Anda di halaman 1dari 33

BAB 6: PENGUMPULAN DATA

USWATUN CHASANAH
A. DEFINISI OPERASIONAL

• Definisi operasional ialah rumusan mengenai kasus dan


atau variabel yang akan dicari untuk dapat ditemukan
dalam penelitian di dunia nyata, dunia empiris atau di
lapangan yang dapat dialami.
• Dengan dibuatnya definisi operasional diharapkan tidak
ada perbedaan konsep antara peneliti dan orang lain
yang membaca (termasuk pembimbing dan sponsor).
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL

• Rumusan Masalah “Apakah kepuasan kerja berpengaruh


terhadap produktivitas kerja karyawan PT Sejahtera”
Hipotesis : “ Kepuasan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan PT
Sejahtera .”
• Definisi Operasional:
Kepuasan kerja ialah perasaan senang yang dirasakan
oleh para karyawan (yang bekerja) di PT Sejahtera
terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya, dapat
diketahui berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang
diajukan kepada mereka.
CONTOH DEFINISI OPERASIONAL
LANJUTAN
• Produktivitas kerja ialah perbandingan antara nilai hasil produksi
menurut harga pokok selama satu bulan kerja dengan uang yang
dibayarkan kepada karyawan yang mengerjakannya selama satu
bulan.
• Penilaian diperoleh berdasarkan data-data karyawan selama bulan
Juli 2019 di PT.Sejahtera.
• Adapun ukuran yang digunakan ialah skala rasio.
• Hasil kerja per satuan waktu
• Hasil produksi per satuan waktu
• PT Sejahtera ialah sebuah perusahaan pembuat garment berbentuk
Perseroan Terbatas yang beralamatkan di Jl. Dewi Sri 42 D,
Bugisan, Yogyakarta
B. MENETAPKAN SKALA PENGUKURAN

• Skala Pengukuran digunakan untuk mengukur data atau variabel-variabel di


lapangan.
• Empat jenis skala pengukuran terdiri:
- Skala nominal
- skala ordinal
- skala interval
- skala rasio
1. SKALA NOMINAL

• Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana.


Tidak ada asumsi tentang jarak maupun urutan pada skala ini.
Angka/nilai/score hanya sebagai label atau kode saja bukan
sebagai nilai dari variabel yang diukur.
• Contoh:
- Laki-laki atau Perempuan, jika laki-laki dijawab dengan
angka 1 dan jika perempuan dengan angka 2. Angka tersebut
bukan nilai yang sebenarnya,tetapi hanya mewakili nama saja.
2. SKALA ORDINAL
• Skala ordinal ialah angka-angka yang menunjukkan peringkat atau ranking.
Antar ranking jaraknya tidak sama.
• Misalnya,
- Ranking 1 nilainya 100
- Ranking 2 nilainya 95
- Ranking 3 nilainya 75
Ranking 1 dan ranking 2 jaraknya 5 namun ranking 2 dan ranking 3 jaraknya 20.
3. SKALA INTERVAL

• Skala Interval ialah angka-angka yang jaraknya sama , namun tidak


memiliki nilai nol absolut. Menurut Cooper and Schindler (2003)
skala pengukuran sikap (sangat baik, baik,kurang baik, tidak baik)
dengan skor 4,3,2,1 merupakan data interval karena jaraknya sama.
• Uma Sekaran dan Parasuraman menyatakan bahwa skala sikap (skala
Likert, Semantic Differential dan Thurstone) adalah skala interval.
• Contoh Skala interval lainnya yaitu kepuasan konsumen dapat dijawab
dengan sangat puas (skor 5), puas (skor 4), biasa (skor 3), kurang puas
(skor 2), tidak puas (skor 1).
4. SKALA RASIO

• Skala rasio adalah angka-angka yang menunjukkan jarak yang


sama dan memiliki nilai nol absolut/mutlak. Nilai nol absolut
adalah nilai yang betul-betul nol tidak ada apa-apanya.
• Misalnya: 0 kg, tidak ada beratnya, 0 meter tidak ada
panjangnya, dst.
• Data Rasio dapat dibuat penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian, misal: 10 m + 5 m = 15m
SKALA SIKAP DALAM RISET
MANAJEMEN/SOSIAL
• Skala Likert
• Skala Guttman
• Rating Scale
• Semantic Differential
• Thurstone
SKALA LIKERT

• Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi


seseorang tentang fenomena sosial.
• Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian.
• Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator.
Indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item (butir-butir)
pertanyaan atau pernyataan.
• Jawaban dalam skla Likert menunjukkan gradasi (interval) dari sangat positif
sampai sangat negatif (SS=Sangat Setuju/Skor 5, ST=Setuju/Skor 4,
RG=Ragu-ragu/Skor 3, TS= Tidak Setuju/Skor 2, STS=Sangat Tidak
Setuju/Skor 1)
SKALA GUTTMAN

• Skala pengukuran Guttman akan didapat jawaban tegas: “Ya-Tidak”, “Benar-


Salah”, “Positif-Negatif”, “Pernah-tidak Pernah”.
• Interval dalam skala Guttman hanya ada dua, yaitu: “Setuju atau Tidak Setuju”
• Skala ini digunakan bila peneliti menginginkan mendapat jawaban tegas atas
masalah yang ditanyakan.
• Contoh: Pernahkah pimpinan melakukan evaluasi kegiatan? Jawabannya a)
Ya ; b)Tidak
SEMANTIC DIFFERENTIAL
• Skala semantic differential digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positif” terletak dibagian kanan
garis dan jawaban “sangat negatif” terletak dibagian kiri garis. Sering disebut skala bipolar (dua kutub).
• Data yang diperoleh adalah data interval
• Contoh:
Bersahabat 5 4 3 2 1 Bermusuhan
Tepat janji 5 4 3 2 1 Ingkar janji
Demokratis 5 4 3 2 1 Otoriter
Responden memberi jawaban pada rentang yang positif sampai negatif, hal ini tergantung pada persepsi
responden terhadap pihak yang dinilai.
RATING SCALE
• Ketiga skala pengukuran sikap diatas (Likert, Guttman dan Semantic Differential) data yang diperoleh
semuanya adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Responden menjawab setuju atau tidak setuju,
senang atau tidak senang merupakan data kualitatif.
• Tetapi dengan rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
• Contoh:
Kebesihan ruangan 4 3 2 1
Pencahayaan alam 4 3 2 1
Sirkulasi udara 4321
THURSTONE

• Skala thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui


dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda.
• Setiap pernyataan/pertanyaan sikap ditentukan bobot nilai stimulusnya (dalam
kontinum unfavorable-favorable) oleh kelompok penilai, bukan oleh peneliti.
• Kemudian responden diberikan skala sikap dengan menyatakan setuju atau tidak
setuju (Ya-Tidak) pada setiap pernyataan.
POPULASI DAN SAMPEL

• Populasi adalah sasaran penelitian yang merupakan subyek yang jumlahnya bisa
diketahui atau tidak bisa diketahui.
• Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil untuk diteliti dengan tujuan dapat
mewakili keseluruhan subyek.
• Misalnya; seluruh karyawan PT Sejahtera sebanyak 3000 orang, untuk menelitinya
diambil 300 orang saja.
TEKNIK SAMPLING
• Probability Sampling:
Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi: Simple Random Sampling,
Proportionate Stratified Random Sampling, Disproportionate Stratified Random
Sampling dan Cluster Sampling (Area Sampling)
• Nonprobabilty Sampling:
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi: Purposive Sampling,
Accidental Sampling, Quota Sampling, Saturation Sampling dan Snowball Sampling.
PROBABLITY SAMPLING
• Simple Random Sampling adalah teknik yang paling sederhana (simple).
Sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada
dalam populasi.
• Misal: Populasi mahasiswa Perguruan Tinggi “X” berjumlah 10.000 orang.
Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan kesalahan
5%, diambil 336 orang. Jumlah sampel 336 diambil secara acak tanpa
memperhatikan semester, usia, jenis kelamin, dll.
PROBABILITY SAMPLING
• Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan jika populasi mempunyai anggota yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
• Contoh: Perusahaan garment memiliki karyawan berjumlah 150 orang (Populasi) dengan latar belakang
pendidikan yang berbeda, misal: S2=20 orang, S1=50 orang, SMA=80 orang. Jumlah sampel ditentukan
dengan Tabel Isacc dan Michael dengan kesalahan 5% adalah 105 orang, untuk menghitung proporsi
masing-masing strata pendidikn menggunakan rumus, n = (populasi kelas/jumlah populasi keseluruhan) x
jumlah sampel yang ditentukan.
S2 = 20/150 x 105 = 13,99 dibulatkan 14
S1 = 50/150 x 105 = 34,99 dibulatkan 35
SMA = 80/150 x 105 = 55,99 dibulatkan 56
Sehingga keseluruhan sampel berdasarkan strata pendidikan tersebut 105 sampel.
PROBABILITY SAMPLING
• Disproportionate Stratified Random Sampling adalah teknik yang hampir
mirip dengan proportionate dalam hal heterogenitas populasi. Namun
ketidakproporsionalan penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan jika
anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
• Contoh, strata pendidikannya sangat tidak berimbang, misal: S2 = 2 orang,
S1 = 5 orang, SMA = 143 orang. Karena S1 dan S2 terlalu kecil maka
ditetapkan S1 dan S2 semuanya menjadi sampel.
PROBABILITY SAMPLING

• Cluster Sampling (Area Sampling), yaitu menentukan sampel jika sumber data atau populasi sangat
luas, misalnya penduduk suatu negara/propinsi/kabupaten atau karyawan perusahaan yang tersebar
di berbagai propinsi.
• Contoh: Karyawan perusahaan garment terdapat pada 25 provinsi, sampel yang akan digunakan 10
provinsi maka pengambilan 10 provinsi dilakukan dengan cara random. Tetapi perlu diingat bahwa
masing-masing provinsi memiliki strata tidak sama (jumlah karyawan, tingkat pendidikan, jenis
kelamin, dll) sehingga pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling.
• Teknik cluster sampling dilakukan 2 tahap, diawali dengan menentukan sampel per area (daerah)
kemudian menentukan orang-orang yang ada pada daerah tersebut secara acak.
NONPROBABILITY SAMPLING
• Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya penelitian tentang kualitas
pendidikan, maka sampelnya adalah ahli pendidikan, dst.
• Accidental Sampling yaitu teknik sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok dengan
yang diteliti.
• Quota Sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Misal
penelitian pendapat masyarakat tentang kualitas layanan BPJS, jumlah sampel yang ditentukan 300 orang, kalau
pengumpulan data belum mencapai 300 orang maka penelitian dianggap belum mencapai kuota.
• Saturation Sampling/sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai
sampel. Dilakukan bila jumlah populasi sedikit < 30 orang, sensus termasuk sampel jenuh karena setiap anggota
populasi dijadikan sampel. Dikatakan jenuh karena ditambah berapapun tidak akan mengubah keterwakilan.
• Snowball Sampling yaitu teknik sampel yang mula-mula jumlahnya kecil lalu membesar, diibaratkan bola salju yang
menggelinding lama-lama membesar. Misal meneliti siapa provokator kerusuhan pertama-tama dipilih satu atau dua
orang, kalau data yang didapat belum lengkap, peneliti akan mencari orang lain yang dianggap tahu dan dapat
melengkapi data penelitian.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Terdapat 2 hal utama yang mempengaruhi kualitas data penelitian, yaitu:
• Kualitas instrumen penelitian
Kualitas istrumen penelitian terkait dengan validitas dan reliabilitas instrumen.
• Kualitas pengumpulan data
Kualitas pengumpulan data terkait dengan cara0cara yang tepat dalam mengumpulkan data.
• Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber dan cara.
Bila dilihat dari setting, data bisa dikumpulkan secara alamiah (natural setting), laboratorium
untuk eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dsb.
Bila dilihat dari sumber data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder.
Bila dilihat dari cara , teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview
(wawancara), kuesioner (angket) dan observasi (pengamatan) atau gabungan dari ketiganya.
INSTRUMEN PENGUMPUL DATA

• Pemilihan instrumen pengumpul data tergantung pada


jenis data yang dibutuhkan dan data keadaan lapangan.
• Pemilihan instrumen data berdasarkan kemungkinan
yang paling praktis, ekonomis dan akurat.
• Macam instrumen data antara lain: kuisioner (daftar
pertanyaan), angket dan wawancara.
SUMBER DATA

Data Sekunder :
Adalah data yang sumbernya tidak langsung dari sember data namun dari orang lain atau dokumen
literatur, buku, majalah, internet dll.
Data Primer:
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber primer (sumber data)
interview/wawancara
kuesioner
observasi
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
• INTERVIEW (WAWANCARA)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah utama penelitian,
termasuk apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal penting dari responden secara
mendalam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari wawancara:
- Subyek (orang) yang diwawancarai adalah orang yang tahu tentang
permasalahan
- Yang disampaikan subyek benar dan dapat dipercaya
- Interpretasi subyek terhadap pertanyaan dalam wawancara adalah sama dengan
yang dimaksudkan oleh peneliti.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Wawacara dapat dilakukan dengan terstruktur (ada pedoman pertanyaan jelas, ada alternatif jawaban, ada alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dsb).
Contoh:
Bagaimanakah tanggapan anda terhadap pelayanan taman wisata candi Prambanan?
a. Sangat memuasakn
b. Memuaskan
c. Biasa saja
d. Tidak memuaskan
e. Sangat tidak memuaskan/
Wawancara dapat dilakukan tidak terstruktur (terbuka) adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak mengguakan
pedomanyang telah tersususun dengan sistematis)
Contoh:
Bagaimankah pendapat anda dengan kebijakan pemerintah dalam menangani covid19 saat ini?
Bagaimanakah dampak pandemi covid 19 ini pada usaha UMKM?
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

• KUESIONER (ANGKET)
Kuesioner merupakan teknik pengumpuan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup maupun
terbuka dapat diberikan kepada responden secara langsung atau tidak langsung
misalnya melalui google form, email, pos, dsb.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Beberapa Prinsip penulisan kuesioner (Sekaran, 1992)
• Isi dan Tujuan Pertanyaan
• Bahasa yang digunakan
• Bentuk Pertanyaan (Terbuka atau Tertutup)
Terbuka: jawaban berbentuk uraian, misalnya “bagaimanakah pendapat anda tentang langkanya masker saat ini?”
Tertutup: Jawaban singkat, memilih alternatif jawaban (interval, ordinal, rasio)
• Tidak mendua (double-barreled)
Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang kelangkaan masker dan turunnya perekonomian akibat pandemi ini?
• Tidak terlalu panjang
• Urutan pertanyaan
• Penampilan fisik angket
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
• OBSERVASI
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan ciri spesifik dibandingkan
teknik wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan observasi selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang namun
obyek-obyek alam lainnya.
Observasi (Sutrisno Hadi, 1986) merupakan suatu proses yang kompleks tersusun
dari berbagaii proses pengamatan dan ingatan.
Observasi digunakan pada penelitian perilaku manusia, tempat, proses kerja, dan
gejala alam.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Berdasarkan PROSES, observasi dibedakan menjadi 2:
• Participant Observation
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati (sumber data). Peneliti ikut
melakukan apa yang dilakukuan oleh sumber data (informan) dan ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh sumber data tersebut.
Contoh: Peneliti dapat berperan sebagai karyawan, salesman, manajer,dll.
• Participant Non Observation
Peneliti tidak terlibat langsung hanya sebagai pengamat yang independen
Contoh: Peneliti mengamati proses pelayanan di restoran, peneliti mengamati proses karyawan
dalam produksi, dll.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Berdasarkan INSTRUMENTASI observasi dibedakan:
• Observasi terstruktur
Observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang diamati, kapan dan dimana lokasi pengamatan.
Observasi terstruktur dilakukan jika peneliti sudah tahu pasti variabel apa yang akan diamati, instrumen sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya, pedoman wawancara terstruktur.
Contoh: Peneliti ingin meneliti kepuasan pelanggan pada pelayanan paket JNE
• Observasi tidak terstruktur
Observasi yang tidalk dipersiapkan secara sistematis karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati,
tidak ada instrumen baku, pengamatan dilakukan secara bebas dengan mencatat apa yang menarik , dianalisis dan
dibuat kesimpulan.
Contoh: Peneliti mengamati proses keputusan pembelian produk di supermarket.

Anda mungkin juga menyukai