Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DAN PENILAIAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

M.NOER Ar
NPM :202122140
Pengertian mutu

  Pengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus, luxurious, ataupun paling bagus.
Tetapi ada beberapa pengertian mutu menurut para ahli, sebagai berikut:
Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan
kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.(American society for quality control). Mutu
adalah “fitness for use” atau kemampuan kecocokan penggunaan.(J.M. Juran, 1989).
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan
Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai
dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai
dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas
pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang menghasilkan jasa atau pelayanan
termasuk pelayanan keperawatan.
PENGERTIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:


Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996).
Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien,
keluarga, dan lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
Pengertian mutu pelayanan kesehatan (Wijono, 1999) adalah :
Penampilan yang sesuai atau pantas (yang berhubungan dengan standart) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkanpada kematian, kesakitan, ketidak mampuan dan kekurangan gizi
(Roemer dan Aquilar, WHO, 1988).
Donabedian, 1980 cit. Wijono, 1999 menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran
yang inklusif dari kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara keuntungan yang diraih dan kerugian yang semua itu merupakan
penyelesaian proses atau hasil dari pelayanan diseluruh bagian.
Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan
kepusan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan
tersebut bersifat subyektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu
pelayanan kesehatan yang sama. Di samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika
ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.
Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan
Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:
1.      Tangible (bukti langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan
penampilan staf keperawatan’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui :
kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan
kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.
2.      Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan ‘pelayanan keperawatan yang
tepat dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang
‘konsisten’. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien
yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat
dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.
3.      Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’ dan memberikan’pelayanan yang
cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik
disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan
keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh
pasien; kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.
  4.      Assurance (jaminan kepastian)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai
jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen : ‘kompetensi’, yang berkaitan dengan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; ‘keramahan’, yang juga diartikan
kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh
sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan
kepada pasien aman. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan.
5.      Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien secara individual’. Sehingga dalam
pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus
kepada setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada semua pasien
tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu
pelayanan keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome, maka mutu
pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur
pelayanan keperawatan. Dan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan perlu dilakukan penilaian sebagai evaluasi
dari mutu pelayanan tersebut. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai penilaian mutu yang akan dibahas pada sub
bab berikut ini.
CIRI CIRI MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
• Memenuhi standarprofesi yang diterapkan
• Sumber daya untuk pelayanan askep di manfaatkan secara wajar,efisien &efektif
• Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
• Memuaskan bagi pasien & tenaga keperawatan serta
• Aspek sosial, ekonnomi, budaya, agama, etika & tata nilai masyarakat
diperhatikdan dihormati
PENGERTIAN STANDAR
Standar adalah persyaratan yang dibuat oleh lembaga berwenang yang diakui oleh banyak pihak, biasanya berisi suatu kriteria, metode, proses atau teknis.
Tujuan SAK(Standar asuhan keperawatan):sk Dirjen Yanmed: No :YM.00.03.2.6.7637
Standar 1 : Falsafah Keperawatan
Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua anggota tim kesehatan dan pasien atau keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien atau keluarga.
Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
Meliputi :
Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan, sesuai dengan sistem kesehatan nasional.
Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan.
Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada.
Memberi kesempatan kepada semua tenaga perawatan untuk mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.

Standar 3 : Pengkajian Keperawatan


Meliputi :
Pengumpulan data dengan kriteria kelengkapan data, sistematis, menggunakan format aktual dan valid.
Pengelompokan data dengan kriteria data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Perumusan masalah dengan kriteria kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Standar 4 : Diagnosis Keperawatan
Meliputi :
Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan.
Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Diagnosis keperawatan dibuat dengan wewenang perawat.
Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah, penyebab, gejala atau tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE).
Diagnosis keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan pasien yang sudah nyata terjadi.
Diagnosis keperawatan potensial untuk perumusan masalah status kesehatan pasien yang kemungkinan besar akan terjadi,
apabila tidak dilakukan upaya pencegahan.
Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
Meliputi :
Prioritas masalah dengan kriteria masalah yang mengancam kehidupan yang merupakan prioritas pertama, masalah-
masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku
merupakan prioritas ketiga.
Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria, tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas. Disusun berdasarkan diagnosis
keperawatan, spesifik pada diagnosis keperawatan dapat diukur, realistik atau dapat dicapai menggunakan komponen yang
terdiri dari subjek perilaku pasien, kondisi pasien dan kriteria tujuan.
Standar 6 : Intervensi Keperawatan
Meliputi :
a. Memenuhi kebutuhan oksigen diantaranya
b. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi
d. Memenuhi kebutuhan keamanan 
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik 
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kesehatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i.Memenuhi kebutuhan emosional 
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis 
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitas 
Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah sakit melalui SK Direktur
Jenderal Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar asuhan keperawatan terdiri dari :
1.      Standar I.
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya
untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a.      Pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang  baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual
(baru), absah (valid).
b.      Pengelompokan data dengan kriteria : data biologis, data  psikologis, data sosial, data spiritual.
c.      Perumusan masalah dengan kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan,
perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan. 
2.      Standar II.
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :  diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri dari masalah, penyebab/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial
apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
 
3.      Standar III.
         Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan . Komponen  perencanaan keperawatan meliputi :
a.      Prioritas masalah dengan kriteria : masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas pertama., masalah-masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
b.      Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria : spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu.
c.      Rencana tindakan dengan kriteria : disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang
budaya pasien/keluarga, menentukan alternative tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumberdaya
dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.
 4.      Standar IV.
         Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan  dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarganya dengan kriteria :
a.      Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b.     Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.
c.  Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.
d.     Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e.     Menggunakan sumber daya yang ada.
f.      Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.
g    Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan pasien.
h.     Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
i.   Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
j.      Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k.     Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l.     Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. 
5.      Standar V.
         Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana, untuk menilai
perkembangan pasien dengan kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi terhadap
indikator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan,
evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan sesuai standar.
 
6.      Standar VI.
         Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual dengan kriteria : dilakukan selama pasien
dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan,
dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, penulisannya harus jelas dan ringkas serta
menggunakan istilah yang baku, sesuai pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus
mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan
formulir yang baku dan disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai