Anda di halaman 1dari 53

1

Hukum Adat Minangkabau


Wajib PK Hukum Kemasyarakatan
2 SKS

Fakultas Hukum
Universitas Andalas
P a d a n g
Tujuan Instruksional Umum 2
Setelah mempelajari mata kuliah Hukum Adat Minangkabau ,
mahasiswa mengetahui dan menyadari bahwa Masyarakat
Minangkabau mempunyai hukum yang unik yang berbeda dengan
masyarakat lainnya di Indonesia dengan sistem kekerabatan
Matrilineal dan prinsip Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah, Alam Takambang Jadikan Guru. Para alumni Fakultas
Hukum yang terdapat di Sumbar ini diharapkan setelah ini mampu
menangani kasus-kasus hukum adat yang terjadi di Minangkabau
secara tepat dan proporsional, dengan menerapkan hukum adat
Minangkabau.
3
Garis-garis Besar Perkuliahan

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan


1. Pendahuluan A. Asal usul dari nama Minangkabau
B. Sejarah ringkas Minangkabau
C. Pengertian Minangkabau dan Masyarakat
Minangkabau
D. Hukum, Adat, Hukum Adat dan Hk Adat
Minangkabau
2. Hukum adat dan A. Pengertian hukum adat Minangkabau
hukum Islam B. Pengertian Syarak
dalam masya-
rakat Minang- C. Kekuatan berlakunya hukum adat dan syarak
kabau di Minangkabau
3. Hukum keke- A. Sistim Matrillineal dalam masyarakat
rabatan adat Minangkabau
Minangkabau B. Suku paruik dan kaum sebagai persekutuan
hukum adat Geneologis
C. Keadaan suku paruik dan kaum dewasa ini
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan 4
4. Nagari sebagaiA. Terbentuknya nagari di Minangkabau
masyarakat hu-kumB. Pengertian nagari sebagai persekutuan hukum adat
adat gene-alogisC. Tipe-tipe nagari di Minangkabau
matrli-neal tritorial D. Nagari sebelum penjajahan Belanda
E. Nagari pada zaman penjajahan Belanda
F. Nagari Setelah Indonesia merdeka sampai 1979
G. Nagari sejak tahun 1979 sampai tahun 1999
H. Nagari setelah tahun 1999 sampai sekarang
5. Hukum perkawi-A. Pengertian dan makna perkawinan dalam
nan adat Minang- masyarakat Minangkabau
kabau B. Sistim perkawinan dalam masyarakat Minangkabau
C. Prosedur pelaksanaan perkawinan di Minangkabau
D. Perkembangan hak dan kewajiban urang sumando di
Minangkabau
E. Putusnya perkawinan dalam hukum adat Minang-
kabau
5
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
6. Hukum Tanah A. Pengertian tanah dan pentingnya tanah dlm hukum
adat Minang- adat Minagkabau
kabau B. Jenis jenis hak atas tanah
C. Transaksi tanah
D. Transaksi yang berhubungan dengan tanah
E. Keadaan hukum pertanahan di Minangkabau
dewasa ini
7. Hukum harta A. Macam macam kekayaan menurut hukum adat
kekayaan Adat Minangkabau
Minangkabau
B. Mengenai sako dan pusako
C. Harato bawaan dan harta tepatan
D. Harato suwarang
E. Harato pancarian
8. Hukum waris A. Sistim kewarisan dalam masyarakat Minangkabau
adat Minang- B. Pewarisan sako dan pusako
kabau C. Kedudukan harato suwarang
D. Pewarisan harato pancarian
6
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
9. Hukum perjanji- A. Azas perjanjian dalam hukum adat Minangkabau
an adat Minang- B. Ssyarat Perjanjian
kabau C. Jenis jenis perjanjian
DAFTAR KEPUSTAKAAN : 7
Amir MS Adat Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang
Amir MS Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah
Prof. Mr. M.Nasrun Dasar Falsafah Adat Minangkabau
Muchtar Naim Menggali hukum tanah dan hukum waris di Minangkabau
Chaidir Ali SH Yurisprudensi Sumatera Barat
Christine Dobbin Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam dan Gerakan Paderi
Prof. Dr. Mr. Iskandar Kamal Sekitar Pemerintahan Nagari Minangkabau dan
Perkembangannya”
Prof . Dr. Hamka Islam dan Adat Minangkabau
M. Rasyid Manggis Dt Rj Pangulu Minangkabau Sejarah Ringkas Dan Adatnya
Ibrahim . Dt Sanggono Dirajo Curai Paparan Adat Minangkabau
Zenwen Pador SH Baganti baruak dengan Cigak Sistim pemerintahan nagari di
Minangkabau
AA Navis Runtuhnya Surau kami
LC. Westenenk De Minangkabausche Nagarij
Komnas HAM, MKRI, FH Unand, Seknas Masy. Hukum Adat Membangun Masa
Depan Minangkabau Dari Perspektif HAM
Basral Hamidy Harahap Greget Tuanku Rao
Schrieke; BJO. Pergolakan Agama di Sumatera Barat : Sebuah Sumbangan
Bibliografi
1. Pendahuluan 8
1. A. Asal Usul Nama Minangkabau

