Anda di halaman 1dari 3

Bab III

Peran Hierarki dan Kaum Awam dalam Gereja Katolik

Struktur kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja


Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai
berikut.
Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai Kepalanya
Ketika Kristus mengangkat kedua belas Rasul, Ia membentuk mereka menjadi
semacam dewan atau badan tetap. Sebagai ketua dewan, Yesus mengangkat Petrus
yang dipilih-Nya dari antara para Rasul itu. Seperti Santo Petrus dan para Rasul
lainnya, atas penetapan Kristus merupakan satu dewan para Rasul. Begitu pula Paus
(penganti Petrus) bersama Uskup (pengganti Rasul) merupakan satu himpunan yang
serupa.Pada akhir masa Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para Uskup
adalah pengganti para Rasul. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa hanya ada dua
belas Uskup (karena ada dua belas Rasul). Bukan Rasul satu per satu diganti orang
lain, tetapi kalangan para Rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup.
Tegasnya Dewan para Uskup adalah pengganti para Rasul (LG 20). Yang menjadi
pimpinan Gereja adalah Dewan para Uskup.
Seseorang menjadi Uskup karena diterima ke dalam dewan. “Seseorang menjadi
anggota Dewan Para Uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan
persekutuan hierarkis dengan kepala maupun para anggota Dewan” (LG 22). Sebagai
lambang kolegial ini, tahbisan Uskup selalu dilakukan paling sedikit tiga Uskup, sebab
tahbisan Uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke dalam Dewan Uskup”
(LG 11). Uskup itu pertama-tama adalah pemimpin Gereja setempat. Namun, dalam
persekutuan gereja-gereja setempat hiduplah Gereja Universal. Dalam persekutuan
dengan Uskup-Uskup lain itu, para Uskup setempat menjadi pemimpin Gereja
Universal. Maka, Uskup merupakan pemimipin Gereja setempat sekaligus pemimpin
Gereja Universal.

Paus
Konsili Vatikan II menegaskan, “adapun dewan atau badan para Uskup hanyalah
berwibawa bila bersatu dengan Imam Agung di Roma pengganti Petrus sebagai kepala
dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum
beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya,
yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta mempunyai kuasa penuh,
tertinggi, dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan
bebas (LG 22).
Penegasan itu didasarkan bahwa Kristus mengangkat Petrus sebagai ketua para
Rasul. Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dalam diri
Petrus, Yesus menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan
yang tetap dan kelihatan (bdk. LG 18) Petrus diangkat menjadi pemimpin para Rasul.
Paus sebagai pengganti Petrus juga pemimpin para Uskup. Menurut kesaksian tradisi,
Petrus adalah Uskup Roma yang pertama. Karena itu, Roma dipandang sebagai pusat
dan pedoman seluruh Gereja. Menurut keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti
Petrus, bukan hanya sebagai Uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya
sebagai ketua Dewan Pimpinan Gereja. Paus adalah Uskup Roma, dan sebagai Uskup
Roma, ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa seperti Petrus.
Tugas dan kuasa Petrus, menurut Perjanjian Baru, begitu istimewa (Mat 16:16-19;
Yoh 21:15-19), Ia diakui sebagai pemimpin Gereja. “Para Rasul menghimpun Gereja
semesta, yang oleh Tuhan didirikan dalam diri mereka dan di atas Rasul Petrus, ketua
mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri sebagai batu sendinya” (LG 19). Fungsi
dan kedudukan Petrus sebagai pemimpin Gereja diakui pula sebagai unsur prinsip
hierarki, yang akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Itulah tugas dan wewenang Paus,
pengganti Petrus.

Uskup
Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Seorang Uskup selalu berkarya dalam
persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui Paus sebagai kepala. Karya seorang
Uskup adalah “menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja-Nya
(LG 23). Tugas pokok Uskup di tempatnya sendiri adalah pemersatu. Tugas hierarki
yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas
ini dapat disebut tugas kepemimpinan dari para Uskup “dalam arti sesungguhnya
disebut pembesar umat yang mereka bimbing” (LG 27)
Tugas pemersatu ini selanjutnya dibagi menjadi tugas khusus menurut tiga bidang
kehidupan gereja, yaitu pewartaan, perayaan, dan pelayanan, tempat dimungkinkan
komunikasi iman dalam Gereja. Dan dalam bidang-bidang itulah para Uskup dan Paus
menjalankan tugas kepemimpinannya. Pewartaan Injil menjadi tugas terpenting (LG
25). Tugas penting selanjutnya adalah perayaan, “mempersembahkan ibadat agama
Kristen kepada Allah yang Mahaagung dan mengaturnya menurut perintah Tuhan
dan hukum Gereja” (LG 26). Selanjutnya adalah pelayanan, “membimbing Gerejagereja yang
dipecayakan kepada mereka sebagai wakil dan utusan Kristus, dengan
petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, dan teladan hidup mereka, tetapi juga dengan
kewibawaan dan kuasa suci” (LG 27). Dalam ketiga bidang kehidupan menggereja,
Uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi
iman.
Pembantu Uskup: Imam dan Diakon
Dalam mengemban tugas dan fungsinya, para Uskup memerlukan “pembantu” dan
rekan “kerja”, mereka sebagai berikut:
Para Imam: adalah Wakil Uskup
Dalam setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, mereka menghadirkan Uskup.
“Para Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan Uskup,
sebagai penolong dan organ mereka “(LG 28). Tugas konkret para Imam sama seperti
Uskup. Mereka ditahbiskan pertama-tama untuk mewartakan Injil (lih. PO 4) dan
menggembalakan umat (lih. PO 6)
Diakon: pelayan, hierarki tingkat yang lebih rendah
Ditumpangi tangan bukan untuk Imamat tetapi untuk pelayanan (LG 29). Mereka ini juga
pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili. Para Diakon adalah pembantu
Uskup dengan tugas terbatas. Dengan kata lain Diakon adalah pembantu khusus Uskup,
sedangkan Imam adalah pembantu umum Uskup.
Kardinal:
Kardinal bukan jabaran hierarkis dan tidak termasuk struktur hierarkis. Kardinal
adalah penasihat dan pembantu Paus dalam tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka
membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi
120 orang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas.

Anda mungkin juga menyukai