Anda di halaman 1dari 47

BED SIDE TEACHING

PRECEPTOR :
dr.Iis Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT


MUHAMMADIYAH BANDUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG
2018
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. A
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status Pernikahan : Menikah
• Usia : 60 Tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Bandung
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Tanggal Masuk RS : 04 Mei 2018
• Tanggal Pemeriksaan : 05 Mei 2018
ANAMNESIS

Keluhan utama :
Sesak nafas sejak 1 hari SMRS
ANAMNESIS KHUSUS
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Bandung dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Sesak nafas yang dirasakan
tgerjadi setelah pasien membersihkan gudang di rumahnya. Sesak nafas
muncul secara tiba tiba. Sesak yang dirasakan pasien terus menerus,
tidak ada hal yang dapat memperingan ataupun memperberat keluhan
pasien tersebut. Pasien sudah mengobati keluhannya tersebut dengan
meminum obat yang dibeli oleh pasien di apotek. Obatnya berbentuk
bulat dan kecil, namun obat tersebut tidak emngurangi keluhan pasien.
Ini bukan keluhan yang pertama kalinya, pasien pernah mengalami
keluhan tersebut saat sedang kedinginan atau membersihkan rumah
namun keluhan membaik dengan istirahat.
ANAMNESIS KHUSUS

Pasien juga mengeluh adanya batuk-batuk berdahak


berwarna bening bersamaan dengan timbulnya keluhan
sesak namun tidak disertai dengan demam. Batuk tidak
disertai dengan adanya darah ataupun flu. Pasien juga
mengeluhkan adanya nyeri kepala dan perut tiap kali pasien
batuk. Keluhan nyeri akan berkurang apabila pasien
menahan batuk dan berbaring dan akan bertambah parah
ketika pasien batuk. Pasien juga mengeluhkan adanya bunyi
mengi sebelum pasien dibawa ke UGD.
ANAMNESIS KHUSUS
pasien menyangkal menggunakan obat-obatan yang terlarang.
Pasien juga menyangkal adanya rasa jantung berdebar-debar.pasien
menyangkal adanya riwayat tekanan, trauma pada daerah dada yang
menyebabkan pasien menjadi sesak nafas sebelumnya. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit jantung bawaan sejak kecil.
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit lambung, pasien tidak
pernah merasakan adanya perasaan ingin bersendawa, adanya rasa
terbakar didaerah dada, mual, ataupun rasa pahit atau rasa tidak
nyaman pada bagian perut atas. Pasien menyangkal adanya nyeri
dada yang menjalar kedaerah lengan, punggung dan daerah leher.
Pasien menyangkal adanya penurunan berat badan yang drastis,
pasien menyangkal adanya keluhan berkeringat dimalam hari.
Pasien juga menyangkal adanya batuk disertai dengan darah.
Pasien juga menyangkal adanya edema pada kedua tungkai pasien.
Pasien menyangkal adanya nafas yang tersenga-sengal terutama
saat pasien melakukan aktivitas. Pasien menyangkal memiliki
riwayat meroko, menggunakan alkohol, ataupun obat-obatan
terlarang. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Pasien
menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus,
infeksi saluran pernafasan. Pasien mengatakan pasien memiliki
riwayta asma sejak muda dan jarang kontrol ke dokter dan hanya
mengkonsumsi obat teosal yang dibelinya di apotek. Pasien
menyangkal adanya riwayat perdarahan hebat baik langsung atapun
tidak langsung. pasien menyangkal pernahberobat ke dokter
psikiatri untuk mengobati keluhannya tersebut.
pasien mengatakan bahwa ibu dan ayahnya memiliki
riwayat asma. Pasien mengatakan anaknya yang kedua
memiliki keluhan yang serupa dengan pasien jika
terpapar suhu dingin ataupun debu. riwayat keluarga
memiliki penyakit jantung disangkal, tidak adanya
riwayat kencing manis, kolesterol tinggi, penyakit
jantung, penyakit paru, penyakit kuning dan penyakit
keganasan disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi pada
keluaga tidak diketahui oleh pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
• Kesan sakit : Nampak sakit sedang
• Keadaan umum : Komposmentis
• Tanda vital
• Tekanan Darah : 150/100 mmHg
• Nadi : 80 x/menit, irregular, isi cukup, pulsus defisit (-)
• Respirasi : 28 x/menit,
• Suhu : 37,1⁰C
STATUS GIZI

• BERAT BADAN : 75 kg
• TINGGI BADAN : 155 CM
• STATUS GIZI : Overweight (WHO Asia-Pacific)
Kepala • Normocephali, Deformitas -

• Hitam,Kusam (-), mudah rontok (-), halus (+), lebat


Rambut
(-)

Kulit Wajah • Kusam (-), warna sawo matang, jar. Parut (-)

• Simetris, palpebra edema (-/-), konjungtiva anemis


Mata (-/-), sklera ikterik (-/-), RC langsung dan tidak
langsung (+/+), pupil isokor 3mm/3mm

Telinga • Deformitas -/-, sekret -/-, massa -/-, Luka -/-

• Mukosa oral basah, pendarahan gusi (-), faring


Mulut hiperemis (-), lidah kotor (-), atropi papil lidah (-),
tonsil T1/T1
• Simetris, deformitas -/-, sekret -/-, massa -/-, PCH
Hidung
-/-
Leher :
JVP tidak meningkat
KGB tidak teraba membesar
Deviasi trakea (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks

• Inspeksi
Anterior : Bentuk dan gerak simetris, deformitas (-), retraksi (-), ictus
cordis tidak terlihat

Posterior: bentuk dan gerak simetris, deformitas (-)


thoraks
Palpasi
Paru
• Vokal Fremitus normal, kanan = kiri
• Chest Expansion = Normal
Jantung
• Ictus Cordis : ICS 5 linea midclavicular
• Pelebaran sela iga (-)

Perkusi
Paru :
Perkusi sonor kanan = kiri
Batas paru hepar : ICS 5, peranjakan 2 cm

Jantung :
Batas kanan : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS 3 parasternalis sinistra.
thoraks

Auskultasi :
Paru
VBS kanan = kiri (anterior & posterior)
Ronchi (-/-)
Wheezing (+/+) (posterior)
Pleural Rub (-/-)

Jantung
Bunyi jantung S1 dan S2 murni, murmur (-), regular.
• Abdomen :
• Inspeksi : datar
• Palpasi : NT(-), NL(-), lembut, H/L (-/-)
• Perkusi : timpani di semua quadran
• Auskultasi : Bising usus (+) 6x/1menit
• Ekstremitas :
• Edema -/-
• Sianosis -/-
• Clubbing finger (-)
• Capillary refill < 2 detik
PUNGGUNG

• Punggung
• Inspeksi : gerakan napas simetris, deformitas (-)
• Palpasi : gerakan napas simetris, fremitus taktil simetris
pada kedua lapang paru
• Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing +/+
• Ekstrimitas
• Akral hangat, CRT <2 Detik, edema -/-/-/-, rigiditas -
Diagnosis

• Differential diagnosis
1. Asthma Bronchiale tidak terkontrol
2. HT stage 1
3. PPOK
4. CHF
5. TB Paru
6. Psikosomatis
7. Pneumothorax
8. Pleural effusion
9. Aritmia
10. Dyspnea e.c cardiac disease
11. GERD
12. Metabolik asidosis
13. Anemia
USULAN PEMERIKSAAN

• Darah rutin : Diff Count.


• Xray PA Thorax
• Spirometri
• Skin prick test
• EKG
• AGD
Diagnosis Kerja

• Asthma Bronchiale tidak terkontrol


• HT stage 1
Tatalaksana
• Non-Farmakologi
Edukasi mengenai penyakit yang diderita
Siapkan “action plan” treatment
Training penggunaan alat pengobatan
Avoidance strategies (screening untuk mengetahui dan menghindari
penyebab keluhan)
Follow up pasien 3 bulan
• Khusus :
Terapi Reliever :
Nebulasi kombinasi B2 Agonist (2,5 mg salbutamol) + 4cc NaCl setiap
10 menit.
Terapi Controller :
Low dose ICS : Fluticasone Furoate 100 mcg 3-4x hari
PROGNOSIS

• Quo ad vitam: ad bonam

• Quo ad functionam: ad bonam

• Quo ad sanasionam : ad malam


Terimakasih
ASMA
• Gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya.