1. Drs . Zuber Usman :


Kesusastraan lama Indonesia: dalam buku Tun Sri Lanang
berjudul” Hikayat Raja Raja Pasai” : Patih Gajah Mada pergi
menaklukkan pulau perca dengan membawa Seekor Kerbau
Hikmat yang akan diadu dengan kerbau Patih sewatang perdana
mentri kerajan Minangkabau. Patih sewatang menyediakan
seekor anak kerbau yang kepalanya diberi tanduk dengan benda
tajam dan runcing yang beberapa hari tidak diberi susu oleh
induknya, waktu kerbau itu diadu anak kerbau tersebut
menyeruduk ke perut kerbau besar sehingga perutnya tembus
oleh tanduk yang dipasang pada anak kerbau sehingga saat itu
orang orang minang bersorak manang kabau, sehingga
disebutlah daerah itu dengan Manangkabau yang akhirnya
berobah jadi Minangkabau.
Dalam dongeng yang hidup di masyarakat Minangkabau, istilah
minang itu adalah benda kecil runcing yang menyerupai tanduk
yang dipasang pada kepala anak kerbau sehingga Minangkabau
artinya Minang yang dipasang pada kepala anak kerbau,
kemungkinan Tun Sri Lanang menuliskan dalam bukunya
Legenda yang hidup dalam masyarakat Minangkabau sendiri.
9
2. Prof Dr Purbacaraka : bukunya riwayat Indonesia : istilah
Minangkabau berasal dari Minanga Kabawa / Minanga
Tamwan artinya muara sungai , menurut informasi kerajaan
minang kabau itu mulanya berpusat pada sebuah muara
sungai.
3. M. Joustra : Yang mengutip laporan dari Prot van Der Tuuk,
istilah minangkabau berasal dari Minangkhabu yang
artinya tanah asal
4. St. M Zein : Berpendapat bahwa Minangkabau berasal dari
kata Minanga Kanvar artinya muara kampar, pendapat M
Zein berdasarkan pada catatan dari Chan Ju Kua yang pada
abad ke 13 pernah berkunjung ke Muara Kampar yang
merupakan pelabuhan paling ramai di Sumatra
5. Menurut Prasasti (Batu Bersurat) Kedukan Bukit di Barat
Palembang : tertulis : Pada tujuh paro terang bulan yastha
enam ratus lima saka yang dipertuan hiang marlapas dari
minanga tamwan datang bersuka cita membuat kota
Sriwijaya dengan perjalanan suci menyebabkan
kemakmuran. Istilah minanga tamwan dalam prasasti itu
adalah untuk menyebut minangkabau pada enam
ratus lima saka (683 masehi).
6. Prof Dr. M Husein Nainar 10
Prof Dr. M.Husen Nainar, seorang Guru besar di Universitas Madras
yang pernah datang ke Minangkabau berpendat bahwa istilah
minangkabau berasal dari Menon Khabu, dalam bahasa Malajalam yang
dipakai oleh suku Dravida yang hidup di Pegunungan Malabar di
dataran tinggi Dekkan yang juga menganut sistim keturunan matrilineal
seperti Minangkabau. Menonkhabu itu artinya tanah pangkal, tanah
mulia atau tanah permai. Menurut Husein Nainar kemungkinan
masyarakat Minangkabau berasal dari suku Dravida
11
1. B. Sejarah Ringkas Minangkabau
Dari ma titiak palito; di baliak telong nan batali
Dari ma datang niniak kito; dari puncak Gunuang Marapi

Prof Dr. Hamka :


1. Dalam sejarah Melayu tullisan Tun Sri Lanang : Keturunan
Sang Sapurba yang turun di Bukit Siguntang Mahameru
(Palembang) dirajakan di Minangkabau
2. Maharajo dirajo turun dari puncak Gunung Merapi; seperti
halnya Orang Jepang turunan dewa matahari; Pasemah :
Sipahit Lidah turun dari Berombong Cahaya Matahari;
3. Tahun 453-464 Zaman Maharaja Hsian ke Cina datang
utusan Maharaja Pulau Kandali, atau Andali yang ditulis
dalam huruf Cina dengan Kandalaih atau Andalaih, yakni
Pulau Andalas yang oleh Ibnu Batutah disebut Sumatera
yang berpusat di Palembang
4. Tahun 502, 519 dan 520 datang pula utusan Maharaja
sriwijaya ke Cina. Dari Sumatera itu disiarkan agama
Budha ke Jawan dan Jepang. Di Palembang berdiri Asrama
Budha yang besar yang dipimpin oleh Demang Lebar
12
1.B. Sejarah Ringkas Minangkabau

5. Tahun 671 : I Tsing melawat ke kerajaan Sriwijaya yang


berdiri di pinggir sungai Mo-shi. Raja sedang pergi perang
ke negeri Melayu, Indragiri, Kampar dan Siak.
6. Tahun 1005 ada tulisan yang menyebut Maharaja
Palembang itu Maharaja Gunung yang melebarkan
sayapnya sampai ke India dan Sailon.
7. Tahun 1275 Karena pertikaian Aliran Budha Hinayana yang
berpusat di Palembang dengan Mahayana yang berpusat
di Jawa Raden Wijaya dari Singosari menyerang Sriwijaya.
Raja Sriwijaya pindah ke utara (antara Jambi dan Sumbar
sekarang) dan mendirikan kerajaan Dharmasraya (Jiwa
yang bebas). Raden Wijaya memberikan perlindungan atas
Dharmasraya dan membawa dua putrinya ke Jawa, Dara
Petak (yang tua) bergelar Sri Indrahwari dan Dara Jingga
(yang muda) dijadikan permaisuri oleh Raja Maja Pahit
bernama Sri Marmadewa. Turunannya nanti menjadi raja di
Minangkabau turun temurun (Aditiawarman).
8. Tahun 1286 : Kertanegara mengirim patung Budha ke
Minangkabau sebagai tanda hubungan baik, dan kerajaan
yang berdiri sendiri dalam lingkungan Majapahit. Patung
13
1.B. Sejarah Ringkas Minangkabau
9. Tahun 1343, yang menjadi raja Minangkabau adalah
Aditiawarman, membuat patung nenek moyangnya Manju
Shri (Manja Sari) = yang maha suci, dari emas. Patung di
Gedung Arca Berlin. Menurut Catatan Ibnu Bathuthah
yang datang ke Pasai Aceh, raja Al Malikus Shalih
mengirim utusan ke Muljawa untuk mengajak masuk Islam.
Aditiawarman dan Malikus Shalih sezaman, mungkin
Muljawa itu ialah Minangkabau, berasal dari kata Melayu-
Jawa. Masuknya agama Islam merubah sistem
pemerintahan, yaitu rajo tigo selo, rajo alam, adat, dan
ibadat. Basa ada Apek Balai, Indomo di Saruaso dan
Bandaro atau Titah di Sungai Tarab menjaga adat istiadat
lama, sedangkan Tuan Kadi di Padang Gantiang dan
Makhudum di Sumaniak menunjukkan negeri telah Islam
bertgugas mengadakan hubungan dengan negeri Islam.
10. Tahun 1604 di Pantai Barat (Singkil, Barus, Tiku,
Pariaman, Padang, Salido sampai Indopuro terjadi
perebutan kekuasaan perdagangan antara Aceh dengan
Portugis, ingat Nan Tongga Magek Jabang melawan
Sipatokah (Portugis). Raja Pagaruyung tidak lagi mampu
mengusai pantai barat sehingga jatuh ke tangan Aceh,
14
1. B. Sejarah Ringkas Minangkabau

11. Shech Burhanudin, Murid Abdurrauf dan Nurudin Arraniri, penganut


faham Ahlussunnah, Wihadatussuhud, alam itu bekas kuasa Tuhan
datang ke Ulakan Pariaman karena mendengar bahwa Pengaruh
Hamzah Fanshuri dan Syamsuddin Samatrani, panganut faham
Wihdatul Wujud bahwa alam adalah sebagian dari Tuhan, laksana buih
lautan itu sebagian dari ombak, yang berpusat di Cangking.
12. Tahun 1801 (Permulaan abad 19) datang gerakan baru yang amat
hebat yang menggoyahkan batu sandi adat istiadat yang disebut
Paderi yang datang dari Mekah dimulai oleh Haji Miskin di Pandai
Sikek, yang merupakan pengikut kaum Wahabi yang memandang
orang Islam yang tidak sealiran dengannya sebagai musuh karena
memperserikatkan Tuhan dengan yang lain. Maka terjadilah Perang
Paderi 1801-1826 dan 1826-1837 sampai Bonjol jatuh ke tangan
Belanda
15
1. C. Pengertian Minangkabau
dan Masyarakat Minangkabau

Menurut Van Volenhoven yang terkenal sebagai Bapak Hukum Adat


wilayah Hindia Belanda dahulu terdiri dari 19 adat Rechtkringen/
wilayah hukum adat yaitu : 1. Aceh 2. Gaya Alas, Batak, Nias 3.
Minangkabau dan Mentawai 19. Jawa Barat

Wilayah Hukum adat adalah :


Suatu wilayah yang didiami oleh sekelompok orang yang corak corak
kehidupan termasuk hukum adat mereka yang hampir bersamaan
ditandai oleh :
1. Sistim garis keturunan yang sama
2. Pola pola perkawinan yang sama
3. Bahasa pengantar / Bahasa daerah yang sama
4. Struktur kemasyarakatan yang sama
16
1. C. Pengertian Minangkabau
dan Masyarakat Minangkabau

Dari penjelasan Van Volenhoven itu terlihat Minangkabau adalah salah satu
adatrechkring (wilayah hukum adat) yang terdapat di wilayah Hindia Belanda yaitu
suatu wilayah yang terletak di Sumatera Tengah bagian Barat, sistem
kemasyarakatan Matrilineal, mempunyai bahasa pengantar bahasa Minang, sistim
perkawinannya sistim sumando, eksogami dan matrilokal; sedangkan susunan
kemasyarakatannya terdiri dari persekutuan hukum adat geneologis berbentuk
suku, paruik, kaum yang terhimpun menjadi persekutuan hukum adat territorial
yang disebut dengan nagari yang terhimpun pula kedalam Luhak dan Rantau
Di samping itu Minangkabau digunakan untuk menyebut salah satu etnis dari
masyarakat Indonesia, yaitu etnis Minangkabau.

Wilayah Minangkabau pada mulanya didiami oleh masyarakat Minangkabau yang


menyebut dirinya sebagai “ urang awak ”
Sekelompok orang laki laki dan perempuan yang ibunya merupakan anggota
salah satu suku yang keberadaanya diakui pada salah satu nagari yang ada
di Minangkabau.
17
1. C. Pengertian Minangkabau
dan Masyarakat Minangkabau

Untuk mengetahui apakah seorang itu urang awak perlu diketahui hal hal sbb :
Nama nagari asalnya yang harus dapat menunjukkan salah satu dari nama nagari di
Minangkabau.
Mempunyai suku yang diakui keberadaannya di nagari yang bersangkutan
Mengetahui nama pangulu paruik , dari mana ibunya berasal

Masyarakat Minangkabau Terdiri dari :


Rang Kampuang : Masyarakat Minang yang menetap dinageri asalnya
Rang Rantau : Masyarakat Minangkabau yang menetap di Nagari lain
1. Rantau Dakek : Masih diwilayah Minangkabau
2. Rantau Jauh : Diluar Minangkabau
3. Rantau Cino : Masyarakat minang yang tidak tahu lagi asal usulnya
18
1. D. Hukum, Adat; Hukum Adat,
dan Hukum Adat Minangkabau

Penggunaan Hukum Dalam Masyarakat


• Teori Fisika, hukum archemides, mata hari terbit di
timur
• Tata Bahasa -> nun mati disambut dal hukumnya
ekhfa
• Tidak ada hukum -> hukum rimba
• Teori ekonomi -> hukum ekonomi
• Norma agama -> shalat lima waktu hukumnya wajib
• Norma Kesusilaan -> orang dilarang dengki
• Norma Kesopanan -> setop mobil pakai tangan
kanan, di Jawa harus menjempol
• Norma Hukum -> mencuri masuk penjara, tidak bayar
hutang dapat dipaksakan lewat penegak hukum
Ind Bld Ing lat arb
Hukum Rcht Law/legal ius syar’i
UU wet statute/ lex kanun
provision
20
Sebagai norma hukum, hukum adalah setiap
kesepakatan antara dua atau lebih manusia tentang apa
yang boleh, wajib atau dilarang dilakukan di antara
mereka serta padahan yang ditimpakan secara nyata
kepada orang yang melanggarnya.

Ada tiga kelompok pandangan orang mengenai hukum :


1. Pandangan Normatif-> Utrecht : Hukum ialah himpunan
peraturan yang ditetapkan oleh penguasa masyarakat yang
wajib ditaati oleh setiap anggota masyarakat, siapa yang
melanggar dikenakan sanksi
2. Pandangan Sosiologis -> Djojodigoeno : Hukum ialah karya
seluruh rakyat yang bersifat pengugeran yang berarti
pembatasan tingkah laku manusia dalam hubungan
pamrihnya
3. Sosiologis Normatif-> Ahmad Sanusi : Hukum ialah norma
yang ditaati dan gejala sosial yang diharuskan
21
Asal Usul Istilah Adat

Adat dari bahasa Sangskerta A + dato/Datu


A= tidak Dato = orang yang mementingkan kesengan
dunia (jelek) Dato = dukun ilmu hitam

Adat= perangai orang baik -> menjadi panutan ->


menjadi pedoman dalam hidup orang banyak ->
menjadi hukum

Hukum adat adalah hukum yang lahir tumbuh


berkembang dan dipertahankan dalam kehidupan
nyata masyarakat (prilaku baik disuruh, prilaku jahat
dilarang dan diancam hukuman)
Hukum Sebagai Sistem Sosial : Hukum adalah semua proses
22
dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai kedamaian dalam
kehidupan bersama (peaceful living together)
Output
Input Proses Output Antara
Akhir

Aturan Hukum
legislasi
Obyektif
Subyek
Hukum Damai :
Adil
Tertib
Aplikasi Peristiwa Hukum Berguna

Pelanggaran Hukum
Obyek
Hukum

Yudikasi Litigasi + Non-litigasi


Vonis + Eksekusi
Yurisprudensi
23
Cicero : (Zaman Yunani Kuno) ubi societas ibi ius
Masyarakat = dua atau lebih manusia yang hidup
berdampingan ditandai oleh adanya komunikasi di
antara mereka sehingga mampu mengadakan
kesepakatan (deal) yang dapat melahirkan hukum

Cara Lahirnya Hukum:

