Anda di halaman 1dari 82

VITAMIN B

Indah Purwaningsih, M.Farm, Apt


VITAMIN B :

 Vitamin B1 (thiamine, tiamin)


 Vitamin B2 (riboflavin)
 Vitamin B3 (niacin, niacinamide, niasin, niasinamida)
 Vitamin B5 (pantothenic acid, asam pantotenat)
 Vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, pyridoxamine, pyridoxine
hydrochloride, piridoksin)
 Vitamin B7 (biotin)
 Vitamin B9 (folic acid, asam folat)
 Vitamin B12 (berbagai jenis kobalamin (cobalamins); yang
paling umum sianokobalamin (cyanocobalamin)).
2
a. Vitamin B1 (Tiamin)

 Vitamin B1 disebut juga Tiamin atau Aneurin yang biasa


digunakan sebagai anti beri-beri.
 Di Asia, tahun 1800-an dan awal 1900-an terjadi kematian
karena mengkonsumsi beras putih.
 Penyakit ini disebut beri-beri yang ditandai dengan paralisis
saraf sampai kelemahan jantung dan oedema.
 Vitamin B1 merupakan satu-satunya vitamin yang pertama
kali ditemukan di Indonesia (1897) oleh seorang sarjana
Belanda bernama Eijkman  Laboratorium Eijkman di
Jakarta.
 Eijkman menemukan suatu penyakit pada ayam yang makan
dari sisa-sisa makanan rumah sakit dan sifatnya mirip sekali
dengan penyakit beri-beri pada manusia.
3
 Eijkman yang menyusun teori bahwa beras yang terlalu
banyak di sosoh merupakan racun terhadap urat syaraf,
tetapi kulit ari beras dapat mencegahnya.
 Sarjana Belanda lainnya Grijns, menginterpretasikan
penemuan Eijkman sebagai penyakit yang disebabkan
kekurangan senyawa yang penting dari bahan makanan.
 Senyawa tersebut oleh Funk (1911) , dinamakan vitamin, zat
yang mampu mencegah penyakit beri-beri.
 Sarjana lainnya, Donath dan William berhasil mengisolasi
vitamin tersebut dalam bentuk kristal pada tahun 1926.
 Pada tahun 1930, struktur kimianya ditemukan oleh Robert
R. William di Amerika Serikat.

4
Struktur Kimia Tiamin
 Struktur thiamin mengandung cincin pyrimidine dan cincin
thiazole yang dihubungkan dengan jembatan metilen.

5
Peranan Vitamin B1 (Tiamin)
 Dalam tanaman, terutama serelia, vitamin B1 terdapat
dalam keadaan bebas, sedangkan dalam jaringan hewan
terdapat sebagai koenzim (bentuk kompleks dengan
protein atau kompleks protein-fosfat), yaitu tiamin
pirofosfat (TPP, thiamine pyrophosphate), koenzim pada
katabolisme gula dan asam amino.
 Tiamin telah lama dikenal sebagai antineuritik 
menormalkan kembali susunan syaraf.
 Tiamin dikenal sebagai obat anti beri-beri.

6
Sumber Vitamin B1 (Tiamin)

 Sumber vitamin B1 yang baik adalah biji-bijian dan


sayuran, seperti beras PK (pecah kulit) atau bekatulnya.
Karena derajat penyosohan yang tinggi, bagian penting
tersebut juga hilang. Saat ini mulai dilakukan usaha
fortifikasi biji-bijian dengan tiamin.
 Sumber vitamin B1 lainnya adalah daging, unggas, ikan,
hati, kedelai, kacang tanah, susu dan telur.

7
Kebutuhan Vitamin B1 (Tiamin)

 Konsumsi tiamin yang dianjurkan untuk orang per hari


oleh Widya karya Nasional Pangan dan Gizi

Dosis per hari (mg)

Anak-anak < 10 th 0,4 - 0,7

Dewasa 0,7 – 1,0

Wanita hamil dan menyusui 0,2 – 0,3

8
Defisiensi Vitamin B1 (Tiamin)
 Menyebabkan rusaknya alat pencernaan makanan yang
disertai muntah-muntah dan diare.
 Menyebabkan terjadinya penyakit beri-beri terutama pada
negara-negara yang menggunakan makanan pokok nasi. Gejala
yang muncul : lelah, hilang nafsu makan, BB turun, daya ingat
turun, kelemahan otot dan gangguan pencernaan.
 Pada tahap lebih lanjut, dapat menyebabkan polineuritis, yang
disebabkan terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf
menderita kekurangan energi.
 Pada orang dewasa, sering terjadi gangguan jantung dan udem
pada kaki bawah/telapak kaki serta persendian kaki. Bila
berlanjut, udem dapat terjadi dirongga dada dan disebut beri-
beri basah.
9
Defisiensi Vitamin B1 (Tiamin)
 Beri-beri pada bayi juga sering terjadi karena ibu-ibu yang
menyusui kekurangan tiamin. Gejala yang muncul udem pada
muka, pucat, mudah terangsang, muntah, sakit perut, hilang
suara dan kejang. Bayi dapat meninggal dalam waktu beberapa
jam.
 Kekurangan tiamin juga banyak diderita oleh para pecandu
alkohol karena dalam metabolisme alkohol dan karbohidrat
menjadi energi, memerlukan banyak tiamin. Saat ini telah
dilakukan fortifikasi tiamin dalam bir.

10
Kelebihan Vitamin B1 (Tiamin)

 Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh, tetapi


dalam jumlah terbatas dapat disimpan dalam hati, ginjal,
jantung, otak dan otot.
 Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi, kelebihannya akan
dibuang melalui urine.

11
Sifat Vitamin B1 (Tiamin)

 Tiamin bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam


pelarut lemak  banyak hilang pada proses pemasakan.
 Adanya alkali juga menyebabkan tiamin mudah rusak.
 Tiamin tidak tahan terhadap pemanasan yang terlalu
lama.

 Pada pemasakan roti, kehilangan tiamin mencapai 25%.


 Daging yang direbus kehilangan 50%, daging yang
dipanggang kehilangan 25%.

12
Identifikasi Vitamin B1 (Tiamin)
 Organoleptis : bubuk kristal putih, bau khas seperti ragi.
 Larut dalam air, kurang larut dalam etanol, tidak larut
dalam aseton, eter dan kloroform.
 Reaksi Tiokrom :
Sampel + 3 ml NaOH + 2 tts larutan kalium heksasianoferat
(III) 5% dibuat segar + 5 ml isobutanol, kocok kuat-kuat
selama beberapa menit  setelah terpisah, lapisan atas
akan berfluoresensi biru-ungu.
 Sampel + 1 ml larutan Pb (II) asetat 10% dan 2 ml NaOH 6N
 segera terbentuk warna kuning. Pada pemanasan
terbentuk endapan coklat-hitam.
13
b.Vitamin B2
(Riboflavin)

 Sejak lama (1879) suatu pigmen yang mempunyai sifat


fluoresensi kuning hijau ditemukan dalam susu.
 Pigmen yang memiliki sifat fluoresens tersebut dikenal
sebagai flavin atau laktoflavin.
 Pada tahun 1928, senyawa dalam khamir yang dapat
mencegah penyakit polineuritis ternyata lebih dari satu
jenis vitamin. Vitamin lain tersebut kemudian dikenal
sebagai vitamin B2 atau vitamin G.
 Laktoflavin dan riboflavin ternyata diketahui merupakan
senyawa yang sama.

14
Struktur Kimia Riboflavin
 Vitamin B2 (riboflavin) disiolasi
pertama kali dari susu,
diidentifikasi dan disintesis pada
tahun 1935.
 Vitamin ini merupakan kristal
kuning jingga yang
mengandung cincin
isoaloksasin.
 Vitamin B2 disebut riboflavin
karena strukturnya mirip
dengan gula ribosa dan punya
kaitan dengan kelompok flavin.
15
Peranan Vitamin B2 (Riboflavin)
 Riboflavin merupakan komponen suatu sistem enzim
yang dikenal sebagai flavoprotein dan terlibat dalam
reaksi metabolisme.
 Riboflavin merupakan bagian dari 2 koenzim yaitu
riboflavin fosfat yang juga disebut flavin mono
nukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD).
Kedua enzim ini merupakan gugus prostetik penerima
hidrogen (dehidrogenase)  siklus krebs.
 Riboflavin juga merupakan komponen dari enzim asam
L- dan D-amino oksidase, yang mengoksidasi asam
amino dan asam hidroksi menjadi asam α-keto.

16
Sumber Vitamin B2 (Riboflavin)
 Sumber riboflavin terutama berasal dari hasil ternak seperti
hati, ginjal, jantung, susu, daging, telur juga ikan.
 Sayuran dan biji-bijian seperti beras dan gandum, hanya
mengandung riboflavin dalam jumlah yang kecil.
 Buah-buahan dan ubi-ubian juga rendah kandungan
riboflavin.
 Riboflavin juga dapat disintesis oleh flora usus.

 Susu sapi yang disimpan dalam botol jernih bila kena sinar matahari
langsung, akan kehilangan riboflavin sampai 75% dalam waktu 3 jam.
 Penyimpanan dalam botol yang berwarna keruh lebih banyak
melindungi kandungan riboflavin.

17
Kebutuhan Vitamin B2 (Riboflavin)

 Konsumsi riboflavin yang dianjurkan untuk orang per hari


oleh Widya karya Nasional Pangan dan Gizi

Dosis per hari (mg)

Bayi 0,4 – 0,6

Anak-anak < 10 th 0,8 - 1,2

Dewasa 1,2 – 1,6

Wanita hamil dan menyusui 1,5 – 1,7

18
Defisiensi Vitamin B2 (Riboflavin)
 Kekurangan riboflavin (ariboflavinosis) merupakan
penyakit yang umum ditemui, tetapi biasanya dianggap
ringan.
 Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan cheilosis
(terjadi kerak pada sudut mulut yang berwarna merah),
dengan gejala : retak-retak pada kulit disudut mulut/bibir,
kerak-kerak pada kulit, bibir dan lidah, mulut semakin hari
semakin sakit.
 Selain itu, kekurangan riboflavin menyebabkan gangguan
pada mata, yaitu mata menjadi sangat sensitif terhadap
cahaya dan cepat lelah, biasanya juga diikuti dengan
kekaburan mata.
19
20
Sifat Vitamin B2 (Riboflavin)

 Riboflavin larut dalam air dan memberi warna fluoresensi


kuning kehijauan.
 Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar UV,
tetapi tahan terhadap panas, oksidator, asam dan
sebaliknya sangat sensitif terhadap basa.

21
Identifikasi Vitamin B2 (Riboflavin)
 Organoleptis : bubuk kristal kuning sampai kuning-jingga, rasa pahit.
 Tidak larut dalam etanol, aseton, eter dan kloroform.
 Uji kualitatif :
• Larutan 1 mg dalam 100 ml air berwarna kuning hijau dan
berfluoresensi kuning hijau tua. Setelah ditambahkan beberapa
tetes HCl 3N atau NaOH 3N, fluoresensi hilang.
• Sampel + 1 ml lar. Perak nitrat 5%, beberapa menit kemudian
terbentuk warna merah. Setelah dibiarkan beberapa lama,
terbentuk endapan merah.
• 10 mg sampel dilarutkan dalam 5 ml asam sulfat pekat 
terbentuk larutan berwarna merah.

22
c.Vitamin B3 (Niasin)

 Niasin biasa juga disebut dengan asam nikotinat atau anti


pelagra.
 Pelagra, yang artinya kulit kasar, merupakan suatu penyakit
yang ditemukan di Italia pada tahun 1771.
 Pada tahun 1915, Coldberger, seorang sarjana Amerika
melakukan percobaan terhadap 12 orang narapidana,
dimana mereka diberikan suatu ransum yang makanan
yang rendah gizinya. Ransum tersebut terdiri dari ubi jalar,
roti jagung, kubis, nasi, biskuit, kopi, dsb.
 Setelah beberapa minggu, narapidana merasa pusing, sakit
perut dan mengalami lelah badan.
23
 Setelah 5 bulan, dermatitis yang spesifik akibat pelagra
timbul pada narapidana tsb.
 Coldberger kemudian berpendapat bahwa didalam
makanan tertentu terkandung suatu senyawa sebagai
faktor pencegah pelagra yang sejenis dengan vitamin B.
 Pada tahun 1922, coldberger mendapat penemuan baru
bahwa terjadinya gejala lidah hitam pada anjing ternyata
mirip atau sesuai dengan pelagra pada manusia.
 Pada tahun 1937, Elvelyein dan kawan-kawan dapat
membuktikan bahwa pelagra dapat sembuh dengan
pemberian asam nikotinat.
 Nama niasin diusulkan oleh Cowgill untuk menghindarkan
kebingungan istilah dengan nama nikotin dari tembakau.

24
Struktur Kimia Vitamin B3 (Niasin)

25
Peranan Vitamin B3 (Niasin)
 Niasin atau niasin amida merupakan 2 senyawa yang
memiliki sifat biologis sama.
 Seperti vitamin B lainnya, niasin berperan dalam reaksi
enzimatik dalam tubuh atau metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yaitu koenzim I (Nicotinamide
adenine dinucleotide = NAD) dan koenzim II
(Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate =
NADP). Niasin sangat diperlukan agar suplai energi
dalam jaringan tubuh berjalan normal.
 Niasin sangat mudah diserap usus kecil dan beberapa
cadangan dapat disimpan dalam tubuh.

26
Peranan Vitamin B3 (Niasin)
 Asam amino triptofan merupakan prekursor niasin,
dimana 60 mg triptofan menghasilkan 1 mg niasin.
 Makanan yang mengandung jumlah triptofan cukup akan
dapat mencukupi keperluan niasin.
 Perubahan triptofan menjadi niasin memerlukan adanya
vitamin B6.

27
Sumber Vitamin B3 (Niasin)
 Sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin B3
antara lain mangga, asparagus, kacang-kacangan, jamur.
 Selain itu, produk yang berasal dari hewan juga banyak
mengandung vitamin B3 seperti ikan tuna, ikan salmon,
daging ayam, daging sapi, telur dan susu.

28
Kebutuhan Vitamin B3 (Niasin)

 Kebutuhan niasin lebih kurang 10 mEq per hari.


 Pada masyarakat yang sering atau terlalu banyak
mengkonsumsi jagung sering mengalami defisiensi
niasin, karena jagung mengandung kadar triptofan yang
rendah.

29
Defisiensi Vitamin B3 (Niasin)
 Kekurangan niasin yang parah setelah beberapa bulan akan
mengakibatkan Pelagra atau kulit kasar – yang dikenal
dengan 3D (dermatitis, diare dan demensia).
 Pelagra memiliki gejala yang spesifik seperti sakit
tenggorokan, lidah dan mulut serta dermatitis yang sangat
khas yaitu simetrik terutama pada bagian badan yang tidak
tertutup seperti tangan, lengan, siku, kaki, kulit serta leher.
 Dermatitis pada leher biasanya melingkar seperti kalung
yang dikenal sebagai kalung Cassal.
 Mula-mula kulit berwarna merah, bengkak, lunak dan
menyerupai sunburn. Bila keadaan tersebut berlanjut, maka
kulit akan bersisik dan kadang terjadi luka.
30
31
Sifat Vitamin B3 (Niasin)

 Niasin larut dalam air, sedikit larut dalam air dingin.


 Niasin tahan terhadap alkali, asam, panas, cahaya (sinar
UV dan sinar matahari), oksidasi dan tahan terhadap
alkohol.

32
d. Vitamin B5
(Asam Pantotenat)

 Asam Pantotenat mula-mula diisolasi oleh William pada


tahun 1938 dan baru tahun 1950 diketahui bahwa asam
pantotenat merupakan bagian dari koenzim A.
 Nama dari vitamin ini diturunkan dari kata Yunani
“Panthos” yang berarti dimana-mana. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua bahan biologis
mengandung vitamin ini dan menunjukkan betapa
pentingnya peranan vitamin ini dalam proses
metabolisme.

33
Struktur Kimia Asam Pantotenat

34
Peranan Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
 Vitamin ini merupakan pembentuk ko enzim A, yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, khususnya dalam produksi energi.
 Vitamin ini juga berperan dalam metabolisme asam
lemak.

35
Sumber Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

 Semua makanan yang berasal dari hewan merupakan


sumber vitamin B5. Selain itu juga biji-bijian dan kacang
polong. Buah dan sayur mengandung vitamin B5 dalam
kadar yang rendah.
 Vitamin B5 dapat ditemukan dalam bahan makanan
yang berasal dari hewan atau tumbuhan, seperti hati,
ginjal, telur, susu, kacang-kacangan, sawi, ubi jalar.
 Namun, sumber vitamin B5 terbanyak terdapat dalam
royal jelly, yaitu persediaan makanan yang terdapat
didalam sarang lebah.

36
Kebutuhan Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

 Kebutuhan vitamin B5 belum diketahui secara pasti,


namun berkisar 5-10 mg/hari untuk dewasa dan anak-
anak.

37
Defisiensi Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

 Kekurangan asam pantotenat pada manusia jarang terjadi.


 Pada manusia kekurangan asam pantotenat ditandai dengan
muntah-muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pada
pencernaan makanan, depresi mental, insomnia dan mudah
terjadi infeksi saluran pernafasan.
 Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa kekurangan asam
pantotenat menyebabkan terjadinya pemutihan rambut.
Namun, kekurangan asam pantotenat pada manusia belum
dapat dihubungkan dengan proses memutihnya rambut pada
usia lanjut atau sebab lain.
 Menurut Gopiran, kekurangan vitamin B5 dapat menyebabkan
timbulnya gejala “Burning feet syndrome” atau
erythromelalgia.
38
39
Sifat Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

 Asam pantotenat merupakan minyak pekat berwarna


kuning pucat yang larut dalam air dan dapat rusak karena
basa dan pemanasan.
 Kandungan kimianya yaitu amida asam pantoat dan beta
alanin.
 Dalam hati, makanan yang mengandung pantotein akan
diubah menjadi pantotenat.
 Flora usus juga dapat mensintesis pantotenat.
 Asam pantotenat secara komersil ditemukan dalam bentuk
garam kalsium, larut dalam air, agak manis dan stabil dalam
pemasakan yang normal.
40
e. Vitamin B6
(piridoksin)

 Sejak tahun 1926, Coldberger dan Lillie menemukan suatu


penyakit kulit pada tikus yang beberapa tahun kemudian
diketahui disebabkan oleh kekurangan vitamin B6.
 Nama vitamin B6 diberikan oleh Szent-Gyorgy pada tahun
1934 dan pada tahun 1938, vitamin ini telah berhasil
diisolasi dan dimurnikan.
 Di alam, vitamin B6 terdiri atas 3 bentuk senyawa yaitu
piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Ketiga senyawa
tersebut terdapat dalam hewan maupun tumbuhan,
terutama pada beras atau gandum.

41
Struktur Kimia Piridoksin

42
Bentuk-Bentuk Piridoksin

43
Peranan Vitamin B6 (Piridoksin)
 Vitamin B6 bertindak sebagai koenzim piridoksal fosfat
yang dapat dibentuk dari salah satu dari 3 bentuk yang
ada.
 Karena sifatnya yang larut dalam air, tubuh hanya dapat
menyimpan vitamin B6 dalam jumlah yang kecil, kira-kira
separuhnya dalam bentuk glikogen fosforilase.
 Ketiga bentuk dapat dibuang keluar melalui urin, tetapi
sebagian besar keluar berbentuk sebagai piridoksal.
 Dalam keadaan kekurangan vitamin B6, asam piridoksat
banyak dibuang melalui urin, sehingga hal ini dapat
digunakan sebagai indikator keadaan kandungan vitamin
B6 dalam tubuh pasien.
44
Peranan Vitamin B6 (Piridoksin)
 Piridoksal fosfat adalah koenzim bagi banyak reaksi
enzim dan sebagian besar terlibat dalam metabolisme
asam amino (dekarboksilasi, transaminasi dan
perubahan triptofan menjadi niasin).
 Karena vitamin B6 (piridoksin) memegang peranan
penting pada metabolisme asam amino, jadi bila
kekurangan vitamin B6 akan terjadi gangguan
metabolisme protein sehingga mengganggu kerja otak
dan susunan syaraf.
 Selain itu, vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak, pembentukan sel darah merah dan
menjaga kesehatan kulit.
45
Sumber Vitamin B6 (Piridoksin)
 Sumber utama vitamin B6 adalah daging, unggas dan
ikan; kemudian disusul oleh kentang, ubi jalar dan sayur-
sayuran; baru oleh susu dan biji-bijian. Biji-bijian utuh
merupakan sumber yang kaya akan vitamin B6.

 Vitamin B6 hilang 45% pada pemasakan daging dan 20-30% pada


pemasakan sayuran

46
Kebutuhan Vitamin B6 (Piridoksin)
 Keperluan vitamin B6 per orang per hari sangat tergantung pada
jumlah protein yang dikonsumsi.
 Koenzim vitamin B6 berperan penting dalam metabolisme asam
amino, sehingga konsumsi sehari-hari harus sebanding dengan
konsumsi protein, karena protein dibuat dari asam amino.

Dosis per hari (mg)


Pria 2,2
Wanita 2
Wanita hamil dan menyusui 2,4

 Namun, untuk masyarakat dengan konsumsi protein rendah (40-


50 g/hari) hanya diperlukan 1,2 -1,5 mg.

47
Defisiensi Vitamin B6 (Piridoksin)
 Karena vitamin B6 banyak terdapat dalam makanan, kekurangan
vitamin ini jarang terjadi karena asupan makanan yang tidak
adekuat, namun terjadi karena kehilangan vitamin ini pada saat
pengolahan makanan.
 Kekurangan vitamin B6 juga terjadi karena penyerapan yang
buruk dalam saluran pencernaan, alkoholisme atau pemakaian
obat-obat yang menguras cadangan vitamin B6 dalam tubuh
seperti INH, Hidralazin dan Penisilamin.
 INH (asam isonikotinat hidrazida) sering diberikan pada
pasien tuberkulosa dalam waktu lama. Secara kimia, INH
mempunyai hubungan struktur dengan piridoksin dan
bekerja berlawanan/antagonis, dimana INH mengikat
piridoksin membentuk hidrazon yang diekskresikan ke urine
 defisiensi vitamin B6.
48
Defisiensi Vitamin B6 (Piridoksin)
 Pada bayi sering terjadi kekurangan vitamin B6 karena
mengkonsumsi susu kering yang telah kehilangan vitamin
B6 dengan gejala kejang, lemah badan dan sakit perut.
 Gejala pada orang dewasa yang kekurangan vitamin B6
didapat dari percobaan mahasiswa yang diberikan ransum
dengan kadar B6 rendah selama 7 minggu. Akibatnya akan
terlihat penurunan kadar piridoksin.
 Kekurangan vitamin B6 menyebabkan hambatan
pertumbuhan, badan lemah, gangguan mental, syaraf
motorik terganggu, dermatitis seborhoica sekitar mulut,
mata, glositis dan anemia hipokrom.

49
Kelebihan Vitamin B6 (Piridoksin)
 Kelebihan vitamin B6 jarang terjadi, namun dosis tinggi
vitamin B6 dalam waktu yang lama menyebabkan
kerusakan syaraf, yang kadang-kadang tidak dapat
diperbaiki. Hal ini dimulai dengan mati rasa pada kaki,
tangan dan mulut.
 Kemudian gejala keracunan adalah kesulitan berjalan,
kelelahan dan sakit kepala. Ketika konsumsi dikurangi,
gejala-gejala ini berkurang, tetapi tidak selalu hilang
sepenuhnya.

50
Sifat Vitamin B6 (Piridoksin)

 Vitamin B6 larut dalam air dan relatif sangat stabil


terhadap panas dan asam.
 Piridoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam.
 Piridoksal akan rusak dalam larutan alkali.
 Piridoksal dan piridoksamin mudah rusak oleh
pemanasan, udara dan cahaya.
 Dari tiga bentuk vitamin B6, piridoksinlah yang paling
tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan.

51
Identifikasi Vitamin B6 (Piridoksin)
 Organoleptis : Serbuk hablur putih, tak berbau, rasa pahit.
 Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, praktis
tidak larut dalam eter, dalam aseton dan dalam kloroform.
 Uji kualitatif :
 Sampel + 2 - 3 tetes FeCl3  terjadi warna jingga sampai
merah tua.
 Sampel + 2 tetes larutan CuSO4 2% dan 10 tetes NaOH 3N
 terbentuk warna biru-ungu.

52
f. Vitamin B7 (Biotin)

 Biotin disebut juga vitamin H.


 Pada tahun 1920-an ditemukan suatu faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan khamir (ragi) yang dinamakan
bios.
 Tahun 1930, Parsons dan para asistennya menemukan
gejala-gejala pada tikus yang diberi ransum yang
mengandung putih telur (albumin) mentah.
 Binatang tersebut kehilangan rambutnya terutama rambut
disekitar mata sehingga kelihatannya menyerupai
kacamata, mengalami penurunan berat badan yang cepat
dan terjadi kelumpuhan pada kaki belakang dan akhirnya
menjadi sianosis dan mati.
53
 Ternyata gejala tersebut tidak timbul pada tikus
percobaan yang diberi ransum yang sama, kecuali putih
telurnya dimasak terlebih dahulu.
 Pada tahun 1936 oleh Kogl, biotin berhasil diisolasi dari
kuning telur (yolk) yang identik dengan faktor
pertumbuhan untuk khamir.
 Senyawa yang terdapat pada albumin tersebut ternyata
suatu glikoprotein yang mampu mengikat biotin, sehingga
biotin tidak dapat lagi diserap melalui alat pencernaan.
 Senyawa ini kemudian dinamakan avidin yang artinya
albumin yang lapar. Pemanasan albumin akan
menyebabkan daya pengikatannya terhadap biotin hilang
dan biotin dapat bebas terserap oleh saluran pencernaan.

54
Struktur Kimia Biotin

55
Peranan Vitamin B7 (Biotin)
 Biotin sebagai kofaktor terikat kuat pada bagian protein
enzim.
 Biotin merupakan koenzim dari berbagai enzim yang ikut
berpartisipasi dalam proses karboksilasi, dekarboksilasi
dan reaksi deaminasi.
 Biotin sangat diperlukan dalam sintesis asam lemak dan
dalam reaksi fiksasi CO2 pada proses perubahan perurat
menjadi oksaloasetat.
 Dalam siklus krebs (TCA cycle), biotin juga diperlukan
bagi perubahan asam suksinat menjadi fumarat dan
oksalosuksinat menjadi ketoglutarat.
 Biotin juga berperan pada glukoneogenesis.
56
Sumber Vitamin B7 (Biotin)
 Sumber biotin terutama terdapat dalam saluran
pencernaan karena mikroflora mampu membuatnya
dalam jumlah yang cukup banyak.
 Pada bahan makanan, yang berasal dari nabati lebih
banyak mengandung biotin dibanding bahan makanan
yang berasal dari hewan. Contohnya dedak beras,
kacang kedelai, jeroan, kuning telur dan khamir.
 Destiobiotin dan oksibiotin merupakan senyawa yang
aktif dalam ragi dan bakteri.

57
Kebutuhan Vitamin B7 (Biotin)
 Konsumsi yang disarankan belum ditentukan dengan
pasti, tetapi menurut para ahli sudah cukup bila
mengkonsumsi 150 mcg/hari/orang dewasa.

58
Defisiensi Vitamin B7 (Biotin)
 Kekurangan biotin terjadi pada manusia yang terlalu
banyak mengkonsumsi albumin.
 Percobaan dilakukan pada 4 sukarelawan yang diberi
ransum percobaan yang mengandung kalori 3000 kkal
tetapi rendah biotinnya, dengan 928 kkal yang terdiri dari
putih telur (albumin) mentah untuk jangka waktu 10
minggu.
 Pada minggu ketiga dan keempat, muncul gejala-gejala
pelepasan kulit, hyperesthesis dan pucat pada kulit dan
mukosa. Hemoglobin menurun kadarnya, kadar kolesterol
naik dan biotin pada air kencing turun sepersepuluh dari
normal. Semuanya ini dapat disembuhkan dalam waktu 5
hari dengan pemberian biotin 150 mg/hari.
59
Defisiensi Vitamin B7 (Biotin)
 Selain gejala diatas, kekurangan biotin juga menyebabkan
rambut rontok, dermatitis sekitar mata yang biasa disebut
dengan dermatitis kaca mata, Insomnia , lidah berwarna
ungu atau bengkak, kulit menjadi kasar bersisik, rasa sakit
pada urat-urat dan anoreksi serta mual.

60
Sifat Vitamin B7 (Biotin)

 Biotin merupakan derivat imidazol yang lebih larut dalam


alkali dan air panas.
 Biotin mudah diserap dalam usus.
 Pemecahan biotin dikeluarkan ke urine sebagai miotin,
tiotin dan riotin.

61
g. Vitamin B9
(Asam Folat)

 Pada tahun 1930 dan 1940, banyak penelitian yang


melaporkan adanya senyawa atau faktor yang belum
diketahui.
 Faktor-faktor ini larut dalam air dan diperlukan oleh
berbagai jenis hewan.
 Faktor-faktor tersebut diberi berbagai nama antara lain
faktor U (unknown) yang diperlukan untuk pertumbuhan
anak ayam; juga disebut vitamin Bc (anti anemia untuk
chick/anak ayam); faktor Wills (ditemukan oleh Lucy Wills)
adalah senyawa poliglutamat yang terdapat dalam ragi
untuk mengobati anemia makrositik pada ibu hamil;
62
 Vitamin M yang sangat diperlukan oleh kera; faktor L-
casei; citrovorum factor; faktor SLR untuk pertumbuhan
berbagai mikroorganisme.
 Asam folat biasa disebut dengan folasin. Nama asam folat
(folic acid) diberikan pada tahun 1941 oleh Mitchell. Folat
berasal dari kata folium yang berarti daun, karena banyak
terdapat pada daun hijau.
 Pada tahun 1945, dilakukan identifikasi struktur dan
sintesis asam folat oleh Angier yang berkesimpulan bahwa
berbagai nama dan faktor yang disebutkan diatas
sesungguhnya merupakan satu senyawa dari zat yang
sama.
 Pada tahun yang sama, Tom Spies berhasil menunjukkan
bahwa asam folat adalah senyawa efektif untuk mengobati
anemia megaloblastik pada wanita hamil.
63
Struktur kimia asam folat (I) dan
dihydrofolic acid (II)

64
Peranan Vitamin B9 (Asam Folat)
 Asam folat memiliki struktur kimia yang terdiri dari 3 bagian
yaitu pteridin, asam para amino benzoat (paba) dan asam
glutamat.
 Asam folat secara biologi tidak aktif, tetapi aktivitas biologis
dimiliki oleh tetrahydrofolate (FH4) dan turunannya setelah
dikonversi menjadi dihydrofolic acid dalam hati.
 Vitamin ini merupakan koenzim dari beberapa sistem enzim.
Vitamin ini berkaitan erat dengan sintesis purin, metionin dan
pada katabolisme histidin.
 Selain itu, vitamin ini juga berperan pada penambahan gugus
metil pada pirimidin sehingga terbentuk timin yang merupakan
komponen penting dalam molekul DNA.

65
Peranan Vitamin B9 (Asam Folat)
 Asam folat merupakan unsur penting dalam sintesis DNA
dan RNA, sehingga penting untuk pembelahan sel dan
reproduksi. Selain itu juga berperan dalam pembuatan dan
maturasi sel darah merah.
 Pembuangan/ekskresi melalui urine atau feses biasanya
lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Ini merupakan
bukti bahwa disamping melalui konsumsi bahan makanan,
asam folat juga disintesis dalam saluran pencernaan.

66
Sumber Vitamin B9 (Asam Folat)
 Asam folat banyak terdapat didalam bahan makanan
baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk
konyugasi.
 Hati, ginjal, khamir dan sayuran hijau gelap banyak
mengandung asam folat.
 Sedang umbi-umbian, hasil susu, daging babi dan daun
yang berwarna terang, sedikit sekali kandungan asam
folatnya.

 Pemasakan dapat merusak asam folat 50-90%.

67
Kebutuhan Vitamin B9 (Asam Folat)
 Apabila kebutuhan asam folat tercukupi, tubuh
menyimpan sekitar 5-10 mg folat dan hampir
setengahnya disimpan di hati, dimana cadangan ini
cukup untuk 3-6 bulan tanpa asupan folat dari makanan.

Dosis per hari (mcg)

Dewasa 400

Wanita Hamil 800

Wanita Menyusui 600

Bayi < 1 tahun 50

68
Defisiensi Vitamin B9 (Asam Folat)
 Kekurangan asam folat dapat terjadi karena konsumsi
yang rendah atau karena mengalami penyakit saluran
pencernaan.
 Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik/makrositik pada sumsum tulang belakang,
kelainan seperti Neural Tube Defect (NTD), glositis dan
diare.
 Kebutuhan asam folat akan meningkat pada saat terjadi
peningkatan pembentukan sel seperti kehamilan dan bayi
prematur.
 Kelompok yang paling sering memperlihatkan gejala
defisiensi asam folat adalah ibu hamil dan menyusui.
69
Sifat Vitamin B9 (Asam Folat)

 Asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi dalam


larutan asam dan peka terhadap sinar matahari.
 Asam folat bersibat termostabil terhadap suasana basa
dan netral.
 Dalam larutannya bila disimpan dalam suhu kamar dan
pemasakan yang normal, asam folat banyak yang hilang.

70
h. Vitamin B12
(Sianokobalamin)

 Sampai tahun 1920-an, penyakit “Anemia Pernisiosa”


merupakan suatu penyakit yang fatal.
 Kemudian, Minot dan Murphy mengumumkan bahwa
konsumsi hati dalam jumlah yang banyak (kira-kira ½ kg per
hari) dapat mencegah dan mengobati anemia dan kelainan
syaraf. Namun, untuk mengkonsumsi ½ kg per hari sangat sulit
bagi pasien.
 Kemudian muncul hipotesis yang disusun oleh Castel, bahwa
didalam hati terdapat suatu senyawa yang ia namakan faktor
ekstrinsik yang penyerapannya kedalam tubuh memerlukan
sesuatu yang terdapat dalam saluran pencernaan yang ia sebut
faktor intrinsik.
71
 Pasien yang menderita pernicious anemia tidak memiliki
faktor intrinsik dalam saluran pencernaannya, tetapi
dengan mengkonsumsi hati dalam jumlah yang besar,
beberapa faktor ekstrinsik dapat masuk terserap kedalam
tubuh.
 Pada tahun 1930, senyawa aktif yang terdapat dihati
tersebut akhirnya dapat diekstrak dan diberikan kepada
pasien dengan cara suntikan.
 Faktor ini disebut erythrocyt maturation factor, anti
pernicious factor, animal protein factor dan faktor
ekstrinsik.
 Tahun 1948, di umumkan oleh Rickles (USA) serta Smith
dan Parker (Inggris) bahwa mereka berhasil mengisolasi
dan mengkristalkan suatu senyawa yang dapat mencegah
anemia pernisiosa.
72
Struktur Kimia Sianokobalamin

73
Peranan Vitamin B12
(Sianokobalamin)
 Vitamin B12 adalah suatu vitamin yang sangat kompleks
molekulnya, mengandung sebuah atom cobalt yang terikat
mirip dengan besi terikat dalam hemoglobin atau
magnesium dalam klorofil.
 Vitamin B12 terdapat dalam beberapa bentuk dan dikenal
sebagai kobalamin. Sianokobalamin dan hidroksikobalamin
merupakan salah bentuk yang aktif.
 Hati merupakan tempat penyimpanan cadangan vitamin
B12 dan dapat mengandung 2000 – 5000 mcg; suatu
simpanan yang cukup untuk 3-5 tahun.

74
Peranan Vitamin B12
(Sianokobalamin)
 Faktor-faktor intrinsik diproduksi oleh kelenjar pencernaan
di lambung. Vitamin B12 terikat dengan faktor intrinsik
tersebut dan terdorong melalui usus kecil sampai pada
bagian khusus di ileum.
 Disana, pada suatu mekanisme yang belum sepenuhnya
diketahui, vitamin dilekatkan pada sel epitel khusus oleh
faktor intrinsik dengan bantuan kalsium dan diangkut
menerobos sel-sel kedalam sirkulasi darah.
 Faktor intrinsik tetap tinggal di saluran pencernaan. Dalam
sirkulasi, vitamin B12 bergabung dengan serum protein.
 Faktor intrinsiklah yang mengatur jumlah vitamin B12 yang
terserap agar dijaga tetap sekita 2,5-3 mcg perhari.
75
Peranan Vitamin B12
(Sianokobalamin)
 Vitamin B12 berperan menjaga agar sel-sel berfungsi
normal terutama sel-sel saluran pencernaan, sistem urat
syaraf dan sumsum tulang.
 Dalam sumsum tulang, koenzim vitamin B12 sangat
diperlukan untuk sintesis DNA.
 Bila DNA tidak diproduksi, erithroblast tidak membelah tapi
membesar menjadi megablast yang kemudian masuk
kedalam sirkulasi darah.
 Vitamin B12 juga diperlukan oleh enzim yang berfungsi
dalam sintesis dan pemindahan satu unit karbon seperti
gugus metil, dan dalam sintesis metionin dan kolin yang
dibantu faktor lipotropik.
76
Sumber Vitamin B12 (Sianokobalamin)
 Vitamin B12 banyak didapat pada hasil ternak terutama
hati.
 Hasil nabati bukan merupakan sumber vitamin B12,
kecuali produk fermentasi dari kacang kedelai seperti
tempe, tauco dan kecap.

77
Kebutuhan Vitamin B12 (Sianokobalamin)
 Konsumsi vitamin B12 untuk orang dewasa/hari
minimum 0,6-1,2 mcg, sudah cukup untuk hidup sehat
namun belum cukup untuk disimpan.

Dosis per hari (mcg)

Orang usia > 11 tahun 3

Wanita Hamil dan Menyusui 4

Anak usia < 10 tahun 0,3

Bayi < 1 tahun 1-2

78
Defisiensi Vitamin B12 (Sianokobalamin)
 Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia
pernisiosa, suatu penyakit yang mungkin disebabkan oleh :
 Sel parietal pada mukosa lambung tidak memproduksi
faktor instrinsik sehingga tidak terjadi penyerapan
vitamin B12.
 Pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang
menghalangi penyerapan vitamin B12.
 Pengangkatan lambung atau sebagian usus halus
dimana vitamin B12 diserap.
 Vegetarian.

79
Defisiensi Vitamin B12 (Sianokobalamin)
 Akibat kurangnya vitamin B12, sumsum tulang tidak dapat
memproduksi sel eritrosit yang normal, tetapi memproduksi
dan memasukkan sel makrosit kedalam saluran darah.
Sehingga daya angkut hemoglobin menjadi sangat terbatas
 muncul anemia, pucat, gangguan perut, kurang berat dan
glositis.
 Selain itu, terdapat pula gejala tambahan seperti kesemutan
pada tangan dan kaki, hilangnya rasa di tungkai, kaki dan
tangan, pergerakan yang kaku.
 Kekurangan vitamin B12 biasanya disebabkan karena kurang
baiknya penyerapan dan jarang karena kekurangan dalam
makanan yang dikonsumsi, kecuali pada vegetarian,
kekurangan vitamin B12 mungkin terjadi.
80
Sifat Vitamin B12 (Sianokobalamin)

 Sianokobalamin berwujud kristal merah atau serbuk


kristal merah, bentuk anhidrat bersifat sangat
higroskopis, larut dalam air, tahan terhadap panas
namun sangat tidak stabil pada cahaya, asam atau alkali.
Hanya sedikit yang hilang oleh pemasakan normal.
 Hidroksikobalamin sudah menggantikan sianokobalamin
sebagai bentuk terapi vitamin B12 terpilih.
 Zat ini bertahan dalam tubuh lebih lama daripada
sianokobalamin dan karenanya dapat diberikan setiap 3
bulan untuk terapi pemeliharaan.

81
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai