Anda di halaman 1dari 40

KEGAGALAN PASAR DAN

INTERVENSI PEMERINTAH
 Kemajuan yang telah dicapai berbagai
perekonomian, terutama perekonomian negara-
negara maju, membuktikan bahwa :
 Pada umumnya, mekanisme pasar adalah sistem
yang cukup efisien di dalam mengalokasikan faktor
– faktor produksi dan mengembangkan
perekonomian;
 Dalam keadaan tertentu, mekanisme pasar dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk sehingga
diperlukan intervensi Pemerintah.
Kebaikan Mekanisme Pasar
 Pasar dapat memberikan informasi yang lebih tepat;
 Pasar memberi perangsang untuk mengembangkan
kegiatan usaha;
 Pasar memberi perangsang untuk memperoleh keahlian
modern;
 Pasar menggalakkan penggunaan barang dan faktor
produksi secara efisien;
 Pasar memberikan kebebasan yang tinggi kepada
masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Kegagalan Mekanisme Pasar
 Kebebasan yang tidak terbatas menindas golongan-
golongan tertentu;
 Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil keadaannya;
 Sistem pasar dapat menimbulkan Monopoli;
 Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan beberapa jenis
barang secara efisien;
 Kegiatan konsumen dan produsen mungkin menimbulkan
ekternalitas yang merugikan.
 Eksternalitas, biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak
langsung yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
sebagai aktivitas dari suatu kegiatan ekonomi.
Intervensi Pemerintah
 Kegagalan dalam pasar menuntut adanya campur tangan
pemerintah, meskipun pada akhirnya tidak semua campur
tangan pemerintah dapat memberikan hasil terbaik.
 Banyak factor yang menyebabkan hal tersebut, salah satu
masalahnya yaitu adanya konflik antara tujuan – tujuan
yang ingin dicapai.
Tujuan Campur Tangan Pemerintah
 Menjamin agar kesamaan hak untuk setiap individu tetap
wujud dan penindasan dihindarkan;
 Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami
perkembangan yang teratur dan stabil;
 Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama
perusahan besar agar tidak melaksanakan praktek monopoli
yang merugikan;
 Menyediakan barang bersama (public goods): jalan raya,
polisi & tentara, untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
 Mengawasi agar ekternalitas kegiatan ekonomi yang
merugikan masyarakat dihindari atau dikurangi masalahnya.
Bentuk-bentuk Campur Tangan
Pemerintah
 Membuat peraturan-peraturan;
 Menjalankan kebijakan fiskal dan moneter;
 Kebijakan Fiskal, Strategi dan langkah-langkah pemerintah
dalam pengeluarannya dan dalam sistem dan cara-cara
pengumpulan pajak,
 Kebijakan Moneter, langkah-langkah pemerintah melalui Bank
Indonesia untuk mempengaruhi situasi keuangan dalam
perekonomian, yaitu mempengaruhi suku bunga, operasi bank-
bank, mengatur jumlah uang yang beredar.
 Melakukan kegiatan ekonomi secara langsung.
Kontrol Harga
 Suatu kebijakan pemerintah dalam perekonomian dalam
mempengaruhi bagaimana mekanisme pasar bekerja yang pada
akhirnya menjaga dan mengendalikan keseimbangan
(equilibrium) pasar.
 Tujuannya adalah melindungi konsumen atau produsen, dimana
bentuk dari kontrol harga yang paling umum digunakan, yaitu :
 Harga Dasar (floor price), harga eceran terendah yang ditetapkan oleh
pemerintah terhadap suatu barang yang disebabkan oleh melimpahnya
penawaran barang tersebut di pasar;
 Harga Tertinggi (ceiling price), harga maksimum yang ditetapkan
berkenaan dengan menurunnya penawaran barang di pasar, sehingga
pemerintah harus melakukan operasi pasar.
 Kuota (Pembatasan Produksi), pembatasan fisik secara kuantitatif yang
dilakukan terhadap suatu produksi barang.
Harga Dasar (Floor Price)
 Contoh :
 Kasus Pasar Gabah di Karawang
 Qd = 2.000 – 3P ; Qs = -500 + 2P
 Dimana Qd ; Qs = Ribu ton per musim
 P = Ratus ribu rupiah per ton
 Pemerintah merasa jumlah gabah terlalu sedikit dan berniat menambah
jumlahnya dengan menetapkan harga dasar gabah menjadi Rp. 600.000 per ton.

 Kasus Pasar Tenaga Kerja di Cianjur


 Qd = 20.000 – 6P ; Qs = -5.000 + 4P
 Dimana Qd ; Qs = Jiwa Per Bulan
 P = Upah Per Hari
 Pemda Cianjur menilai upah keseimbangan terlalu rendah dan menetapkan
upah minimum sebesar Rp. 3.000/hari.
Kasus Pasar Gabah di Karawang
 Qd = 2.000 – 3P ; Qs = -500 + 2P
 Qd = Qs
 2.000 – 3P = -500 + 2P
 2.000 + 500 = 2P + 3P
 2.500 = 5P
 P = 500

 Qd = 2.000 – 3(500) = 2.000 – 1.500 | Qd = 500


 Qs = -500 + 2(500) = -500 + 1.000 | Qs = 500
Kasus Pasar Gabah di Karawang

700
Kasus Pasar Gabah di Karawang
 Agar harga berada pada tingkat Rp. 600.000 per ton,
pemerintah harus membeli kelebihan penawaran dimana
anggaran yang harus disediakan 500.000 ton dikalikan
dengan Rp. 600.000,- = Rp. 300 Juta.
Kasus Pasar Tenaga Kerja di Cianjur
 Qd = 20.000 – 6P ; Qs = -5.000 + 4P
 Qd = Qs
 20.000 – 6P = -5.000 + 4P
 25.000 = 10P
 P = 2.500 (upah)

 Qd = 20.000 – 6(2.500) = 20.000 – 15.000 | Qd = 5.000


 Qs = -5.000 + 4 (2.500) = -5000 + 10.000 | Qs = 5.000
Kasus Pasar Tenaga Kerja di Cianjur
Harga Tertinggi (Ceiling Price)
 Contoh :
 Kasus Pasar Mie Instant di Indonesia
 Qd = 20.000 – 5P ; Qs = -5.000 + 20P
 Dimana Qd, Qs = ribu bungkus per bulan
 P = harga per bungkus
 Pemerintah merasa harga mie instant terlalu tinggi dan
menetapkan harga Rp. 750 per bungkus.
Kasus Pasar Kopi di Indonesia
 Qd = 20.000 – 5P ; Qs = -5.000 + 20P
 Qd = Qs
 20.000 – 5P = -5.000 + 20P
 25.000 = 25P
 P = 1000

 Qd = 20.000 – 5(1.000) = 20.000 – 5.000 | Qd = 15.000


 Qs = -5.000 + 20(1.000) = -5000 + 20.000 | Qs = 15.000
Kasus Pasar Kopi di Indonesia
Kuota
PAJAK
 Secara umum  pajak dapat diartikan sebagai pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan oleh
peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan
untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang
balas jasanya tidak langsung dirasakan oleh rakyat
 Disatu sisi memberatkan, karena membuat harga barang
menjadi lebih mahal, namun disisi lain menjadi sumber
penerimaan negara khususnya retribusi pedapatan dan alat
stabilitas ekonomi.
 Keputusan penentuan pajak harus mempertimbangkan
elastisitas permintaan dan penawaran
Klasifikasi Pajak
 Pajak Objektif
 Pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib
pajak, misal Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Subjektif
 Pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak,
misal, Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Langsung
 Pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser kepada wajib
pajak yang lain, misal : PPh, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Pajak Tidak Langsung
 Pajak yang beban pajaknya dapat digeser kepada wajib pajak
yang lain (tax incidence), misal : PPN dan PPnBM
Tarif Pajak
 Pajak Nominal
 Pajak yang pengenaannya berdasar sejumlah nilai nominal
tertentu. Notasi Pajak/Taxes (T), jika Pajak Pendapatan sebesar
50 (T = 50)
 Pajak Persentase
 Beban pajaknya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari
dasar pengenaan pajak.
 Pajak Proporsional,
 Pajak Tetap
 Pajak Progresif
 Pajak Regresif
Tarif Proporsional
 Tarif berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
terhutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
 Contoh: Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
Tarif Tetap
 Tarif berupa jumlah yang tetap (sama), terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya
pajak terhutang tetap.
 Contoh: Bea Materai Rp. 6000,-
Tarif Progresif
 Persentase tarif yang digunakan semakin besar, jika
jumlah yang dikenai pajak sembakin besar.
 Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Regresif
 Persentase tarif yang digunakan semakin kecil, jika
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
 Contoh: ?
Pajak
SUBSIDI
 Subsidi merupakan :
 Suatu bentuk bantuan ekonomi yang dibayarkan kepada suatu
bisnis atau sektor ekonomi.
 Pemberian pemerintah kepada produsen untuk mengurangi
biaya produksi yang ditanggung produsen.
Pajak, Subsidi dan Keseimbangan
 Contoh :
 Permintaan Qd = 30 -6P | P = 5 - 1/6Q
 Penawaran Qs = -10 +4P | P = 1/4Q +2 1/2

 Jika Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan kepada produsen


sebesar 1 ¼ per unit, berapa keseimbangan barunya?
 Jika Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan kepada produsen
sebesar 20%, berapa keseimbangan barunya?
 Jika Pemerintah menetapkan Subsidi kepada produsen sebesar
1 ¼ per unit, berapa keseimbangan barunya?
 Berapa besarnya pajak yang diterima pemerintah?
Keseimbangan Awal
 Keseimbangan Awal
 Qd = Qs
 30 – 6P = -10 + 4P
 10 P = 40
 P = 4, keseimbangan berada saat harga Rp. 4,-

 Qd = 30 -6P = 30 – 6 (4) = 6 Unit


 Qs = -10 + 4P = -10 + 4(4) = 6 Unit, keseimbangan berada saat
jumlah barang sebesar 6 Unit.
Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan
kepada produsen sebesar 1 ¼ per unit
Ptax = P + Tax
 Ptax = ( ¼ Q+ 21/2) + 1 ¼
 Ptax = 1/4 Q +3 ¾
 1/4Q = -33/4 + Ptax
 Q = -15 + 4Ptax
Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan kepada
produsen sebesar 1 ¼ per unit (Lanjut)

 Keseimbangan Baru
 Qd = Qs
 30 – 6P = -15 + 4Ptax
 10 P = 45
 P = 4.5 keseimbangan berada saat harga Rp.
4.5,-
 Q = 30 – 6P | 30 – 6(4.5) = 3 Unit

 Besarnya Pajak yang diterima Pemerintah adalah


Jumlah Output x Pajak per unit / Penerimaan = 3
(1 ¼) = 3 ¾ .
Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan
kepada produsen sebesar 20%
 Harga setelah dikenakan pajak 20 % :
 Ptax = P (1 + r)
 Ptax = (1/4Q + 2 ½) x 1,2
 = (0.3Q + 3)
 Atau
 0.3Q = -3 + Ptax
 Q = -10 + 3 1/3 Ptax
Pemerintah menetapkan Pajak Penjualan
kepada produsen sebesar 20% (Lanjut)
 Keseimbangan Baru
 Qd = Qs
 30 – 6P = -10 + 3 1/3 Ptax
 9 1/3P = 40
 P = 120 / 28 = 4.28
 keseimbangan berada saat harga Rp. 4.28,-

 Q = 30 – 6P | 30 – 6(4.28) = 4.32 Unit

 Penerimaan Pajak = 20% x (P x Q)


 = 20% x (4.28 x 4.32) = Rp. 3.7,-
Pemerintah menetapkan Subsidi kepada
produsen sebesar 1 ¼ per unit
 Psub = P + sub = P + (-T)
 = ( ¼ Q+ 21/2) + (-1 ¼)
 Psub = ¼ Q +1 ¼
 1/4Q = -1 ¼ + Psub
 Q = -5 +4P
 Maka Keseimbangan setelah subsidi:
 30 - 6P = -5 + 4P Substitusikan
 10P = 35 Q=30- 6P
 P = Rp. 3,5,- = 30- 6(3,5) = 9 Unit
 Keseimbangan berada saat jumlah output 9 unit, dengan
harga jual 3.5 per unit.
Pemerintah menetapkan Subsidi kepada
produsen sebesar 1 ¼ per unit
 Besarnya subsidi yang harus disediakan oleh pemerintah
adalah jumlah output (Q) dikalikan Subsidi per unit.
 = 9 x 1 ¼ = 11 ¼
Kasus : Permintaan dan Penawaran Tenaga
Kerja
 DL = 8.000 – ½ W dan SL = -2.000 + 2W
 DL = Permintaan Tenaga Kerja per hari (ribu orang)
 SL = Penawaran Tenaga Kerja per hari (ribu orang)
 W = Upah harian per orang ternaga kerja (ribu rupiah)
 Keseimbangan:
 DL = DL
 8.000 – ½ W = -2.000 + 2W
 2 ½ W = 10.000
 W = 4.000

 Kesempatan Kerja | DL = WL – 8.000 – ½ (4.000) | DL =6.000


Kasus : Permintaan dan Penawaran Tenaga
Kerja (Lanjut)
 Pemerintah merasa Upah dari Tenaga Kerja Rendah,
sehingga menetapkan UMR sebesar Rp. 6.000,-, maka :
 Permintaan Tenaga Kerja
DL = 8.000 – ½ W | DL = 8.000 – ½ (6.000)
= 5.000 (Demand Perusahaan)

 Penawaran Tenaga Kerja


SL = -2.000 + 2W | SL = -2.000 + 2(6.000)
= 10.000 (Supply Rumah Tangga)

Anda mungkin juga menyukai