1. Otonom : Melalui gejala sosial (prilaku nyata) wara


masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,->hukum
adat
2. Aeteronom : Melalui ketetapan penguasa masyarakat
dengan sengaja membuat peraturan hukum, ->UU
Definisi Hukum Adat : 24
1. Snouck Hurgronje : Hukum adat ialah seluruh hukum yang
ditemukan Belanda di Hinda Belanda (De Atjehers)
2. Van Vollenhoven : Hukum adat adalah hukum yang tidak
bersumber kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda dahulu atau alat-alat kekuasaan
lainnya yang menjadi sendinya dan diadakan sendiri oleh
kekuasaan Belanda dahulu (Het adat recht van Ned. Indie) (Thn
1596 Ind sudah ada hukum, Staatrecht Overzee H.Adat=Hk yang
ditemukan Bld di HB))
Unsur Hukum Adat :
- Bagian yang tertulis berupa surat perintah raja atau keputusan
musyawarah
- Usur Asli -> hk masy Malayo Polinesia
- Unsur Asing – hukum agama dan hk adat orang asing yang
bedomisili di Hindia Belanda
- Bagian Tidak tertulis
25
3. Ter Haar (Beslissingen leer): Hukum adat lahir dan dipelihara oleh
keputusan-keputusan warga masyarakat hukum, terutama
keputusan berwibawa dari kepala2 rakyat yang membantu
pelaksanaan perbuatan2 hukum; atau dalam hal bertentangan
kepentingan – keputusan para hakim yang bertugas mengadili
sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan hukum
rakyat; mealinkan senapas seirama dengan kesadaran itu,
diterima/diakui atau setidaknya ditoleransinya. (Peradilan Landraad
Berdasarkan Hukum Tidak Tertulis, 1930)
Dengan mengabaikan bagiannya yang tertulis yang terdiri dari
peraturan2 desa, surat perintah raja, hukum adat adalah
keseluruhan peraturan yang terjelma dalam keputusan para
fungsionaris hukum yang berwibawa dan berpengaruh yang dalam
pelaksanaannya berlaku serta merta (spontan) dan dipatuhi
sepenuh hati. Hukum adat yang berlaku dapat diketahui dari
keputusan hakim, kepala adat, rapat desa, wali tanah, petugas
agama dan petugs desa lainnya. Bukan hanya mengenai sengketa,
tetapi juga kpts kerukunan yang berdasarkan nilai2 yang hidup
sesuai alam rohani dan hidup kemasyarakatan anggota2
persekutuan (Hukum Adat Hindia Belanda di dalam Ilmu, praktek
dan pengajaran 1937)
26
4. Prof.Dr. Supomo, SH : Hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis
dalam peraturan2 legislatif (unstatutory law) meliputi peraturan2
hidup yang walaupun tidak ditetapkan oleh yang berwajib, toh ditaati
dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwa
peraturan itu mempunyai kekuatan hukum. Dalam tata hukum baru
Indonesia, untuk menghindari kesalahfahaman, istilah hukum adat
dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tertulis dalam peraturan
legislatif (unstatutory law), hukum yang hidup sebagai konvensi
pada badan-badan hukum negara (Parlemen, Dewan Propinsi, dsb),
hukum yang timbul karena putusan hakim (Judge made law), dan
hukum yang hidup sebagai pertguran kebiasaan yang dipertahankan
dalam pergaulan hidup, baik di kota maupun desa2 (Customary
Law). Beberapa Catatan Mengenai Kedudukan Hukum Adat
Unstatutory Law

Conventie Judge Made Law Customary Law


27
4. Dr. Sukanto, SH : Hukum adat ialah kompleks adat2 yang tidak
dikitabkan, tidak dikodifisir, dan bersifat paksaan, mempunyai
sanksi, jadi mempunyai akibatg hukum. Meninjau Hukum Adat
Indonesia
5. Prof. Mr. M.M.Djojodigoeno : Hukum adat ialah hukum yang tidak
bersumber kepada peraturan-peraturan. Azas-azas Hukum Adat,
1958

6. Mr. JHP. Bellefroid : Hukum adat ialah peraturan2 hidup yang


meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, toh dihormati dan
ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan tersebut
berlaku sebagai hukum. (Inleiding tot de rechtwetenschap in
Nederland
7. Seminar Hukum Adat 1975 di Yogyakarta : Hukum adat ialah
hukum asli bangsa Indonesia yang di sana sini dipengaruhi oleh
unsur agama.
28
8. Prof Dr. Hazairin: Kesusilaan dan Hukum, 1952
Seluruh lapangan hukum berhubugnan dengan kesusilaan, langsung
atau tidak langsung. Dalam sistem hukum yang sempurna tidak ada
tempat bagi hukum yang tidak selaras dengan kesusilaan. Istimewa
dalam hukum adat, terdapat persesuaian yang langsung antara hukum
dengan kesusilaan, pada akhirnya antara hukum dan adat demikian
langsung sehingga istilah hukum adat tidak dibutuhkan oleh rakyat biasa,
cukup dipakai istilah adat saja.
Hukum adat ialah endapan(renapan) kesusilaan dalam masyarakat,
artinya kaedah-kaedah adat berupa kaedah kesusilaan yang
kebenarannya telah mendapat pengakuan umum dalam masyarakat.
Walau ada beda kaedah kesusilaan dan kaedah hukum, namun
perbuatan yang dilarang atau disuruh menurut hukum juga dicela dan
dianjurkan oleh kesusilaan. Apa yang tidak dapat dipelihara oleh
kesusilaan diusakan pemeliharaannya melalui kaedah hukum, yang tidak
hanya didasarkan kepada kebebasan pribadi, tetapi serentak mengekang
kebebasan itu dengan suatu gertakan, ancaman paksaan, ancaman
hukum atau penguatan hukum. Hukum adat adalah kaedah
kesusilaan yang diberi gertakan, ancaman paksaaan, ancaman
hukum atau penguatan hukum.
29
Hukum Adat dan Hukum Agama
A. Van Den Berg, Receptio in Comlexu
B. Snouck Hurgronje, Receptie Theorie
C. Ter Haar, Beslissingen leer
D. Hazairin, Receptio contrario
E. Seminar Hukum Adat di Yogyakarta, 1975
Van Den Berg, Receptio in Complexu
Hukum pribumi adalah hukum agama yang mereka anut, karena jika
memeluk agama harus juga mengikuti hukum-hukum agama yang
dipeluknya. Jika ada yang bukan hukum agama, hanyalah merupakan
penyimpangan sajha dari hukum agama yang in comlpexu gerecipieerd
Snouck Hurgronje, Receptie Theorie
Hukum agama yang berlaku bagi masyarakat adat penganutnya
hanyalah sepanjang telah diterima (gerecipieerd) ke dalam hukum adat
mereka.

Ter Haar, Beslissingen leer


Di samping keputusan hakim, kepala adat, dan kerukunan, hukum adat
juga dapat berupa keputusan petugas-petugas di lapangan agama
30

Hazairin, Receptie Contrario


Teori resepsi adalah teori iblis kaena memilah berlakunya hukum
agama. Berlakunya hukum agama bukan atas dasar hukum adat, tetapi
berdasarkan hukum agama itu sendiri
Seminar Hukum Adat di Yogyakarta, 1975
Hukum adat ialah hukum Indonesia Asli yang di sana sini dipengaruhi
oleh unsur agama
Hukum Islam di Minangkabau
Alah Bakarih samparono, bingkisan rajo mojopahik, Tuah Basabab
Bakarano, Pandai Batenggang di nan rumik. Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah. Adat jo syarak, bak tabiang jo aua, tabiang
ndak runtuah, aua ndak taban; bak mansiro dalam lapiak, salo manyalo
kaduonyo
Sandi tidak sama dengan fondasi. Sandi adalah batu yang diselipkan
kemudian di bawah tiang setelah tiang berdiri

Adat diperkuat oleh syarak, syarak diperkuat oleh kitabullah


Sepanjang menyangkut haram dan dosa digunakan hukum Islam,
selebihnya tetap digunakan hukum adat Baca Makalah ABSSBK
31

Hukum Adat Minangkabau adalah hukum yang lahir, tumbuh,


berkembang dan dipertahankan dalam kehidupan nyata masyarakat
Minangkabau, mempunyai padahan hukum yang akan dilaksanakan
secara nyata.

Padahan Hukum : Pidana; Perdata; Administrasi

Berlakunya : Bagi Masyarakat MInang, baik di kampung maupun di


rantau

Ciri : Pada umumnya tidak tertulis, dinamis, magis religius, komunal,


tunai, terang

Sumber Pengenal : Prilaku nyata, pepatah adat, keputusan


fungsionaris hukum, kitab hukum, laporan penelitian
32

Pembagian Hukum Adat Minangkabu

Berdasarkan Tingkatan :
Adat Nan Sat bana adat
Adat Nan Diadatkan
Adat nan taradat
Adat Istiadat

Berdasarkan Wilayah Berlakunya


Adat Sabatang Panjang / Adat Alam Minangkabau
UU luhak (Adat Tentang luhak)
UU Nagari (Adat Salingka Kalarasan)
UU Dallam Nagari (Adat Salingka Nagari)

Berdasarkan Asal Usul :


Cupak Usali
Cupak Buatan
33
Nagari Sebagai Masyarakat Hukum Adat Genealogis Matrilineal
Teritorial

Masyarakat Hukum Adat : Sekelompok Orang yang merasa sebagai


satu kesatuan yang utuh, baik karena persamaan keturunan maupun
tempat tinggal, mempunyai organisasi yang jelas dan personalianya;
berwenang mengurus kepentingan masyarakatnya; mempunyai harta
kekayaan sendeiri; berujud maupun tidak berujud

Teritorial Genealogis
Genealogis
Teritorial
Streek Genealogis Matrilineal
Patrilineal Gemeenschap Teritorial
Marga Nagari di MK
Dorps
Matrilineal Gemeenschap
Genealogis Patrilineal
Suku
Teritorial
Doorpenbond Huta dan Kuria di Batak
Rang Gari Mangarek Kuku; Dikarek dengan sirauik; 34
Parauik Batuang Tuo; Tuonyo Elok Ka Lantai
Nagari Baampek Suku; Suku Babuah Paruik;
Kampuang Batuo; Rumah Batungganai

Nagari adalah sekelompok besar orang (perempuan, lelaki, tua, muda) yang terdiri
dari beberapa kelompok genealogis (suku dan paruik) yang menyatukan diri sebagai
kelompok teritorial

Anak Nagari : setiap orang yang ibunya mempunyai suku yang diakui keberadaannya
dalam masyarakat hukum adat yang bersangkutan

Rang Kampuang Rang Rantau


Anak nagari yang Anak nagari yang tinnggal di luar wilayah nagari
tinggal di wilayah
nagari Rantau Dakek :
Masih dalam Wilayah Minangkabau

Rantau Jauah : Ke Luar Wilayah Minangkabau

Rantau Cino : Putus Hubungan dengan nagarinya


Definisi Nagari : 35
Menurut Perda Sumatera Barat No. 9/2000 Psl 1 angka (7), Nagari
adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam Daerah Propinsi
Sumatera Barat yang terdiri dari himpunan beberapa suku yang
mempunyai wilayah tertentu batas-batasnya, mempunyai harta
kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya, dan memilih pimpinan pemerintahannya.

