Dosen UIN SATU Tulungagung Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) masih maju-mundur di badan parlemen. Hingga saat ini belum di sah kan.
Angka pelaporan kekerasan seksual terus bertambah dan
semakin kompleks, baik secara luring maupun daring (kejahatan melalui internet).
Pelaku tidak memandang korban dalam kasus kekerasan seksual.
Korban bisa perempuan atau anak-anak bahkan juga laki-laki.
Sudah saatnya tiap-tiap individu melek akan jenis dan motif
kekerasan seksual yang terjadi di sekitar. Menurut Komnas Perempuan, setidaknya ada 15 perilaku yang bisa dikelompokkan sebagai bentuk kekerasan seksual, yaitu: 1. Perkosaan 2. Intimidasi seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan 3. Pelecehan seksual 4. Eksploitasi seksual 5. Perdagangan perempuan untuk tujuan seksual 6. Prostitusi paksa 7. Perbudakan seksual 8. Pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung 9. Pemaksaan kehamilan 10. Pemaksaan aborsi 11. Pemaksaan kontrasepsi seperti memaksa tidak mau menggunakan kondom saat berhubungan dan sterilisasi 12. Penyiksaan seksual 13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual 14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan (misalnya sunat perempuan) 15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama. Lingkungan Perguruan Tinggi • Perguruan tinggi harus menangkap dan merespons berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat.
• Kemenag telah menerbitkan Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Kekerasan Seksual pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Pedoman ini tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) Nomor 5494 Tahun 2019.
• Kemendikbud-Ristek akan segera menerbitkan peraturan menteri
mengenai pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual di perguruan tinggi. Alhamdulillah… Matursusun…