Hukum Adat Minangkabau-Materi
Hukum Adat Minangkabau-Materi
Fakultas Hukum
Universitas Andalas
P a d a n g
Tujuan Instruksional Umum 2
Setelah mempelajari mata kuliah Hukum Adat Minangkabau ,
mahasiswa mengetahui dan menyadari bahwa Masyarakat
Minangkabau mempunyai hukum yang unik yang berbeda dengan
masyarakat lainnya di Indonesia dengan sistem kekerabatan
Matrilineal dan prinsip Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah, Alam Takambang Jadikan Guru. Para alumni Fakultas
Hukum yang terdapat di Sumbar ini diharapkan setelah ini mampu
menangani kasus-kasus hukum adat yang terjadi di Minangkabau
secara tepat dan proporsional, dengan menerapkan hukum adat
Minangkabau.
3
Garis-garis Besar Perkuliahan
Dari penjelasan Van Volenhoven itu terlihat Minangkabau adalah salah satu
adatrechkring (wilayah hukum adat) yang terdapat di wilayah Hindia Belanda yaitu
suatu wilayah yang terletak di Sumatera Tengah bagian Barat, sistem
kemasyarakatan Matrilineal, mempunyai bahasa pengantar bahasa Minang, sistim
perkawinannya sistim sumando, eksogami dan matrilokal; sedangkan susunan
kemasyarakatannya terdiri dari persekutuan hukum adat geneologis berbentuk
suku, paruik, kaum yang terhimpun menjadi persekutuan hukum adat territorial
yang disebut dengan nagari yang terhimpun pula kedalam Luhak dan Rantau
Di samping itu Minangkabau digunakan untuk menyebut salah satu etnis dari
masyarakat Indonesia, yaitu etnis Minangkabau.
Untuk mengetahui apakah seorang itu urang awak perlu diketahui hal hal sbb :
Nama nagari asalnya yang harus dapat menunjukkan salah satu dari nama nagari di
Minangkabau.
Mempunyai suku yang diakui keberadaannya di nagari yang bersangkutan
Mengetahui nama pangulu paruik , dari mana ibunya berasal
Aturan Hukum
legislasi
Obyektif
Subyek
Hukum Damai :
Adil
Tertib
Aplikasi Peristiwa Hukum Berguna
Pelanggaran Hukum
Obyek
Hukum
Berdasarkan Tingkatan :
Adat Nan Sat bana adat
Adat Nan Diadatkan
Adat nan taradat
Adat Istiadat
Teritorial Genealogis
Genealogis
Teritorial
Streek Genealogis Matrilineal
Patrilineal Gemeenschap Teritorial
Marga Nagari di MK
Dorps
Matrilineal Gemeenschap
Genealogis Patrilineal
Suku
Teritorial
Doorpenbond Huta dan Kuria di Batak
Rang Gari Mangarek Kuku; Dikarek dengan sirauik; 34
Parauik Batuang Tuo; Tuonyo Elok Ka Lantai
Nagari Baampek Suku; Suku Babuah Paruik;
Kampuang Batuo; Rumah Batungganai
Nagari adalah sekelompok besar orang (perempuan, lelaki, tua, muda) yang terdiri
dari beberapa kelompok genealogis (suku dan paruik) yang menyatukan diri sebagai
kelompok teritorial
Anak Nagari : setiap orang yang ibunya mempunyai suku yang diakui keberadaannya
dalam masyarakat hukum adat yang bersangkutan
Definisi Nagari :
Perda Sumbar No. 2 Tahun 2007 Pasal 1 angka 7, nagari adalah
kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat
Basandi Syarak, Syarak BasandiKitabullah) dan atau berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Propinsi Sumatera Barat
Syarat Nagari :
1. Minimal empat suku
2. Setiap suku punya buah paruik
3. Babalai dan musajik
4. Bakorong bakampuang
5. Labuah nan goloang, pasa nan rami
6. Tapian tampek mandi
Pertumbuhan Nagari 36
Taratak Mulo Dibuaek; Dari taratak manjadi kampuang, kampuang manjadi koto, koto
manjadi nagari
Model 1
Integrasi
Koto K
Kamp Koto L
uang
D Kampuang E
Taratak A
Taratak C
Taratak B Kampuang F Koto M
Nagari X
Pertumbuhan Nagari 37
Taratak Mulo Dibuaek; Dari taratak manjadi kampuang, kampuang manjadi koto, koto
manjadi nagari
Taratak Buluah
Kampuang
Taratak Buluah
Koto
Taratak Buluah
Nagari
Taratak Buluah
38
Model
Perkembangan Kota
(invasi)
PADANG
Padang
Subarang
Pada
ng Padang
Muaro
Koto
Tangah
Bungus
Tekab Nanggalo Pauah
39
Tipe Nagari
Budi Caniago
(Budi Cando Iko) Koto Piliang
(Kato Pilihan) Pisang Sikalek-
Dt. Parapatiah Nan Sabatang
Dt. Katumanggungan kalek Hutan;
Pisang timbatu
1. Mambusek Dari Bumi
1. Turun dari langik nan bagatah,
2. Demokratis (Musyawarah
2. Aristoktrasi (Musayawarah Bodi Caniago
Mufakat)
untuk mengusulkan, inyo bukan,
3. Lantai Balerong Datar
Keputusan diambil oleh Koto Piliang inyo
4. Suku= hanya nama
pimpinan tertinggi) antah
keturunan
5. Paruik = MHA, dipimpin 3. Lantai Balerong Bertingkat
pangulu 4. Suku=MHA, dipimpin
pangulu pucuak
5. Paruik=MHA, dipimpin
pangulu andiko
40
Perkembangan Status Nagari
Pada masa ini mulai muncul harta suarang, yakni harta berasama dari
suami isteri yang diperoleh dari usaha bersama mereka, di samping
harta pusaka kerabat istreri
47
C. Matrilokal
Matrilokal adalah sistem perkawinan dengan mana
setelah perkawinan berlangsung suami isteri
bertempat tinggal di tempat tinggal istri. Karena itu,
seorang laki-laki yang telah kain disebut barumah,
karena setelah kawin dia telah mempunyai rumah
temapt tinggal bersama istrinya. Ini yang berbeda
dengan hukum islam dan hukum barat yang
menetapkan bahwa istri mempunyai tempat tinggal
wajib di temapt tinggal suami.
Karena itu, jika mencari laki-laki minang yang telah
kawin carilah dia ke rumah istrinya, kecuali kalau dia
telah menempatkan domisili mereka di tempat lain
yang ditetapkan bersama suamin isteri.
48
3. Masa Sumando Bebas (di Perantauan)
Pola ini terjadi dalam masyarakat minang perantauan
yang kehidupan mereka telah bebas dari pengaruh
kerabat matrilineal masing-masing, baik dalam
bentuk rantau dakek, jauh, maupun rantau cino.
Pada masa ini kehidupan suami isteri dan anak-anak
mereka telah digantungkan sepenuhnya kepada
usaha bersama suami isteri, seperti dagang, pegawai
negeri, tukang, dsb. Maka pada masa ini semua
harta kekayaan suami isteri merupakan harta
suarang, harta bersama suami isteri yang
merupakan gabungan antara pancarian suami dan
pancarian istri. Separoh harta suarang itu menjadi
hak isteri dan separohnya lagi hak suami.
49
3. Prosedur Terjadinya Perkawinan dewasa ini
a. Pencalonan Dalam Rapat Kaum Perempuan
b. Peminangan (sampai ada kecocokan)
c. Pertunangan + penetapan hari nikah
d. Pengurusan Surat-surat (UU + PP)
e. Pengesahan Perkawinan
3. Putusnya Perkawinan
a. Percekcokan dan Baganyi
b. Penyelesaian Secara Adat dan Agama
c. Penyelesaian Melalui Peradilan
50