Definisi Nagari :
Perda Sumbar No. 2 Tahun 2007 Pasal 1 angka 7, nagari adalah
kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat
Basandi Syarak, Syarak BasandiKitabullah) dan atau berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat

Syarat Nagari :
1. Minimal empat suku
2. Setiap suku punya buah paruik
3. Babalai dan musajik
4. Bakorong bakampuang
5. Labuah nan goloang, pasa nan rami
6. Tapian tampek mandi
Pertumbuhan Nagari 36
Taratak Mulo Dibuaek; Dari taratak manjadi kampuang, kampuang manjadi koto, koto
manjadi nagari

Model 1
Integrasi

Koto K

Kamp Koto L
uang
D Kampuang E
Taratak A
Taratak C
Taratak B Kampuang F Koto M

Nagari X
Pertumbuhan Nagari 37
Taratak Mulo Dibuaek; Dari taratak manjadi kampuang, kampuang manjadi koto, koto
manjadi nagari

Taratak Buluah

Kampuang
Taratak Buluah

Koto
Taratak Buluah
Nagari
Taratak Buluah
38
Model
Perkembangan Kota
(invasi)
PADANG

Padang

Subarang
Pada
ng Padang
Muaro

Pasa Aia Tawa


Palinggam
Mudiak

Koto
Tangah
Bungus
Tekab Nanggalo Pauah
39
Tipe Nagari

Budi Caniago
(Budi Cando Iko) Koto Piliang
(Kato Pilihan) Pisang Sikalek-
Dt. Parapatiah Nan Sabatang
Dt. Katumanggungan kalek Hutan;
Pisang timbatu
1. Mambusek Dari Bumi
1. Turun dari langik nan bagatah,
2. Demokratis (Musyawarah
2. Aristoktrasi (Musayawarah Bodi Caniago
Mufakat)
untuk mengusulkan, inyo bukan,
3. Lantai Balerong Datar
Keputusan diambil oleh Koto Piliang inyo
4. Suku= hanya nama
pimpinan tertinggi) antah
keturunan
5. Paruik = MHA, dipimpin 3. Lantai Balerong Bertingkat
pangulu 4. Suku=MHA, dipimpin
pangulu pucuak
5. Paruik=MHA, dipimpin
pangulu andiko
40
Perkembangan Status Nagari

1. Pra Islam (Nagari Merupakan Negara mandiri diatur berdasarkan


hukum adat )
2. Pra Kolonial Belanda (Nagari Merupakan Negara mandiri diatur
berdasarkan hukum adat dan Hukm Islam)
3. Zaman HIndia Belanda (Nagari merupakan pelaksanaan
Pemerintahan dan digunakan untuk membantu pemerintahan
Belanda
4. 1945- 1979 (Nagari tetap pelaksana pemerintahan terendah
dalam NKRI)
5. 1980 – 2000 (Pemerintahan terendah adalah Desa, Nagari hanya
sebagai MHA Perda 13-1983)
6. 2000 – 2007 (Perda 9 2000 Sistem Pemerintahan Nagari di
Kabupaten)
7. 2007-kini (Perda 2/2007 Kabupaten Kota)
Baca Makalah Pengelolaan dan Pemberdayaan Nagari
41
Hukum Perkawinan Adat Minangkabau

1. Pengertian Hukum Perkawinan Adat Minangkabau dan


Pembidangannya

Hukum Perkawinan AMK adalah hukum yang berkenaan dengan


prosedur yang harus dilaksanakan oleh seorang laki-laki dan
perempuan beserta kerabat masing-masing dalam mengikat dan
berakhirnya tali perjodohan antara keduanya dalam masyarakat
Minangkabau

Hukum Perkawinan AMK itu meliputi, hukum tentang


Perjodohan (Peminangan, pertunangan, dan pengesahan
perkawinan); Kehidupan Rumah Tangga (Domisili, Kedudukan
Anak, Kedudukan Harta, dsb.); dan Putusnya Perkawinan
42
2. Sistem Perkawinan Adat Minangkabau
Perkawinan adat Minangkabau dikenal menggunakan sistem
perkawinan eksogami, sumandi dan matrilokal

a. Eksogami : adalah sistem perkawinan yang mewajibkan


seseorang kawin ke luar kelompok matrilinealnya. Sistem ini
diujudkan dengan adanya larangan kawin sesuku dalam satu
nagari. Setelah masuknya Islam dengan prinsip BSSBK, maka
larangan syarak ditambahkan ke dalam larangan adat.
Larangan Syarak dimuat dalam Surat Annisak ayat : Diharamkan
atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-
saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan
sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu
ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
43
Larangan Syarak dimuat dalam Surat Annisak ayat 23 :
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua);
anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang
44
Larangan Syarak dimuat dalam Surat Annisak ayat 23 :
[281]. Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya
ke atas. Dan yang dimaksud dengan anak perempuan
ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya
ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. Sedang yang
dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama termasuk juga
anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.
45
b. Kawin Sumando, adalah sistem perkawinan bajapuik, dengan
mana sebuah kerabat matrilineal dari seorang perempuan
menjemput seorang laki-laki dari kerabat matrilineal lain untuk
dijadikan urang sumando (suami dari anggota kelompoknya
yang perempuan). Sebagai urang sumando, si suami tidak
menjadi anggota kerabat matrilineal istrinya, dia mempunyai hak
dan kewanjiban khusus terhadap istri dan anak-anaknya. Hak
dan kewajiban itu telah berkembang sesuai dengan
perkembangan sistem kawin sumando sebagai berikut :

1. Masa Sumando Pinjam Jago (sebelum Islam)


Pada masa ini, urang sumando sebagai seorang jemputan
belum menetap tinggal bersama isteri dan anak mereka setelah
perkawinan. Suami hanya bersifat memberi bantuan saja kepada
isteri dan kerabatnya dalam kehidupan rumah tangga. Suami
tetap mencari kebutuhan hidup bersama kerabat matrilinealnya
sendiri. Maka belum ada harta bersama (suarang) antara suami
dengan isteri.
46
2. Masa Sumando Menetap (Setelah Islam)
Pola ini lahir karena hukum islam mengajarkan tentang kewajiban
suami untuk memberi nafkah kepada istrinya. Maka mucncullah
pepatah adat yang berbunyi :
Kaluak paku kacang balimbiang, daun bakuang lenggang-
lenggangkan, diabao anak saruaso
Anak dipangku kamanakan dibimbiang, urang kampuang
dipatenggangkan , jago nagari jan binaso.

Peran Laki-laki Minang :


- Mamangku anak jo pancarian ( hasil usaha sendiri)
- Membing kamanakan dengan pusako (harta bersama kerabat
matrililneal, tanah ulayat suku/paruik, dsb.)
- Manenggang (membantu) orang kampung dalam berbagai kegiatan
bersama melalui gotong royong
- Menjaga Nagari (mengawasi, jika perlu ikut perang) dalam
mempertahankan keutuhan nagarinya sebagai sebuah negara kecil
(kleine republieken)

Pada masa ini mulai muncul harta suarang, yakni harta berasama dari
suami isteri yang diperoleh dari usaha bersama mereka, di samping
harta pusaka kerabat istreri
47
C. Matrilokal
Matrilokal adalah sistem perkawinan dengan mana
setelah perkawinan berlangsung suami isteri
bertempat tinggal di tempat tinggal istri. Karena itu,
seorang laki-laki yang telah kain disebut barumah,
karena setelah kawin dia telah mempunyai rumah
temapt tinggal bersama istrinya. Ini yang berbeda
dengan hukum islam dan hukum barat yang
menetapkan bahwa istri mempunyai tempat tinggal
wajib di temapt tinggal suami.
Karena itu, jika mencari laki-laki minang yang telah
kawin carilah dia ke rumah istrinya, kecuali kalau dia
telah menempatkan domisili mereka di tempat lain
yang ditetapkan bersama suamin isteri.
48
3. Masa Sumando Bebas (di Perantauan)
Pola ini terjadi dalam masyarakat minang perantauan
yang kehidupan mereka telah bebas dari pengaruh
kerabat matrilineal masing-masing, baik dalam
bentuk rantau dakek, jauh, maupun rantau cino.
Pada masa ini kehidupan suami isteri dan anak-anak
mereka telah digantungkan sepenuhnya kepada
usaha bersama suami isteri, seperti dagang, pegawai
negeri, tukang, dsb. Maka pada masa ini semua
harta kekayaan suami isteri merupakan harta
suarang, harta bersama suami isteri yang
merupakan gabungan antara pancarian suami dan
pancarian istri. Separoh harta suarang itu menjadi
hak isteri dan separohnya lagi hak suami.
49
3. Prosedur Terjadinya Perkawinan dewasa ini
a. Pencalonan Dalam Rapat Kaum Perempuan
b. Peminangan (sampai ada kecocokan)
c. Pertunangan + penetapan hari nikah
d. Pengurusan Surat-surat (UU + PP)
e. Pengesahan Perkawinan

4. Kehidupan Rumah Tangga


a. Japuik Marapulai (Domisili)
b. Status Anak
c. Mata Pencaharian Suami-istri
d. Harta Perkawinan (suarang dan bawaan)

3. Putusnya Perkawinan
a. Percekcokan dan Baganyi
b. Penyelesaian Secara Adat dan Agama
c. Penyelesaian Melalui Peradilan
50

1. Pengertian Tanah Dalam HAMK


Tanah adalah bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas
tertentu, sepanjang melengket dengan bumi
51
Hukum Tanah Adat Minangkabau

1. Pengertian Tanah Dalam HAMK


2. Pentingnya Tanah Dalam Masyrakat MK
3. Jenis Hak Atas Tanah Dlm HAMK
4. Transaksi Tanah
5. Transaksi Yang Berhubungan Dengan Tanah
52
Hukum Tanah Adat Minangkabau

1. Pengertian Tanah Dalam HAMK


2. Pentingnya Tanah Dalam Masyrakat MK
3. Jenis Hak Atas Tanah Dlm HAMK
4. Transaksi Tanah
5. Transaksi Yang Berhubungan Dengan Tanah
53
Hukum Tanah Adat Minangkabau

1. Pengertian Tanah Dalam HAMK


2. Pentingnya Tanah Dalam Masyrakat MK
3. Jenis Hak Atas Tanah Dlm HAMK
4. Transaksi Tanah
5. Transaksi Yang Berhubungan Dengan Tanah

Anda mungkin juga menyukai