• Penyakit inflamasi (radang) kronik saluran nafas menyebabkan


peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak
nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang
dini hari. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan
atau tanpa pengobatan.
Epidemiologi

• Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan


dan kematian di Indonesia. Hasil dari Survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan bahwa
asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan bersama-sama dengan bronchitis kronik dan
emfisema dan pada 1995 menjadi penyebab kematian
ke-4 di Indonesia.
Faktor Risiko
Faktor penjamu, faktor pada pasien
• Genetik (mis: Genes pre-disposing to atopy, genes
pre-disposing to airway hyperresponsiveness)
Kromosom 5q mengatur level serum IgE
• Obesitas : leptin mempengaruhi fungsi jalan nafas
• Jenis Kelamin (sebelum 14 tahun laki-laki lebih
banyak 2X daripada wanita, dewasa: wanita lebih
banyak daripada laki-laki, alasannya masih belum
diketahui)
Faktor Risiko
Faktor lingkungan
• Alergen
 Indoor: tungau, bulu binatang (anjing, kucing,
tikus), alergen kecoa, jamur, molds, yeasts
 Outdoor: serbuk sari bunga, fungi, molds, yeast
• Infeksi (terutama virus)
• Sensitizers pekerjaan
• Asap rokok (aktif, pasif)
• Polusi udara outdoor/indoor
• Diet Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet,
penyedap, pewarna makanan
• Obat-obatan tertentu Iritan (parfum, bau-bauan
merangsang, household spray )
• Ekspresi emosi yang berlebihan
• Perubahan cuaca
Diagnosa

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pengukuran faal paru
4. Pengukuran status alergi
1. Anamnesa
Riwayat penyakit / gejala :
• Bersifat episodic, seringkali reversible dengan atau tanpa
pengobatan.
• Gejala berupa batuk (respon untuk mengeluarkan dahak),
sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak.
• Gejala timbul / memburuk terutama malam/dini hari
(berhubungan dengan Circardian Rithm).
• Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu.
• Respons terhadap pemberian bronkodilator.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat


penyakit :
• Riwayat asma keluarga (atopi)
• Riwayat alergi / atopi
• Penyakit lain yang memberatkan
• Perkembangkan penyakit dan pengobatan
2. Pemeriksaan Fisik
• Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan
fisik dapat normal.

• Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan


adalah mengi pada auskultasi.

Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal


walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah
terdapat penyempitan jalan nafas.

Hal itu meningkatkan kerja pernafasan dan menimbulkan


tanda klinis berupa sesak nafas, mengi dan hiperinflasi.

• Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu


ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak
terdengar (silent chest ) pada serangan yang sangat berat,
tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah,
sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot
bantu nafas.
3. Pengukuran Faal Paru

Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: 


• Obstruksi jalan nafas
• Reversibilti kelainan faal paru
• Variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung
hiperesponsif jalan nafas
3. Pengukuran Faal Paru
Spirometri
• Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas
vital paksa (KVP) dilakukan dengan maneuver ekspirasi paksa melalui
prosedur yang standar.
• Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita
sehingga dibutuhan instruksi operator yang jelas dan kooperasi
penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
dari 2-3 nilai yang reproducible dan acceptable.
• Obstruksi jalan nafas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75% atau
VEP1 < 80 % nilai prediksi.
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
• Obstruksi jalan nafas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP < 75% atau
VEP1 < 80 % nilai prediksi.
• Reversibilti, yang perbaikan VEP1 ≥ 15 % secara spontan , atau setelah
inhalasi bronkodilator ( uji bronkodilator ), atau setelah pemberian
bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid
(inhalasi/oral) 2 minggu. Reversibility ini dapat membantu diagnosis
asma
• Menilai derajat berat asma 
Arus Puncak Ekspirasi (APE)
 
• Nilai APE: melalui pemeriksaan spirometri atau pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu
dengan alat peak expiratory flow meter (PEF meter).
• Alat PEF meter sebaiknya digunakan penderita di rumah sehari-hari untuk memantau
kondisi asmanya.
 
Manfaat APE dalam diagnosis asma 
• Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE ≥ 15 % setelah inhalasi bronkodilator (uji
bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid
(inhalasi/oral, 2 minggu)
• Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-
2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai derajat berat penyakit.
 
Cara pemeriksaan variability APE harian
• Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk mandapatkan
nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperolehi melalui 2 cara :
• Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/perbedaan nilai APE pagi hari
sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari sebelumnya sesudah bronkodilator.
Perbedaan nilai pagi sebelum bronkodilator dan malam sebelumnya bronkodilator
menunjukkan percentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20% dipertimbangkan sebagai
asma.

Variabilti harian = APE malam – APE pagi X 100 %


½ (APE malam + APE pagi)
 
• Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE pagi sebelum
bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan dengan persentase dari nilai
terbaik (nilai tertinggu APE malam hari)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai