Anda di halaman 1dari 22

Tonsilitis Difteri

PEMBIMBING
01
Tinjauan Kasus
Identitas Pasien

Nama An. D

Umur 5 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Surabaya

Suku Jawa

Agama Islam
Anamnesa
Keluhan utama: Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Anak laki-laki, 5 tahun datang dengan keluhan sesak sejak 2 hari sebelumnya.
Pasien mengalami demam 6 hari sebelum masuk rumah sakit, selama 3 hari.
Pasien juga mengeluh nyeri tenggorokan. Pasien memiliki riwayat napas berbunyi,
tetapi suara serak disangkal. Dua hari sebelum masuk rumah sakit, leher pasien
terlihat membesar. Keluhan tidak disertai dengan batuk pilek.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat Alergi:
Tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya Tidak ada alergi terhadap makanan/minuman

Riwayat Sosial-Ekonomi:
Riwayat Penyakit Keluarga: Pasien tinggal bersama orangtua.
Tidak ada anggota keluarga yang keluhan yang
sama seperti pasien
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi tidak lengkap, hanya mendapat
Riwayat Pengobatan: imunisasi Hepatitis B saat lahir
Pasien hanya diberi obat demam oleh orangtuanya.
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
● Keadaan Umum : Tampak sakit Kepala/Leher :
sedang ○ a/i/c/d : -/-/-/-
● Kesadaran : Somnolen ○ Leher membesar
Thorax : Retraksi suprasternal (+)
● BB:
○ C : S1 S2 tunggal
● Vital sign ○ P : Stridor (+), Rho -/- , Wh -/-
○ TD : 120/80 mmHg Abdomen: flat, bising Usus (+) N,
○ RR : 30x/menit tympani, supel
Ekstremitas :
○ T : 37,5°C
AKHM ++/++, Oedem --/--
○ N : 120x/menit
Pemeriksaan Fisik
HIDUNG
Status Lokalis
• TDE
TELINGA
• Auricula : bentuk dan posisi
DBN, hiperemi (-), nyeri tekan TENGGOROK
(-) dan nyeri tarik (-) • Bibir: Simetris
• Gigi: Karies (-)
• MAE : lapang, edema (-),
• Lidah: Diam/Bergerak → simetris,
hiperemi (-), serumen minimal
permukaan dbn
• MT : intak, normal • Tonsil: T3/T3 pseudomembran (+)
• Uvula: tepat di garis median
RESUME
 Anak laki-laki, 5 tahun
 KU: sesak sejak 2 hari sebelumnya.
 Demam 6 hari SMRS, selama 3 hari.
 Nyeri tenggorokan.
 Pasien juga memiliki riwayat napas berbunyi.
 Dua hari sebelum masuk rumah sakit, leher pasien terlihat membesar.
 Pemeriksaan Fisik:
 RR : 30x/menit, T : 37,5°C, N : 120x/menit
 Status generalis: Leher tampak membesar
 Status lokalis: Tonsil: T3/T3 pseudomembran (+)
DIAGNOSA

Obstruksi jalan nafas ec


Tonsilitis Difteri
Manajemen

Medikamentosa Non-medikamentosa

•Serum anti difteri 1 x 100.000 IU • Perbaiki kondisi pasien


•Penicilin procain 1 x 1.500.000 IU IM • Rujuk ke Sp.THT
•Paracetamol 3 x 10-15 mg/BB/kali PRN
•Dexamethason 3 x 2,5 mg.
01
Tinjauan Pustaka
Anatomi

Moore dan Agur (2013)


Anatomi Tonsil

Costagnini dkk (2016)


Definisi

Infeksi akut yang spesifik disebabkan


oleh basil gram positif C. diphteriae.

Dhingra PL. (2018)


Etiologi dan Transmisi

Etiologi: C. diphtheriae.
Transmisi: melalui droplet infeksius.
Masa inkubasi: 2-6 hari.

Dhingra PL. (2018)


Patofisiologi
Corynebacterioum diphteriae masuk ke dalam hidung atau mulut
Terlokalisasi pada permukaan mukosa saluran pernapasan

Ulserasi mukosa

Menginduksi pembentukan pseudomembran inflammatory

Toksin yang dihasilkan di lokasi pseudomembran didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui aliran darah dan limfatik.

Jaringan di tubuh dapat mengalami kerusakan akibat toksin ini (sistem jantung
dan saraf)

Hadfield dkk (2000)


Manifestasi Klinis
Nonspesifik flu like symptoms : demam, nyeri tenggorokan,
pembesaran leher

Lamicchane dan Radhakrisnan 2022


Diagnosa

 Anamnesa : nyeri tenggorokan, badan lemah, servikal


limfadenopati, low grade fever

• Pemeriksaan Fisik :
o Pseudomembran putih keabuan pada tonsil, faring
o Tanda beslag : beslag kotor keabuan , melekat erat dengan
jaringan di bawahnya, berdarah bila dilepas, meluas ke luar
tonsil
o Bull neck
Diagnosis

Tes bakteriologis
Pewarnaan gram
Kultur
Media Loeffler dengan swab yang diambil dari hidung, pseudomembran, kripta
tonsil
Toxigenisitas
PCR

Lo B (2022)
Tatalaksana
Dimulai dengan kecurigaan klinis tanpa menunggu laporan kultur.
Tujuan: untuk menetralkan eksotoksin bebas yang masih di dalam darah
dan untuk membunuh organisme penghasil eksotoksin tersebut.
• Isolasi pasien
• Anti difteri serum (ADS)
Dosis antitoksin:
20.000-40.000 unit → difteri dalam waktu <48 jam, atau ketika
membran terbatas pada tonsil saja;
80.000–120.000 unit → jika penyakit > 48 jam, atau membran lebih
luas.
Antitoksin diberikan secara i.v. infus dalam larutan garam dalam waktu
sekitar 60 menit. Sensitivitas terhadap serum harus diuji dengan tes
konjungtiva atau intrakutan dengan antitoksin encer dan adrenalin harus
tersedia untuk hipersensitivitas →desensitisasi harus dilakukan.
Dhingra PL (2018)
Tatalaksana

WHO 2017
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai