Anda di halaman 1dari 40

KESELAMATAN dan

K3 KESEHATAN
KERJA
Di Fasyankes
Definisi

Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
K3 Fasyankes adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya
manusia,pasien,pendamping
pasien,pengunjung,maupun lingkungan rumah sakit
PENGEMBANGAN melalui upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja
SISTEM
MANAJEMEN K3 dan penyakit akibat kerja
DI RS
BAGAIMANA
SMK3 DI
INSTANSI
ANDA ??

SUDAH
SIAP??
1. Undang-Undang RI Nomor: 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang RI Nomor: 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 50 Tahun 2012 tentang
Sistem
Manejemen K3
6. Permenkes RI Nomor: 66 Tahun 2016 tentang Standar
Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Runah Sakit.

Dasar
Hukum
PP No 50 Th 2012 Tentang Penerapan SMK3
Pasal 5
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang,
atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya yang tinggi

Permenkes No 66 Th 2016 Tentang K3RS


Pasal 3
1.
2. Setiap Rumah Sakit
Penyelenggaraan K3RSwajib menyelenggarakan
sebagaimana K3RS
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
Dasar a. membentuk dan mengembangkan SMK3 Rumah Sakit; dan
Hukum b. menerapkan standar K3RS
Setiap fasyankes wajib menyelenggarakan
K3
Menerapkan
Membentuk Standar K3
dan/mengembangkan 1. Pengenalan potensi bahaya
Sistem Manajemen dan pengendalian risiko K3;
2. Penerapan kewaspadaan
K3 ( SMK3 ) standar;
1. Penetapan Kebijakan 3. Penerapan prinsip ergonomi;
K3; SMK3 4. Pemeriksaan kesehatan
2. Perencanaan K3; berkala;
3. Pelaksanaan rencana 5. Pemberian imunisasi;
K3; 6. Pembudayaan PHBS;
Standar
4. Pemantauan dan 7. Pengelolaan sarana dan
evaluasi kinerja K3; K3
prasarana dari aspek K3;
5. Peninjauan dan 8. Pengelolaan peralatan
peningkatan kinerja medis dari aspek K3;
K3. 9. Kesiapsiagaan menghadapi
kondisi darurat/ bencana, tmsk
kebakaran;
10. Pengelolaan B3 dan limbah B3;
11. Pengelolaan limbah domestik.
Sistem Manajemen K3 (
SMK3 )
Di Fasyankes
Pengertian dan Tujuan Penyelenggaraan SMK3

SMK3 di Fasyankes adalah Meningkatkan efektifitas


bagian dari sistem perlindungan K3 yg terencana,
manajemen di Fasyankes, dalam terukur, terstruktur, dan terintegrasi
rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja,
Menciptakan tempat kerja yg aman,
guna terciptanya lingkungan kerja sehat dan produktif utk SDM Fasyankes,
Fasyankes yang sehat, aman, aman, selamat dan sehat bagi pasien,
selamat, dan nyaman bagi SDM pengunjung/pengantar pasien,
masy, dan lingk sekitar Fasyankes,
Fasyankes, pasien,
pengunjung/pengantar pasien,
Mencegah dan mengurangi KAK dan
maupun bagi masyarakat dan
PAK dgn melibatkan semua nakes
lingkungan sekitar Fasyankes.
di Fasyankes tsb
 Perlu Komitmen Tertulis dari Pimp Fasyankes
Siklus SMK3  Menetapkan Tujuan, Kebijakan, dan SOP-SOP
 Pengorganisasian : bentuk Tim K3 dgn Uraian Tugas
KEBIJAKAN

 Dilakukan Peninjauan, thd :  Sesuai Kebijakan dan Perat-PerUU


PENINJAUAN  Berdasarkan Identifikasi Risiko
Kebijakan, P1, P2,P3,
setiap tahun. dan P1  Menetapkan Indikator K3
 Dilakukan Peningkatan/ PENINGKATA PERENCANAAN
 Menggunakan skala prioritas
Perbaikan Berkelanjutan N KINERJA  Terintegrasi dgn Perencanaan FKTP
berdasarkan hasil Peninjauan
SMK3  Memenuhi 6W 2H

 Melalui : inspeksi, masukan, P3 P2  Sesuai Perencanaan (P1)


laporan, dsb. PENGAWASAN  Bagian dari Pengendalian Risiko
PENGGERAKAN
 Teratur, periodik/berkala. PENGENDALIAN  Menerapkan 11 Standar K3
PELAKSANAAN
PENILAIAN
Indikator Keberhasilan K3

1. Adanya komitmen dan kebijakan dari Pimpinan Fasyankes secara


tertulis , yg dituangkan dalam Lembar Komitmen.
2. Adanya SK Tim K3, Uraian Tugas, dan Penanggungjawab.
3. Adanya Perencanaan/Kerangka Acuan Program K3 yang lengkap,
menjelaskan 6W2H
4. Adanya dukungan sumberdaya yg memadai untuk Program K3 (Man,
Money, Material, Machine, Method, Minute, & Information).
5. Adanya regulasi (Kebijakan, Pedoman, Panduan, SOP ttg K3
6. Adanya penerapan Standar K3 sesuai Kebijakan dan SOP
7. Adanya upaya peningkatan kapasitas SDM Fasyankes tentang K3
(melalui Pendidikan - Pelatihan)
8. Adanya Pencatatan dan Pelaporan K3
Standar K3
Di Fasyankes
Standar K3
meliputi :
1. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian
risiko K3;
2. Penerapan kewaspadaan standar;
3. Penerapan prinsip ergonomi;
4. Pemeriksaan kesehatan berkala;
5. Pemberian imunisasi;
6. Pembudayaan PHBS;
7. Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek K3;
8. Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3;
9. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau
bencana, termasuk kebakaran;
10. Pengelolaan B3 dan limbah B3;
11. Pengelolaan limbah domestik
1 PENGENALAN POTENSI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO K3

Initiate
Quality Risk Management Process
= Manajemen Risiko K3
Risk Assessment mengikuti proses sbb :
Risk Identification 1. Risk Assessment (Penilaian Risiko),
yang terdiri dari :
Risk Analysis
a. Identifikasi Risiko,
b. Analisis Risiko,
Risk Evaluation
c. Evaluasi Risiko.

R i s k M a n a g e m e n t t o o ls
2. Risk Control (Kontrol/Pengendalian Risiko) :
R i s k Co m m u n ic a t io n

Risk Control Tindakan thd risiko, yang bisa berupa :


Risk Reduction a. Pengurangan Risiko (Risk Reduction), atau
b. Penerimaan Risiko (Risk Acceptance)
Risk Acceptance 3. Risk Review (Peninjauan Risiko)

Output / Result of the


Quality Risk Management Process
6 Kelompok Potensi Bahaya dan Risiko
Risk Review
K3 : Fisik, Kimia, Biologi,
Review Events
Ergonomi, Psikososial, Kecelakaan Kerja
IDENTIFIKASI RISIKO K3
FAKTOR TINGKA
NO RUANGAN POTENSI BAHAYA DAMPAK PROBABILITAS T
BAHAYA
1 Pendaftaran Ergonomi : Gangguan otot dan rangka Sangat Mungkin Tinggi
- Posisi Kerja (Sedang) (Sering)
- Cara Kerja

Biologi : Tertular penyakit dari pasien Sangat Mungkin Tinggi


- Bakteri (Berat) (Sering)
- Virus

Psikososial : Stress kerja Sangat Mungkin Tinggi


- Shift Kerja (Berat) (Sering)

2 Klinik Gigi Ergonomi : Gangguan otot dan rangka Sangat Mungkin Tinggi
- Posisi Kerja (Sedang) (Sering)
- Cara Kerja

Biologi : Tertular penyakit dari pasien Sangat Mungkin Tinggi


- Bakteri (Berat) (Sering)
- Virus

Kecelakaan Kerja : - Hepatitis Sangat Mungkin Tinggi


- Tertusuk jarum - HIV (Sering)
(Berat)

3 Klinik KIA Biologi : Tertular penyakit dari pasien Sangat Mungkin Tinggi
- Bakteri (Berat) (Sering)
- Virus
Risk Assessment
3. Sangat Mungkin
2. Mungkin
1. Tidak Mungkin

Tingkat Risiko
Probabilitas

Risk Identification
1. Risiko Rendah
Risk Analysis 2. Risiko Sedang
3. Risiko Tinggi
Risk Evaluation
Dampak

1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
Risk Assessment

Terjadi dampak buruk terhadap kesehatan dan


keselamatan
Ada kemungkinan bhw dampak buruk thd
kesehatan dan keselamatan tsb terjadi saat ini
Matriks Grading Risiko
Sangat besar kemungkinan bhw dampak buruk
thd Kesehatan dan keselamatan terjadi saat ini RISIKO =
KEMUNGKINAN X
DAMPAK

Sakit atau cedera yg hanya membutuhkan P3K

KEMUNGKINAN (PROBABILITAS)
dan tidak mengganggu proses kerja

Gangguan kesehatan dan keselamatan yg lebih


serius dan membutuhkan penanganan medis,
(seperti alergi, dermatitis, low back pain), dan
menyebabkan pekerja absen bbrp hari

Gangg kesehatan dan keselamatan sangat


serius dan kemungkinan terjadinya cacat
permanen hingga kematian, contohnya :
amputasi,kanker, kehilangan pendengaran,
pneumonia, keracunan bahan kimia.
Risk Control

SKALA PRIORITAS PENGENDALIAN RISIKO


TINGKAT PRIORITAS
RISIKO DESKRIPSI PENGENDA
LIAN

Ada kemungkinan besar bahwa


cedera atau gangguan kesehatan
Risiko minor terjadi saat ini, dengan Prioritas
Rendah dampak Kesehatan yang ringan ke 3
hingga sedang

Konsekuensi atau keparahan dari


Risiko cedera dan gangguan kesehatan Prioritas
Sedang tergolong kategori serius, meski ke 2
probabilitas kejadiannya rendah

Kemungkinan besar terjadi


Risiko gangguan kesehatan dan cedera Prioritas
yg moderate/serius / kematian. ke 1
Tinggi NIOSH
(National Institute For Occupational Safety and Health)
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3

Langkah pengendalian yg menjadi pilihan pertama utk mengendalikan pajanan karena menghilangkan bahaya
dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-benar dihilangkan dari tempat kerja.
Upaya penggantian bahan, alat, atau cara kerja o l e h alternatif lain dgn tingkat bahaya yg lebih rendah
sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius. Contoh :
a) Mengganti tensimeter air raksa dengan tensimeter digital
b) Mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe yang kebisingan rendah (tipe silent
kompresor)
Pengendalian rekayasa desain alat dan/atau tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan thd
pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk mengurangi risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan
penyekatan menggunakan kaca antara petugas loket dengan pengunjung/pasien.
Contoh pengendalian teknik yaitu: untuk meredam suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi, seperti :
a) Pada poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan kompresor.
b) Pada ruang Genset

Berfungsi utk membatasi pajanan pd pekerja dan diimplementasikan bersamaan dgn pengendalian yg lain sebagai
pendukung. Contoh :
a) Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pd SDM fasyankes.
b) Penyusunan prosedur kerja bagi SDM fasyankes.
c) Pengaturan shift kerja.

Merupakan hal yg sangat penting, khususnya terkait bahaya biologi dgn risiko yg paling tinggi terjadi, sehingga
penggunaan APD menjadi satu prosedur utama di dalam proses asuhan pelayanan kesehatan.
APD tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah pajanan yg masuk ke tubuh.
APD bersifat eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat
dikendalikan). Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau
apabila pengendalian di atasnya belum cukup efektif.
2 PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR

Penerapan kewaspadaan standar


KEWASPADAAN STANDAR
merupakan upaya pencegahan thd
(Kewaspadaan Lapis Pertama)
penularan infeksi dan paparan bahan
kimia dlm perawatan pasien di 1. Kebersihan Tangan
Fasyankes dan dilaksanakan sesuai 2. Penggunaan APD
dengan 3. Higiene Respirasi (Etika Batuk dan Bersin)
Permenkes 4. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
27/2017 Ttg Pedoman PPI. 5. Pengelolaan Limbah
6. Pengendalian Lingkungan
7. Penatalaksanaan Linen
8. Perlindungan Kesehatan Petugas
9. Penempatan Pasien
10. Praktik Menyuntik Yang Aman
11. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
3 PENERAPAN PRINSIP ERGONOMI

1 Penanganan Beban Manual (Manual Handling)

2 Postur Kerja

Prinsip 3 Cara Kerja Dgn Gerakan Berulang


Ergonomi
4 Shift Kerja
5 Durasi Kerja

6 Tata Letak Ruang Kerja


1
Penanganan Beban Manual (Manual Handling)

Standar berat objek yang


boleh diangkat secara manual
tergantung dari letak obyek,
dgn rincian sebagai berikut :
1
Penanganan Beban Manual (Manual Handling)
Penanganan beban manual di Fasyankes, sebagian besar terkait dgn kegiata
memindahkan pasien (mengangkat, mendorong, dan memindahkan). n
Contoh : kegiatan memindahkan pasien di tempat tidur
sesuai dengan prosedur :
1) Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan pinggang
2) Pastikan tempat tidur/brankar terkunci
3) Badan tdk melintir sebagian, putar badan keseluruhan
4) Tekuk kaki utk penyesuaian, bukan membungkukkan
punggung (tulang punggung posisi netral)
5) Ukur kemampuan untuk menolong,
upayakan ada penolong/bantuan
2
Postur Kerja
Postur Kerja saat memberikan asuhan pelayanan di Fasyankes merupakan salah satu faktor risiko ergonomi
yang menyebabkan gangguan kesehatan jika tidak melakukan proses kerja yang ergonomis.
Postur kerja pada saat duduk :
1) Posisikan siku sama tinggi dgn meja kerja, lengan bawah horizontal dan lengan atas
menggantung bebas.
2) Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dgn posisi datar.
Jika perlu, gunakan footrest terutama bagi SDM yg bertubuh mungil.
3) Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah ditopang dengan baik.
4) Atur meja kerja supaya mendapatkan pencahayaan yg sesuai. Hal ini utk
menghindari
silau, pantulan cahaya, dan kurangnya pencahayaan dengan Nilai Ambang Batas
peruntukan pekerjaan yang dilakukan.
5) Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
6) Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pd bag belakang kaki dan
lutut.
7) Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan Anda.
Penyangga dokumen (document holder), alat dan bahan dapat digunakan utk
menghindari pergerakan mata dan leher yang janggal
2
Postur Kerja
Postur kerja pada saat berdiri :
1) Postur berdiri yang baik adalah posisi tegak garis lurus pada sisi
tubuh, mulai dari telinga bahu pinggul dan mata kaki.
2) Posisi berdiri sebaiknya berat badan bertumpu secara seimbang
dua kaki
3) Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dlm jangka waktu lama
(<1 jam/X atau <4 jam/hari), utk menghindari kerja otot yg static.
Jika prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
4) Jaga punggung dalam posisi netral.
5) Jika pekerjaan berdiri dilakukan dlm jangka waktu lama, maka
perlu foot step (pijakan kaki) utk mengistirahatkan salah satu kaki
bergantian.
6) Perlu disediakan tempat duduk untuk istirahat sejenak
2
Postur Kerja
Postur kerja Bidan/nakes penolong persalinan :
1) Posisi penolong berdiri dengan fisiologi
2) Kaki rata dengan lantai
3) Gunakan sepatu tahan slip
4) Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran
5) Jika harus menunduk harus kurang 20 derajat, dgn kaki menekuk
dari pinggang sampai lutut.
6) Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/hetching menggunakan
bangku untuk footstep.
7) Gunakan bangku khusus/tangga utk menggapai benda dan alat kerja
yang lebih tinggi.
8) Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda yang
diangkat melebihi standar.
9) Lakukan olahraga seperti senam, renang, joging secara teratur untuk
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik.
3
Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang
Gerakan berulang yaitu :
1) Pekerjaan manual handling dilakukan jika > 12 X / menit dengan
beban < 5 kg,
Contoh : petugas kebersihan.

2) Pekerjaan yg dilakukan dengan


menggunakan pergelangan
tangan dan jari > 20 X / menit.
Contoh: petugas administrasi,
petugas farmasi, dokter gigi,
perawat.

Untuk mengurangi gerakan berulang, dapat diatasi dgn merancang kembali cara dan prosedur kerja yang
lebih efektif, meningkatkan waktu jeda antara aktifitas pengulangan, atau mengganti dgn pekerjaan yg
lain.
4
Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan
durasi kerja yang sesuai dengan
peraturan yaitu 40 jam/minggu,
shg shift kerja yang disarankan
sebaiknya 3 shift dgn masing2
shift 8 jam kerja selama 5 hari
kerja/minggu atau sesuai
peraturan yang ada.
5
Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dgn ketentuan
peraturan per-UU, a.l. :
1) 7 (tujuh) jam/hari dan 40 (empat puluh) jam/minggu
untuk 6 (enam) hari kerja/minggu, atau
8 (delapan) jam/hari dan 40 (empat puluh) jam/minggu
untuk 5 (lima) hari kerja/ kerja/minggu.
2) Jika terdapat kerja lembur, harus mendapat persetujuan
SDM yang bersangkutan dengan ketentuan waktu kerja
lembur maksimum 3 (tiga) jam/hari dan 14 (empat belas)
jam/minggu.

Aktivitas rutin tiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan.


6
Tata Letak Ruang Kerja
Setiap SDM yg bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara minimal 10 m3 dan sebaiknya 15 m3.
Tata letak ruang kerja harus memperhatikan house keeping yang baik, al
• Lantai harus bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang
• Penyusunan dan penempatan lemari tak mengganggu aktifitas lalu lalang pergerakan SDM
• Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja yang berat berada di bagian bawah
• Lemari bebas dari benda tajam, dan siku-siku lemari peralatan serta material kerja maupun benda
lainnya.
•Ruang kerja harus terbebas dari penyebab elektrikal syok.
Prosedur kerja :
• Dilarang berlari di ruang kerja.
• Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga
diatur ada sebelah kiri.
• SDM yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat, harus menggunakan troli dan tidak boleh naik
melalui tangga tapi gunakan lift barang.
• Tangga tidak boleh jadi area utk menyimpan barang, berkumpul, dan segala aktivitas yg dpt menghambat lalu
lalang.
• Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan yang baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan dan
potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus segera diambil.
• Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan mengganti ubin rusak dan karpet usang.
• Menggunakan listrik dengan aman.
4 PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

 Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes bertujuan :


 menilai status kesehatan,
 penemuan dini kasus penyakit,
 menentukan kelaikan bekerja (fit to work).

 Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 (satu)


kali/tahun dengan memperhatikan risiko pekerjaannya.

 Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala


disesuaikan dg jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko
gangguan kesehatan akibat pekerjaan, dan lingkungan kerja.

 Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes merupakan


bagian dari Upaya Pelayanan Kesehatan Paripurna yang
meliputi : Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif.
UPA YA PELAYA N A N KESEHATAN 2

PARIPURNA 7

BAGI KARYAWAN

 Medical Check Up
 Vaksinasi  Tatalaksana Pajanan (Exposure)
 Surveilans Medik  Tatalaksana PAK
 Surveilans Lingkungan  Tatalaksana KAK
PREVENTIF
KURATI
F

PROMOTIF
REHA
BILITATI
F
 Rehabilitasi Medik
 Pemberian Makanan Tambahan  Pelaksanaan program
 Pelaks Progr Kebugaran Jasmani pendampingan kembali bekerja
 Pembinaan Mental/Rohani (return to work)
5 PEMBERIAN IMUNISASI

 Pemberian imunisasi adalah upaya utk


mencegah
terjadinya penularan penyakit.
 SDM Fasyankes memiliki risiko tertular penyakit infeksi
seperti Hepatitis, Influenza, Varicella,
 Beberapa penyakit infeksi dapat dicegah dengan
imunisasi.
 SDM Fasyankes harus mendapatkan imunisasi
khususnya yg memiliki risiko tinggi.
 Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi
Covid-19 dan Hepatitis B, karena tingginya risiko
penularan pada SDM Fasyankes.
6 PEMBUDAYAAN PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT (PHBS)

 PHBS di Fasyankes adalah upaya untuk membudayakan SDM Fasyankes agar


mempraktikkan PHBS, serta berperan aktif dlm mewujudkan Fasyankes yg sehat.
 PHBS di tempat kerja antara lain:
1. Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
2. Menggunakan APD sesuai pekerjaannya
3. Tidak merokok di tempat kerja
4. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
5. Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
6. Menggunakan air bersih
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
8. Membuang sampah pada tempatnya
9. Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
10. Tidak mengonsumsi NAPZA
11. Tidak meludah sembarang tempat
12. Memberantas jentik nyamuk
7 PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DARI ASPEK K3

Pengelolaan SARANA dan PRASARANA dari Aspek K3

1. Kemampuan bangunan gedung utk mendukung beban muatan


2. Kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir ; Alat Pemadam
Api Ringan (APAR), Peringatan Bahaya (Sistem Alarm), Tangga Darurat, Pintu Darurat, Jalur Evakuasi.
3. Berfungsinya prasarana yang meliputi instalasi listrik dan sistem grounding (sistem pembumian).
4. Penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara tersedia dgn baik, melalui ventilasi alami/ventilasi buatan.
5. Pencahayaan memenuhi persyaratan yang berlaku.
6. Sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan yang berlaku, meliputi ketersediaan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau
air limbah, tempat penampungan sementara kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
7. Perlengkapan K3 seperti APD untuk pekerjaan sanitasi.
8. Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman dan tidak menimbulkan dampak negatif thd lingkungan, seperti zero timbal,
asbes, merkuri, dll. Persyaratan komponen bangunan dan material mengikuti peraturan yang berlaku. Persyaratan
kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang,
pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan sesuai peraturan yang berlaku
9. Kelengkapan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum : ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, ruang ASI,
toilet, tempat parkir.
10. Kualitas bangunan pada Fasyankes seperti atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, dll.
8 PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS DARI ASPEK K3

Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3 adalah upaya memastikan sistem peralatan medis
aman bagi SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di
sekitar lingkungan Fasyankes dari potensi bahaya peralatan medis baik saat digunakan maupun
saat tidak digunakan.
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan peralatan medis dari aspek K3 antara lain :
1. Tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
2. Penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
4. Dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
5. Dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
6. Penyimpanan peralatan medis dan penggunaan sesuai SOP.
Pemantauan pelaksanaan kegiatan tsb di atas menggunakan daftar ceklis untuk memastikan
semuanya dilakukan secara berkala
9 KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI KONDISI DARURAT ATAU BENCANA

a. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan Bencana :


Langkah2 :
• Identifikasi Risiko Kondisi Darurat/Bencana
(TD/B)
• Analisis Risiko Kerentanan Bencana
• Pengendalian Kondisi Darurat/Bencana
• Membentuk Tim Tanggap Darurat/Bencana,
• Menyusun Juknis, SOP Tanggap Darurat/Bencana,
• Menyediakan Alat/Sarana,
• Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan utk
mendapatkan alat,
• Memasang tanda pintu darurat,
• Simulasi kondisi darurat atau bencana ).

b. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran :


Langkah2 :
• Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran
dan Ledakan
• Proteksi kebakaran secara aktif
• Pengendalian Kebakaran dan Ledakan.
10 PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3

Aspek K3 yang harus di lakukan dalam pengelolaan B3 dan Limbah B3 :


1. Indentifikasi dan inventarisasi B3 dan Limbah B3
2. Penyimpanan, pewadahan, dan perawatan B3 sesuai karekteristik, sifat, dan jumlah.
3. Lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat B3 dan Limbah B3.
4. Sistem kedaruratan tumpahan/bocor B3 dan Limbah B3.
5. Sarana keselamatan B3 dan Limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol B3, dll.
6. Ketersediaan dan penggunaan APD sesuai karekteristik dan sifat B3 dan Limbah B3.
7. SOP yang menjamin keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan B3 dan
Limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, penguburan
dan/atau penimbunan B3 dan Limbah B3).
8. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan kerja
utk pengelola dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan B3 dan Limbah B3.
11 PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK

Limbah domestik merupakan limbah yg berasal dari kegiatan


non medis (dapur, sampah dari pengunjung, sampah pohon)
yg tidak mengandung kuman infeksius.

Pengelolaan limbah domestik Fasyankes :


1. Penyediaan tempat sampah terpilah (organik dan non-
organik) dan dilengkapi tutup, dan dilapisi oleh kantong
plastik hitam.
2. Penyediaan APD yg sesuai utk petugas kebersihan.
3. Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola
sampah.
4. Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan
sampah, diharuskan melapor kpd petugas kesehatan
untuk dilakukan investigasi, dan melakukan tindakan
pencegahan, spt pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT).
PENCATATAN DAN PELAPORAN K3

PENCATATAN dan PELAPORAN ALUR PELAPORAN


meliputi :
KEMENKES
1. Jumlah SDM Fasyankes
2. Jumlah SDM Fasyankes yang sakit
3. Jumlah kasus penyakit umum pada SDM DINKES PROV
Fasyankes
4. Jumlah kasus dugaan penyakit akibat kerja pada
SDM Fasyankes DINKES KAB/KOTA
5. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada SDM
Fasyankes
6. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada PUSKESMAS
SDM
Fasyankes
7. Jumlah kasus kejadian hampir celaka (nearmiss) FASYANKES
pada SDM Fasyankes
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai