1,25  0,07216
1,5 0,23169
Metode Grafik (contoh)
 Tebakan awal x0 = 0,5 dan x1 = 1,5 dan
selangnya (x) = 0,2
x f(x)
0,5   Dengan selang x = 0,25, akarnya
0,60128 adalah x = 1,25.
0,7   Dengan selang x = 0,2, akarnya
0,47625 adalah x = 1,3. Dengan selang ini
0,9  0,3504 lebih teliti karena menghasilkan f(x)
yang nilainya lebih dekat dengan
1,1  0.
0,20583
1,3 
0,02070
Metode Bisection (Bagi Dua)
 Syarat: f(x) real/nyata dan kontinu dalam
interval xi s/d xu, dimana f(xi) dan f(xu)
berbeda tanda sehingga f(xi).f(xu) < 0
 Metode ini digunakan untuk menentukan
salah satu akar dari f(x).
 Dasar dari metode bagi 2 adalah
metode carian inkremental.
Metode Carian Inkremental
 Proses dimulai dengan menentukan sebuah interval
dimana fungsi tersebut bertukar tanda. kemudian
penempatan perubahan tanda dari akar ditandai
lebih teliti dengan cara membagi interval tersebut
menjadi sejumlah subinterval (pada metode bagi
dua, pencarian subintervalnya dengan cara
membagi dua). Setiap subinterval dicari untuk
menempatkan perubahan tanda. Proses tersebut
diulangi dengan subinterval yang semakin lama
semakin kecil hingga dicapai suatu proses
konvergensi
representasi
Algoritma Metode Bisection
1. Pilih harga xi yaitu harga x yang terendah
dan xu yaitu harga x yang tertinggi, agar
fungsi berubah tanda sepanjang interval
tersebut sehingga f(xi).f(xu) < 0
2. Taksiran pertama akar sebut dengan xr
ditentukan oleh: x x
xr i u
2
Algoritma Metode Bisection
3. Evaluasi harga xr untuk menentukan
subinterval mana yang akan memuat harga
akar dengan cara sebagai berikut
 Jika f(xi).f(xr) < 0, akar terletak pada subinterval
pertama, maka xu baru = xr.
 Jika f(xi).f(xr) > 0, akar terletak pada subinterval
kedua, maka xi baru = xr.
 Jika f(xi).f(xr) = 0, maka proses komputasi
berhenti dan akarnya = xr.
Algoritma Metode Bisection
4. Buat taksiran akar baru = xr baru dari

x r  x i  xu
2
5. Putuskan apakah taksiran baru cukup
akurat dengan kebutuhan yaitu biasanya |a|
 |s| yang ditentukan. Jika ya hentikan
komputasi, jika tidak kembali lagi ke
evaluasi.
2

Contoh Soal

 Selesaikan persamaan xe-x+1 = 0, dengan


menggunakan range x=[-1,0], maka diperoleh
tabel biseksi sebagai berikut :
2

Contoh Soal m biseksi

a  b
 Dimana x = 2

Pada iterasi ke 10 diperoleh x = -0.56738 dan f(x) = -


0.00066
 Untuk menghentikan iterasi, dapat dilakukan dengan
menggunakan toleransi error atau iterasi maksimum.
 Catatan : Dengan menggunakan metode biseksi dengan
tolerasi error 0.001 dibutuhkan 10 iterasi, semakin teliti
(kecil toleransi errorny) maka semakin besar jumlah iterasi
yang dibutuhkan.
Metode Bisection (contoh)
 f(x) = ex – 2 – x2, cari akarnya dengan
metode bisection dimana xi = 0.5; xu = 1.5;
s = 1%
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 1:
1. xi = 0,5; xu = 1,5; f(xi) = 0,60128; f(xu) = 0,23169
2. xr  x i  xu 0,5  1,5

3. f(xr) = 0,28172
1
2 2
f(xi).f(xr) = (0,60128).(0,28172) > 0
maka xi baru = 1
4.
x r  xi  xu 
1  1,5
2 2  1,25
5. 𝜀a  1,25  1
1,2  100%  20%
5
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 2:
3. f(xr) = f(1,25) = 0,07216
f(xi).f(xr) = (0,28172).(0,07216) > 0
maka xi baru = 1,25
4. x r x  x 1,25  1,5
 i 2 u  2  1,375

5.
𝜀a \ 1,375  1,25
 100%  9,1%
1,37
5
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 3:
 3. f(xr) = f(1,375) = 0,06445
 f(xi).f(xr) = (0,07216).(0,06445) < 0
 maka xu baru = 1,375
4. x r 
x i  xu

1,25  1,375
 1,3125
2 2
5.
a
1,3125  1,375
1,312
  
5
100%  4,76%
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 4:
3. f(xr) = f(1,3125) = 0,0072
f(xi).f(xr) = (0,07216).(0,0072) > 0
maka xi baru = 1,3125
4. x i  xu 1,3125  1,375
xr   

5. 2 2
a 1,34375
1,3437
5
1,34375  1,3125
  100%  2,3%
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 5:
3. f(xr) = f(1,3125) = 0,0072
f(xi).f(xr) = (0,0072).(0,0277) > 0
maka xi baru = 1,34375
4.
xr x i  xu 1,3125  1,34375
  
5.
a 2 2
1,328125
1,32812
5
1,328125  1,34375
  100% 

1,176%
Metode Bisection (contoh)
 Langkah 6:
3. f(xr) = f(1,328125) = 0,010
f(xi).f(xr) = (0,0072).(0,010) < 0
maka xu baru = 1,328125
4. xi  xu 1,3125  1,328125
xr   
5.
a 2 2
1,3203
1,320
3  1,328125
1,3203
  100%  0,59%
Metode Bisection (contoh)
Iterasi xr |a| %
1 1  Jika s = 1 %,
2 1,25 20 maka akarnya
3 1,375 9,1 adalah x = 1,3203
4 1,3125 4,76
5 1,34375 2,3
6 1,328125 1,176
7 1,3203 0,59
Persoalan
(selesaikan dengan metode biseksi
dan regula falsi)

1. f(x) =
2. f(x)= ,

Cari Asal mula didapatkan rumus


regula falsi

Anda mungkin juga menyukai