Anda di halaman 1dari 71

OTORITAS TERTINGGI GEREJA

MEMUAT 2 SUBJEK:
 PAUS (USKUP ROMA)
 PARA USKUP
KANON 330-335 mengatur pelaksanaan
konkrit bagi primat Uskup Roma di dunia
beserta para Uskup dalam kollegialitas
mereka berdasarkan hukum ilahi, karena
konstitusi Gereja berakar dalam essensi ilahi,
yang tidak bisa dipahami hanya dengan
kategori-kategori hukum alam dan sosiologi.
 
KUASA PAUS
A. Khusus: dihubungkan secara
langsung dengan jabatan dan
pelaksanaan jabatan itu atas
namanya sendiri (kan. 131, §§1-
2, kan. 145, §1)
KUASA PAUS
B. Tertinggi:

 Dalam Gereja tidak ada kuasa tertinggi


manusiawi mana pun di atas Paus (prima
sedes nemine iudicatur, kan. 1404).
 Keputusan dan Dekrit Paus tidak dapat naik
banding (kan. 333, §1) dan jika ada naik
banding kepada Konsili Ekumenis atau
kepada kollegialitas para Uskup, dihukum
dengan censura (kan.1372; 333, §3; 1405, §2).
 Kuasa Paus adalah Kuasa Tertinggi, tapi
berasal dan tunduk kepada kehendak Allah.”
KUASA PAUS
C. Penuh:
 Tidak ada kekurangan satu elemen
pun atas kuasa dan tidak terbagi
(indivisibile),
 yang juga meliputi 3 tugas (munus),
yakni tugas mengajar (munus docendi),
tugas menguduskan (munus
sanctificandi) dan tugas memimpin
(munus governandi/regendi)
 3 aspek dari munus governandi:
legislatif, eksekutif dan yudikatif (kan.
135, §1).
KUASA PAUS
D. Langsung:

“Kuasanya dapat dilaksanakan


untuk semua, atas seluruh
Gereja dan atas semua umat
beriman kristiani; tanpa
pengantara (kan. 333, §1).”
KUASA PAUS
E. Universal:

“Berlaku atas seluruh Gereja


dan untuk semua materi iman,
kebiasan-kebiasaan dan ajaran
dalam lingkup Gereja.”
KUASA PAUS
F. Bebas:

“Pelaksanaan kuasanya tak


tergantung dari kuasa lain, baik
gerejawi maupun sipil.”
OTORITAS PAUS BERHENTI
Undang-undang kanonik memandang dan
mengatur bermacam-macam kasus tentang
berhentinya otoritas Paus.
Jabatan dan kuasa Paus berhenti
karena:
- Kematian
- Tidak bisa menggunakan akal sehat
yang sifatnya tetap (ipso iure)
- Mengundurkan diri (kan. 332 § 1)
PEMILIHAN PAUS
1. Dewan yang memilih Paus adalah para
bapa kardinal Gereja Romawi Kudus
(kan.349)
2. Jumlah dewan dan usia kardinal pemilih:
tidak lebih dari 120 kardinal. Para kardinal,
yang ketika tahta lowong, berusia genap 80
th, tidak lagi ikut memilih.
3. Yang dapat dipilih menjadi Paus: adalah
seorang beriman laki-laki yang mampu untuk
menerima pemilihan. Dalam sejarah pernah
dipilih juga dari kalangan diakon atau awam
biasa, tetapi sejak 1378 selalu dipilih dari
kalangan kardinal.
PEMILIHAN PAUS
4. Konklaf:
“Pemilihan Paus berlangsung
dalam konklaf. Selama pemilihan,
para kardinal harus tinggal di
domus santae Martae, perayaan
liturgi dilakukan di kapel Sestina.
Selama konklaf, dua tempat ini
tertutup untuk umum.”
PEMILIHAN PAUS
5. Kewajiban-kewajiban kardinal selama dalam
konklaf:

- tidak boleh mengadakan korespondensi baik lewat surat,


telpon atau pun radio dari dalam dan antar dalam gedung
itu.
- hanya atas dasar alasan yang sangat berat dan dengan
persetujuan dewan kardinal, korespondensi dapat
dilakukan.
- sebaliknya, mereka pun tidak boleh menerima berita apa
pun, tidak boleh membaca surat kabar harian, buletin
mingguan maupun bulanan, tidak boleh nonton tv
maupun mendengarkan radio selama konklaf
berlangsung sampai Paus terpilih.
PEMILIHAN PAUS
6.Ruang pemilihan adalah Kapel
Sestina.
Selama konklaf, kapel Sestina
tertutup sama sekali sampai Paus
terpilih.
PEMILIHAN PAUS
7. Bentuk pemilihan “hanya”
dengan “voting” dan dikecualikan segala
bentuk aklamasi.
Yang terpilih ditanya: BERSEDIA
atau TIDAK BERSEDIA ?
Bila jawaban : YA (BERSEDIA),
IA TERPILIH sebagai PAUS,
sekaligus USKUP ROMA
(habemus papam = kita telah
mempunyai Paus).
KOLEGIALITAS (DEWAN)
PARA USKUP
Melalui tahbisan Uskup dan
persekutuan hirarki dengan kepala
dan anggota kollegial (dewan),
seorang uskup menjadi anggota
dewan episkopal (LG art. 22), dan
mereka bekerja sama demi
kesejahteraan Gereja Universal.
KOLEGIALITAS (DEWAN)
PARA USKUP
Dalam persekutuan universal cinta kasih di
antara mereka, para uskup terikat “secara
kollegial,” terutama saat mereka bertemu untuk
berkarya dalam wilayah provinsi, regional dan
nasional yang secara geografis saling
berdekatan demi suatu reksa pastoral bersama.
Dalam perwujudan pastoral persekutuan, jika
tindakan-tindakan mereka itu diterima secara
bebas oleh Paus, maka itu menjadi kegiatan
kollegial yang sejati (bdk. Kan. 337 §2).
KUASA DEWAN
PARA USKUP
Kuasa Penuh dan Tertinggi

Dalam kesatuan dengan kepala


(Paus), dan tidak mungkin tanpa
dia, dewan para uskup adalah
subyek dari kuasa tertinggi dan
penuh atas seluruh Gereja.
KONSILI
Konsili Ekumenis

 Konsili yang melibatkan organ


legislative dari Gereja
 Subyeknya adalah magisterium
 Gereja Anggotanya adalah semua
uskup
 Hasil konsili mengikat seluruh
gereja universal”
KONSILI
Konsili Partikular
- Wilayahnya terbatas pada suatu
benua atau provinsi gerejawi
- Anggotanya terbatas, para uskup di
wilayah benua atau provinsi
gerejawi
- Hasil konsili tidak mengikat
seluruh gereja universal, tapi
menjadi sumbangan konsultatif
bagi reksa pastoral Paus.
SINODE PARA USKUP

Kan. 342 mendifinisikan Sinode Para Uskup:


Suatu himpunan para Uskup (coetus
Episcoporum)
Dipilih dari pelbagai kawasan dunia
Bertemu pada waktu-waktu tertentu
Untuk membina hubungan yang erat
antara Paus dan para Uskup
Untuk membantu Paus dengan kerjasama
melalui nasehat-nasehat mereka atas masalah-
masalah
Memberikan sumbangan konsultatif.
SIFAT DASAR & TUJUAN
“Membantu kepemimpinan Paus
dalam menjaga dan mengembangkan
iman, kebiasaan-kebiasaan dan ajaran
gereja.”

 Dari sini dapat dilihat satu bentuk


institusional dari persekutuan dan
pengertian kollegialitas para uskup, baik
diantara mereka maupun dengan Paus.

WEWENANG SINODE PARA USKUP
a. Menentukan masalah-masalah yang
harus dibahas dan menganjukan
harapan-harapan.
b. Tidak berwenang membuat
keputusan-keputusan, kecuali diberi
kuasa oleh Paus.
c. Tidak berwenang mengeluarkan dan
mengesahkan keputusan-keputusan
sinode.
 
KARDINAL
Berasal dari bahasa Latin “Cardo” artinya
engsel
Sebuah gelar rohani yang sangat tua dalam
dalam Gereja Katolik yaitu Organ
Pelayanan dalam Gereja Katolik
KARDINAL
Dibagidalam 3 kelompok:
Kardinal Uskup
Kardinal Imam
Kardinal Diakon
TUGAS KARDINAL
Kan. 349, para Kardinal terutama mempunyai tugas untuk
memilih Paus

Mereka membantu Paus dalam pelayanannya sebagai Gembala

Gereja Universal, baik secara kollegial maupun saat mereka

dipanggil untuk membahas bersama ttentang masalah-masalah

besar dan penting, secara khusus dalam kosistori-konsistori

(bdk. kan. 353), baik secara pribadi atau sebagai ketua dari

Departemen Kuria Roma.


TUGAS KARDINAL
Para Ketua atau Pemimpin dari organisasi-

organisasi Kuria Roma adalah para Kardinal;

datang juga para Kardinal yang tidak tinggal di

Roma, mereka diangkat oleh Paus sebagai

konsultores dari satu atau lebih Departemen untuk

waktu 5 tahun dan dapat diperbaharui.


KONSISTORI
Yaiturapat para Kardinal,
dimana Paus yang memanggil
dan mengepalainya
KONSISTORI
Ada 2 jenis:

a. Konsistori Biasa: diundang semua Kardinal, paling sedikit

yang berada di Roma, untuk konsultasi tentang persoalan-

persoalan penting, tetapi lebih umum tentang kejadian-

kejadian, atau untuk mengadakan kegiatan resmi. (kan. 352

§ 2). Menurut norma kan. 353 § 4, konsistori biasa bisa bersifat

publik dan upacara meriah yang dihadiri oleh pelbagai

kalangan.
KONSISTORI
b. Konsistori Luar Biasa: diselenggarakan bila ada kebutuhan-

kebutuhan khusus Gereja, atau persoalan-persoalan penting

yang harus dibahas. Diundang semua Kardinal. Konsistori

seperti ini tidak pernah bersifat publik. Konsistori Luar Biasa

sering disebut “Plenaria”, artinya: Konsistori yang dihadiri oleh

semua Kardinal (lengkap) tetapi sifatnya “tertutup”. Menurut

norma kan. 353 § 4, konsistori biasa bisa bersifat publik dan

upacara meriah yang dihadiri oleh pelbagai kalangan.


KURIA ROMA
“Kuria Romawi adalah Keseluruhan
Departemen-departemen dan
Lembaga-lembaga yang membantu Paus
dalam pelaksanaan jabatannya sebagai
Gembala Tertinggi demi kesejahteraan
dan pelayanan Gereja Universal dan
Gereja-Gereja Partikular, mengusahakan
dengan memperkuat kesatuan iman dan
persekutuan Umat Allah dan memajukan
missi Gereja sendiri di dunia.”
TUJUAN KURIA ROMA
Tujuan
"Dalam melaksanakan kekuasaan
tertinggi, penuh, dan langsung atas Gereja
universal, Uskup Roma mempergunakan
badan-badan dan kongregasi-kongregasi
dalam Kuria Romawi yang melaksanakan
tugas-tugas mereka atas namanya dan
menurut otoritasnya untuk kegunaan
gereja-gereja dan dalam melayani para
imam suci"
KURIA ROMA
Kongregasi Kuria Romana, ada 9:

1. Kongregasi Urusan Ajaran Iman

2. Kongregasi Urusan Gereja-Gereja Timur.

3. Kongregasi Urusan Ibadat Ilahi dan Sakramen-Sakramen

4. Kongregasi Urusan Kanonisasi orang-orang kudus

5. Kongregasi Urusan Uskup

6. Kongregasi Urusan Evangelisasi (Propaganda Fide)

7. Kongregasi Urusan Para Klerus

8. Kongregasi Urusan Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan

9. Kongregasi Urusan Seminari dan Lembaga Pendidikan


KURIA ROMA

Tribunal atau Pengadilan:

1. Penitenzaria Apostolik ( Forum

Internum)

2. Makhamah Agung (Signatura Apostolik)


Pengadilan Rota Romana
KURIA ROMA
Lembaga-Lembaga lainnya, a.l.:

1. Dewan Kepausan untuk Urusan Awam

2. Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani

3. Dewan Kepausan untuk urusan keluarga

4. Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian

5. Dewan Kepausan untuk “Cor Unum” (satu hati)

6. Dewan Kepausan untuk Kaum Imigran dan Pengembara

7. Dewan Kepausan untuk Pelayanan Kesehatan

8. Dewan Kepausan untuk Penafsiran Undang-Undang

9. Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama, DLL


Tahta Apostolik

“ Dengan nama Tahta Apostolik atau Tahta

Suci dalam Kitab Hukum ini dimaksudkan

bukan hanya Paus, melainkan juga Sekretariat

Negara, Dewan Urusan Umum Gereja, Lembaga-

lembaga lain Kuria Romawi...”


TAHTA APOSTOLIK

Duta Besar Paus: dari sudut

pandang diplomatik, sejumlah utusan

bagi hubungan antara Tahta Suci dan

Negara-negara.
Tingkatan dari Para Duta
Nunzio: memimpin kedutaan kepausan bagi Gereja-gereja

partikular dan sekaligus sebagai duta besar berkuasa penuh pada

negara-negara; de iure, dia melakukan tugas-tugas resmi

kenegaraan sebagai Dekan (ketua) dari korps diplomatik,

sekurang-kurangnya dalam negara-negara yang menerima

Konvensi/Perjanjian di Vinna atau negara-negara yang menghargai

hukum perjanjian seperti itu. Dia adalah wakil tingkat pertama,

dengan kualitas sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh.
Tingkatan dari Para Duta
Pro-Nunzio: mempunyai hak prerogatif yang sama dengan Nunzio,

sesuai dengan hukum.

Internunzio: adalah wakil diplomatik tingkat kedua, dengan

kualitas sebagai utusan luar biasa dan menteri berkuasa penuh;

kadang-kadang diutus sebagai Duta Paus dalam penggantian gelar.

Utusan Apostolik: memimpin kedutaan kepausan yang secara

khusus memperhatikan Gereja-gereja partikular, tanpa pengakuan

dari suatu negara.


GEREJA PARTIKULAR DAN YANG
DISAMAKAN DENGAN GEREJA
PARTIKULAR
Gereja partikular adalah satu himpunan
umat Allah yang membentuk suatu
gambaran tentang Gereja universal, suatu
komunitas kaum beriman yang dipersatukan
oleh Roh Kudus, Injil dan Ekaristi.
GEREJA PARTIKULAR
 Kanon 368 menjelaskan tentang komunitas-komunitas

kaum beriman sebagai Gereja-gereja partikular: “terutama

ialah keuskupan-keuskupan; dengan keuskupan-

keuskupan ini, kecuali nyata lain, disamakanlah prelatur

teritorial dan keabbasan teritorial, vikariat apostolik

dan prefektur apostolik, dan juga administrasi

apostolik, yang didirikan secara tetap.”


KEUSKUPAN
Kata “Diosesan” berasal dari bahasa yunani
“Di-oikein”, artinya mengatur, memimpin,
membimbing.

“Dioìkesis” artinya urusan, pemerintah,

direksi, tetapi juga daerah (distrik), provinsi,

prefektur, dan dalam pengertian kanonik, berarti

keuskupan atau daerah kekuasaan uskup.


KEUSKUPAN
Kanon 369, mendefinisikan Gereja
partikular, keuskupan, sebagai “ himpunan
umat Allah, yang dipercayakan kepada uskup
untuk digembalakan dalam kerja sama dengan
para imam, sedemikian rupa sehingga dengan
mengikuti gembalanya dan dihimpun olehnya
dengan semangat Injil serta Ekaristi dalam
Roh Kudus membentuk satu Gereja
partikular, di mana sungguh-sungguh
terwujud dan berkarya Gereja Kristus yang
satu, kudus, katolik dan apostolik.”.
Prelatura Teritorial dan Keabasan
Teritorial (kan. 370)
Prelatur teritorial dan keabasan territorial
adalah bagian tertentu umat Allah, yang
dibatasi secara teritorial dan yang karena
keadaan khusus, reksa pastoralnya
dipercayakan kepada seorang Prelat atau
Abbas, yang memimpinnya seperti Uskup
diosesan, sebagai gembalanya sendiri

Prelat atau Abas memimpin suatu wilayah


“bagaikan Uskup diosesan, sebagai
gembalanya sendiri.”
Vikariat Apostolik dan Prefektur Apostolik
(kan. 371 § 1)
Adalah Himpunan umat Allah, yang karena
alasan khusus belum dibentuk menjadi
keuskupan, dan reksa pastoralnya
dipercayakan kepada seorang Vikaris
apostolik, Prefek apostolik atau
Administrator apostolik yang
memimpinnya atas nama Paus (cf. Kan.
371).
Administrasi Apostolik (Kan. 371 § 2)

Administrasi apostolik adalah


satu wilayah khusus teritorial
gerejawi, yang didirikan oleh
Tahta Apostolik untuk sementara
waktu, dan dipercayakan kepada
seorang Administrator apostolik,
yang memerintah atas nama Paus.
Ordinariat Militer
Ordinariat militer atau yang
berkenaan dengan ketentaraan
adalah satu wilayah gerejawi
khusus yang secara yuridis
disamakan dengan keuskupan,
memakai undang-undang sendiri
yang dikeluarkan oleh tahta
apostolik (spirituali militium curae, I
§1).
USKUP (Kan. 375-411)
Berdasarkan penetapan ilahi para
Uskup adalah pengganti-pengganti
para rasul yang dalam pelaksanaan
tugas kegembalaannya mereka
melaksanakan tiga tugas Gereja:
mengajar, menguduskan dan
memimpin.
SYARAT MENJADI USKUP
Kan. 378 menuliskan syarat-syarat dan kecakapan
yang diminta untuk para calon Uskup:
 Memiliki keunggulan dalam iman dan iman
yang ortodox, hidup baik, kesalehan, semangat
merasul, kebijaksanaan, kearifan dan
keutamaan-keutamaan manusiawi, sifat-sifat
lain yang membuat layak untuk melaksanakan
jabatan tersebut;
 Mempunyai nama baik atau reputasi yang baik
 Sekurang-kurangnya berusia 35 tahun
 Sekurang-kurangnya sudah 5 tahun
ditahbiskan imam
 
SYARAT MENJADI USKUP
 Mempunyai gelar doktor atau sekurang-kurangnya
lisensiat dalam Kitab Suci, teologi atau hukum
kanonik yang diperolehnya pada lembaga
pendidikan lanjut yang disahkan Tahta Apostolik
atau sekurang-kurangnya memiliki pemahaman
yang dalam tentang: Kitab Suci, Teologi dan
Hukum Kanonik
 Setia pada Tahta Suci dan taat kepada magisterium
 Punya keahlian memimpin
 Kualitas intelektual mencukupi dan punya
kepekaan sosial serta dapat bekerjasama
 Keputusan difinitif tentang kecakapan calon ada
pada Tahta Apostolik.
TIPOLOGI USKUP
Uskup Diosesan
Uskup Tituler:
◦Uskup Koajutor
◦Uskup Auksilier
USKUP DIOSESAN
Uskup Diosesan
“Uskup yang memimpin Gereja
Partikular yang dipercayakan
kepadanya dengan kuasa legislatif,
eksekutif dan yudikatif, menurut
norma hukum (kan 391 §1)”
USKUP DIOSESAN
 Kuasa legislatif dilaksanakan secara
personal dan tidak dapat sah bila
didelegasikan; kuasa eksekutif dan
yudikatif dapat dilaksanakan sendiri
atau melalui orang lain (kan. 135 § 1-
4; 134 §3; 136 – 144; 1419 – 1421, dst.)
 Para Uskup diosesan yang
mengajukan pengunduran diri dari
jabatan disebut Uskup Dimissionari
(Uskup yang diberhentikan dari)
USKUP TITULER
Para Uskup tituler
“Diperuntukkan satu
keuskupan lama yang telah
diberhentikan keberadaannya
atau karena diserap oleh
wilayah lainnya atau karena
dari kenyataan tidak
mempunyai kaum beriman.”
USKUP KOAJUTOR
403
§ 3 Takhta Suci, jika menganggapnya
lebih tepat, ex officio dapat mengangkat
Uskup koajutor, yang juga dibekali
dengan kewenangan- kewenangan
khusus; Uskup koajutor mempunyai hak
mengganti.
Uskup Koajutor secara otomatis akan
menggantikan uskup jika yang
bersangkutan tidak bisa menjalankan
tugasnya.
USKUP AUKSILIER
403
§ 1 Jika kebutuhan-kebutuhan pastoral
keuskupan menganjurkannya, maka
hendaknya atas permohonan Uskup
diosesan diangkat seorang atau
beberapa Uskup auksilier; Uskup
auksilier tidak mempunyai hak
mengganti.
§ 2 Dalam keadaan-keadaan yang cukup
berat, juga yang bersifat pribadi, Uskup
diosesan dapat diberi Uskup auksilier yang
dibekali dengan kewenangan khusus.
USKUP AUKSILIER
Uskup Auxilier tidak secara
otomatis akan menggantikan
uskup lama jika yang
bersangkutan tidak bisa
menjalankan tugasnya
TAHTA TERHALANG & TAHTA
LOWONG
Kan. 412
Takhta Uskup dimengerti
Terhalang apabila karena
penahanan, pengusiran,
pembuangan atau ketidakmampuan,
Uskup diosesan terhalang sama
sekali untuk mengurus tugas pastoral
di keuskupannya, bahkan tidak dapat
berhubungan dengan umatnya lewat
surat.
TAHTA TERHALANG &
TAHTA LOWONG
Kan. 416
Takhta Uskup Lowong
dengan kematian Uskup
diosesan, pengunduran diri yang
diterima oleh Paus, pemindahan
dan pemecatan yang
diberitahukan kepada Uskup itu.
SIAPA PEMIMPIN KEUSKUPAN SAAT
TAHTA TERHALANG???
Kan. 413 §1 menyatakan bahwa, “Bila tahta
terhalang, maka kepemimpinan keuskupan,
kecuali diatur lain oleh Tahta Suci, beralih
kepada Uskup Koajutor, jika ada; jika tak
ada atau terhalang, maka beralih kepada
Uskup Auksilier, atau Vikaris Jenderal
atau Vikaris Episkopal, atau imam yang
lain, dengan mengindahkan urutan orang-
orang yang ditetapkan oleh Uskup diosesan
segera setelah menduduki jabatannya
SIAPA PEMIMPIN KEUSKUPAN SAAT TAHTA
LOWONG???
Bila tahta lowong, kepemimpinan keuskupan
dipercayakan kepada Uskup Auksilier, sampai
adanya pengangkatan Administrator diosesan;
jika tidak ada Uskup Auksilier, kepemimpinan
dilaksanakan oleh Dewan Penasehat, kecuali
ditentukan lain oleh Tahta Apostolik.
Administrator Diosesan
Kan. 421, yang menyatakan bahwa Dewan
Penasehat dalam jangka waktu 8 hari setelah
berita tentang lowongnya tahta keuskupan,
harus memilih Administrator diosesan.
Kanon 427 §1 menetapkan bahwa
Administrator diosesan mempunyai hak dan
kewajiban Uskup diosesan, kecuali hal-hal
yang menurut hakekatnya atau oleh hukum,
dikecualikan.
Propinsi Gerejawi

“Himpunan dari Gereja-Gereja


partikular yang saling berdekatan,
yang dibatasi wilayah-wilayah
tertentu.
Regio Gerejawi
Regio gerejawi terdiri dari
beberapa propinsi gerejawi yang
berdekatan. Regio bukanlah wajib,
seperti propinsi gerejawi. Regio
gerejawi dibentuk oleh Paus, atas
usulan Konferensi para Uskup, demi
kepentingan pastoral dan untuk
memupuk kerja sama
USKUP METROPOLIT
Uskup Metropolit adalah Uskup yang
memimpin pada propinsi gerejawi dan
membawahi para Uskup lain.
Uskup Metropolit mendapat gelar Uskup
Agung, tetapi gelar Uskup Agung bukan
hanya diperuntukkan bagi Uskup Metropolit,
karena itu Tahta Suci dapat
menganugerahkannya sebagai gelar
kehormatan kepada para Uskup yang bukan
Uskup Metropolit.
USKUP METROPOLIT
Uskup Metropolit menerima
pallium, yang menandakan kuasa yang
diberikan oleh hukum kepadanya untuk
memimpin propinsinya sendiri dalam
persekutuan dengan Gereja Roma.
Pallium: satu stola kecil dari kain
putih, dihiasi salib-salib kecil dan
jumbai-jumbai hitam
SINODE KEUSKUPAN
Sinode Keuskupan adalah sidang
para imam dan kaum beriman
kristiani yang terpilih dari Gereja
Partikular untuk membantu Uskup
diosesan demi kesejahteraan seluruh
komunitas diosesan (cf. kan. 460).
PAROKI
“Paroki adalah satu ketentuan
komunitas umat beriman yang
dibentuk secara tetap dalam
wilayah satu Gereja partikular,
dan pelayanannya secara
langsung dipercayakan kepada
seorang pastor paroki sebagai
gembalanya sendiri, di bawah
otoritas Uskup diosesan.”
PAROKI
“Teritorial bukanlah elemen essensial
dari paroki, tetapi keberadaan tidak
dapat mengabaikan sejumlah manfaat
yang bersifat pastoral dan yuridis. Oleh
sebab itu, pada umumnya, paroki harus
mempunyai satu basis teritorial, yakni
bahwa mencakup semua kaum beriman
dari teritorial tertentu.”
Pastor Paroki

“Gembalanya sendiri (pastore


proprio) bagi paroki yang
dipercayakan kepada tanggung
jawabnya dan kepada pelayan-
pelayananya di bawah pimpinan
dan otoritas Uskup.”
Pastor Paroki ≠≠ Delegatus Uskup
Kuasi-Paroki (kan. 516 §1).
“Menunjuk pada komunitas kaum
beriman tertentu, yang belum secara
tetap didirikan sebagai paroki karena
situasi khusus, didirikan dalam
bentuk trasisi (persiapapan sebagai
paroki), dan seperti itu, dipercayakan
kepada seorang gembala sendiri:
kuasi-paroki.”
PAROKI TERITORIAL (KAN. 518)

Pada umumnya, paroki harus


mempunyai satu basis teritorial,
yakni bahwa mencakup semua
kaum beriman dari teritorial
tertentu.
PAROKI PERSONAL (KAN. 518)

“Dapat bersifat personal:


ditentukan atas dasar ritus,
bahasa, bangsa kaum beriman,
dan atas dasar lain, sebagai
contoh pelayanan kepada para
mahasiswa (kan. 813).”

Anda mungkin juga menyukai