Anda di halaman 1dari 8

OMNIBUS LAW

Dr. Syofyan Hadi, S.H., M.H.


Acara “Legislative Talk” DPM FH Untag Surabaya
26 Mei 2023
I. KONSEP
• Ominibus Law = Omnibus Bill
• Omnibus berasal dari 2 kata yakni omni & bus
• Kata “omni” berasal dari bahasa Latin “Omnis/Omnes” yang berarti “to, for, by, with or from
everything”-untuk semuanya atau banyak
• Omnibus law = (1) a single bill containing various distinct matters, usually drafted in this way to force
the executive either to accept all the unrelated minor provisions or to veto the major provisions; (2) a
bill that deals with all proposals relating to a particular subject, such as an ‘omnibus judgeship bill’
covering all proposals for new judgeship or an ‘omnibus crime bill’ dealing with different subjects such
as new crimes and grants to states for crime control” (Black’s Law Dictionary)
• An omnibus bill is a proposed law that covers a number of diverse or unrelated topics (Wikipedia)
• Omnibus bill is a bill dealing with, or providing for many different things or cases (collinsdictionary.com)
• Omnibus merupakan metode dalam pembentukan per-UU-an (law making process) yang berkembang
dalam common law legal tradition seperti di Amerika Serikat, Kanada, dll
• Metode Omnibus biasanya digunakan untuk mengamandemen UU yang kontroversial karena itu di
Amerika Serikat sering disebut dengan sebutan “Big Ugly Bills”
• Keuntungan: harmonisasi dan simplikasi per-UU-an secara cepat dan efektif
• Kelemahan: waktu terbatas untuk memperdebatkan dan cenedrung tidak partisipatif (anti-democratic
bill), teknis sulit, susah dipahami karena biasanya tebal
II. PENERAPAN METODE OMNIBUS

• Pra UU 13/2022 = UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Perppu No. 1 Tahun 2020 (UU 2/2020)
tentang Kebijakan Keuangan Negara, UU No. 7 Tahun 2021 tentang HPP, UU No. 11 Tahun 2020 tentang
Ciptaker, UU No. 1 Tahun 2022 tentang HKPD
• UU No. 11/2020 dibatalkan oleh MK melalui putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 karena UU a quo
menggunakan metode omnibus shg bertentangan UU No. 12/2011
• Pasca UU No. 13 Tahun 2022 = metode omnibus dapat digunakan dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan
 Lahir Perppu No. 2 Tahun 2022 (UU No. 6/2023) tentang Cipta Kerja
 RUU Kesehatan
III. RELEVANSI PENYUSUNAN RUU
KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE
OMNIBUS
• Dalam Ilmu Perundang-Undangan, metode hanya instrumen untuk mencapai tujuan tertentu dan
merupakan pilihan (choice)
• Ada berbagai banyak metode penyusunan perundang-undangan seperti kodifikasi, omnibus, non
kodifikasi, non omnibus. Metode omnibus juga dapat disusun menggunakan klasterisasi atau non
klasterisasi
• Pemilihan metode selalu konstitusional selama diatur dalam UUD atau UU Pembentukan Perundang-
Undangan. Sebaliknya menjadi tidak konstitusional
• Penyusunan UU selalu memiliki 2 (dua) aspek yakni aspek formil dan materiil
• Secara formil, RUU Kesehatan dapat menggunakan metode omnibus seperti draft yang ada sekarang
karena diperkenankan oleh UUD. Namun harus tetap memperhatikan aspek formil lainnya, seperti
penyusunan NA yang ilmiah, pembahasan yang tidak terburu-buru dan tertutup, harus partisipatif
(meaningful participation), dll
• Secara materiil, RUU Kesehatan menimbulkan pro kontra karena harus mengakomodir berbagai
kepentingan (interest) seperti state interest, public interest, individual interest, dan professional interest.

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230405/0242736/pemerintah-
serahkan-dim-ruu-kesehatan-ke-komisi-ix-75-masukan-masyarakat-terakomodir/

Anda mungkin juga menyukai