PT Suprima mendaftarkan diri sebagai PKP pada ketiga wilayah kegiatan usaha, dengan 1 NPWP pusat
dan 2 NPWP cabang
Contoh:
1. NPWP Pusat (ruko) 01.234.567.8-073.000 (KPP Madya Jakarta Pusat)
2. NPWP Pabrik Bekasi 01.234.567.8-431.001 (KPP Madya Bekasi)
CABAN
3. NPWP Pabrik Cikarang G 01.234.567.8-414.002 (KPP Cikarang Utara)
Dasar hukum: UU No. 28 tahun 2007 Pasal 2 ayat 1
“Setiap WP yang telah memenuhi syarat subyektif & obyektif sesuai ketentuan UU pajak wajib
mendaftarkan diri pada kantor pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal/ tempat kedudukan
WP...”
3 APAKAH KEBIJAKAN PERUSAHAAN UNTUK TIDAK MELAKUKAN
PEMBUKUAN DIPERKENANKAN?
3a) Kebijakan tidak melakukan pembukaan tidak diperkenankan, karena PT Suprima merupakan WP
Badan
Dasar hukum: UU No. 28 tahun 2007 pasal 28 ayat 1
- WPOP dengan omzet > batas wajib PKP
- WP Badan
UU No. 28 tahun 2007 pasal 28 ayat 2
- WPOP dengan < batas wajib PKP
- WPOP yang tidak melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas
3 (CONT) LALU BAGAIMANA PERUSAHAAN MENGHITUNG PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN SETIAP BULANNYA JIKA
PERUSAHAAN TELAH MENJADI PKP?
3b) Belum menjadi PKP: Tidak diperkenankan memungut PPN maupun menerbitkan faktur pajak.
Apabila hal tersebut dilakukan, maka harus menyetorkan pajak yang tercantum
dalam faktur ke kas negara.
Dasar hukum: - Pasal 14 ayat 1 UU PPN
- Pasal 13 ayat 2 UU KUP
- Pasal 14 UU KUP
Telah menjadi PKP:
DPP: 1. Harga Jual Tarif2.Pajak
Penggantian
(10%) x DPP
3. Nilai Impor 4. Nilai Ekspor
5. Nilai Lain: a. BKP/ JKP untuk pemakaian sendiri
b. BKP/ JKP untuk pemberian cuma-Cuma
c. dll
Dasar hukum: UU No. 42 tahun 2009 pasal 7
APAKAH MENURUT ANDA KEBIJAKAN
YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN
SUDAH TEPAT? APA KONSEKUENSI
PERPAJAKAN YANG MUNGKIN
TERJADI? JELASKAN BAGAIMANA
PROSEDUR YANG SEHARUSNYA
DILAKUKAN PERUSAHAAN JIKA ANDA
ANGGAP ADA PROSEDUR YANG TIDAK
TEPAT!
A. Terdapat beberapa transaksi yang menurut bagian akuntansi tidak perlu dipungut PPN, yaitu :
o Penyerahan secara konsinyasi ke toko-toko kimia, karena belum terjadi penjualan, maka tidak perlu dipungut PPN.
PPN akan dipungut atas barang yang sudah benar-benar terjual.
Seharusnya sudah dipungut PPN
Dasar hukum: UU PPN 1984 pasal 1A ayat (1) poin (g)
o Penyerahan dari pabrik pertama ke pabrik ke dua. Karena penyerahan tersebut masih merupakan rangkaian proses
produksi perusahaan, maka tidak perlu adanya pemungutan PPN
Seharusnya dipungut PPN
Barang tersebut masih tergolong DPP yang masuk kategori Nilai Lain, yaitu untuk penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP) dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang adalah HPP/harga perolehan.
o Penyerahan kepada konsumen yang non PKP. Karena konsumen non-PKP tidak dapat mengkreditkan PPN yang
dibayar, maka menurut bagian akuntansi seharusnya konsumen tersebut tidak perlu dipungut PPN karena hanya
akan memberatkan konsumen
Seharusnya tetap dipungut PPN
Dasar hukum: PP No. 1 tahun 2012 pasal 19 ayat (1)
Jadi, apabila PKP menjual/ menyerahkan BKP/ JKP kepada non-PKP, harus tetap menerbitkan faktur pajak
B. Prosedur pengiriman barang dan penagihan yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :
Barang dikirim disertai dengan Surat Jalan
Penagihan dan pembuatan faktur pajak dilakukan pada tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Penagihan
dilakukan dengan mengirimkan kwitansi dan faktur kepada konsumen.
Untuk penyerahan yang tidak dipungut PPNnya, pada saat penagihan yang dikirimkan hanya
kwitansi saja tanpa faktur pajak, sehingga nomor urut kwitansi berbeda dengan nomor urut faktur
pajak
Untuk pembeli yang sama, persahaan melakukan penagihan sebulan sekali, yaitu setiap tanggal 1,
dan perusahaan menyatukan beberapa pengiriman kedalam satu kwitansi dan satu faktur.
Terdapat beberapa transaksi dengan badan pemerintah. Perusahaan melakukan mekanisme
penagihan yang sama dengan mekanisme yang dilakukan terhadap pembeli non-pemerintah.
Penagihan dan pembuatan faktur pajak dilakukan pada tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Penagihan
dilakukan dengan mengirimkan kwitansi dan faktur kepada konsumen.
Seharusnya perusahaan tidak bisa menetapkan tanggal untuk pembuatan faktur pajak.
Dasar hukum: Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER 24/PJ/2012.
C. Prosedur pengkreditan Pajak Masukan adalah sebagai berikut :
Perusahaan mengkreditkan semua pengeluaran yang terjadi dalam bulan Januari hingga Desember.
Untuk pengeluaran bulan Januari, karena pada saat itu perusahaan belum menjadi PKP, maka
perusahaan mengkreditkannya di bulan Februari setelah perusahaan menjadi PKP.
Seharusnya perusahaan tidak atau tidak bisa mengkreditkan PPN untuk bulan Januari, karena pada
saat itu perusahaan belum ditetapkan sebagai PKP.
Dasar hukum: UU No.42 tahun 2009 Pasal 9 ayat (8a).
Perusahaan memilah semua pengeluaran berdasarkan mana yang dikenai PPN mana yang tidak.
Semua pengeluaran yang dikenai PPN, PPNnya dikreditkan di bulan diterimanya faktur pajak.
Perusahaan melakukan beberapa pembelian secara kredit/cicilan selama empat bulan. Supplier akan
memberikan kwitansi asli dan faktur pajak pada saat perusahaan telah melunasi seluruh pembayaran.
Seharusnya PT Suprima telah menerima faktur pajak saat terjadi penyerahan BKP, bukan saat telah
melunasi seluruh pembayaran.
Dasar hukum: Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER 24/PJ/2012, beberapa
diantaranyamenetapkan bahwa faktur pajak harus dibuat saat penyerahan BKP/JKP atau penerimaan
pembayaran sebelum penyerahan BKP/JKP.
Perusahaan membeli beberapa mobil sedan untuk pimpinan perusahaan. Karena menurut bagian
akuntansi 50% dari biaya atas pembelian mobil sedan tersebut dapat dijadikan beban menurut PPh,
maka untuk PPNnya perusahaan juga mengkreditkan sebesar 50%.
Perusahaan seharusnya tidak bisa mengkreditkan PPN yang berasal dari pembelian mobil untuk
pimpinan perusahaan, karena mobil tersebut bukan termasuk barang yang akan diperdagangkan atau
disewakan.
Dasar hukum: UU No.42 tahun 2009 Pasal 9 ayat (8c).