kekuatan Beton. jadi, apabila kuat tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat, maka agregat tersebut masih cukup aman digunakan untuk campuran beton.
Syarifudin, ST., M.Eng
Faktor Pengaruh Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang
besar. Beberapa hal yang membuat Butir-butir agregat bersifat kurang kuat; - Terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking) - Porositas yang besar; mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan terhadap beban kejut. Syarifudin, ST., M.Eng Faktor Pengaruh Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat tergantung dari bahannya dan tidak
terpengaruh oleh lekatan antar butiran satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Agregat yang lemah tidak dapat menghasilkan kekuatan yang baik. Kekuatan sedang lebih baik, karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton. Syarifudin, ST., M.Eng Cara Pengujian Kekuatan Agregat
Ada 2 cara pengujian agregat yang dapat dilakukan;
- Bejana Rudolf Bejana berbentuk silinder baja dengan diameter 11.8 cm, tinggi 40 cm dilengkapi stempel di bagian dasarnya. Cara pengujian; agregat dimasukkan ke dalam silinder, kemudian ditekan dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang hancur lebih dari 2 mm kemudian di timbang. Berat tersebut merupakan ukuran kekuatan agregat yang dinyatakan dalam persen hancur. (semakin banyak yang hancur, semakin rendah kekuatan agregat) Syarifudin, ST., M.Eng Syarifudin, ST., M.Eng Cara Pengujian Kekuatan Agregat
- Alat tes Los Angelos
Mesin berupa silinder yang tertutup kedua sisinya dengan diameter 71 cm dan panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar. Dibagian dalam terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 dan berat masing-masing 390-445 gram atau sesuai gradasi benda uji. Syarifudin, ST., M.Eng Syarifudin, ST., M.Eng Cara Pengujian Kekuatan Agregat
- Alat tes Los Angelos
Untuk mendapatkan nilai los angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30 rpm. Dengan mengukur banyaknya butiran yang pecah pada 100 putaran pertama di bandingkan dengan putaran ke- 500. apabila pecahan butiran pada akhir ke-100 sudah > 20% (SNI; maksimum 27%) daripada putaran ke-500 dianggap bagian lunak sudah lebih banyak. Note: Pengujian ini lebih cocok untuk pengujian agregat normal. Syarifudin, ST., M.Eng SIFAT AGREGAT DALAM CAMPURAN BETON Sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-sifat tsb harus diketahui dan dipelajari untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang diinginkan. Selain itu, untuk mengambil tindakan yang positif dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Syarifudin, ST., M.Eng SIFAT AGREGAT DALAM CAMPURAN BETON
Di indonesia, agregat yang digunaka di
indonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan cara uji agregat beton”. Dan harus memenuhi syarat dan ketentuan dari ASTM C-33-82 “Standard specification for concrete Agregats”.
Syarifudin, ST., M.Eng
Serapan air dan Kadar air agregat Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besar dan merata dipermukaan butiran agregat. Pori-pori dapat menampung air bebas di dalam agregat; Presentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air disebut Serapan Air; Banyaknya air yang terkandung dalam agregat disebut Kadar Air Syarifudin, ST., M.Eng - Serapan Air Serap air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau Saturated Surface Dry (SSD), dimana; 1. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton, sehingga aggregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dan pastanya. 2. Kadar air dilapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada kering tungku. Syarifudin, ST., M.Eng - Serapan Air
Resapan efektif dinyatakan dengan
banyaknya jumlah yang diperlukan agregat dalam kondisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD). Dinyatakan dengan pers;
Ref = ((WSSD – Wku)/WSSD) x 100%
Syarifudin, ST., M.Eng
- Kadar Air
Merupakan banyaknya air yang
terkandung dala suatu agregat. Dibedakan menjadi 4 jenis; 1. Kadar air kering tungku (tidak ada air sama sekali) 2. Kadar air kering udara (permukaannya kering tapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air. Syarifudin, ST., M.Eng - Kadar Air 3. Jenuh kering permukaan (tidak ada air dipermukaan agregat, tapi masih mampu menyerap air. Air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran beton 4. Basah (butir2 agregat banyak mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air pada beton.
Syarifudin, ST., M.Eng
- Kadar Air Dari ke empat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering digunakan yaitu kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam persen, dihitung dengan persamaan;
KA = ((W1 – W2)/W2) x 100%
W1 = Berat agregat basah
W2 = Berat konstan setelah di oven dengan suhu 100 0C ± 5 0C
selama 16-24 jam Syarifudin, ST., M.Eng Berat Jenis Dan Daya Serap Agregat Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang di isi oleh agregat. Berat jenis digunakan untuk menentukan berat jenis dari beton sehingga untuk menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap; semakin tinggi nilai berat jenis agregat, semakin kecil daya serap air agregat tersebut. Syarifudin, ST., M.Eng Gradasi Agregat Untuk mendapatkan campuran beton yang baik, terkadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat. Umumnya dalam pekerjaan beton menggunakan agregat normal dengan gradasi yang harus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluan khusus sering dipakai agregat ringan ataupun agregat berat.
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Normal Syarat-syarat agregat halus (SNI T-15-1990- 03 adopsi dari british standar). Agregat halus dikelompokan dalam 4 zone (daerah) 1. Daerah Gradasi 1 = pasir kasar 2. Daerah Gradasi 2 = pasir agak kasar 3. Daerah Gradasi 3 = pasir halus 4. Daerah Gradasi 4 = pasir agak halus Syarifudin, ST., M.Eng Gradasi Agregat Normal Berat dan Gradasi Benda Uji
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Normal Daerah Gradasi Pasir Kasar
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Normal Daerah Gradasi Pasir Agak Kasar
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Normal Daerah Gradasi Pasir Halus
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Normal Daerah Gradasi Pasir Agak Halus
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran Gradasi yang baik sangat sulit didapatkan langsung dari suatu quarry. Umumnya dilakukan pencampuran agar didapatkan gradasi yang baik antar agregat kasar dengan agregat halus. SNI T-15-1990-03 memberikan batasan gradasi.
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran Persen butir yang lolos ayakan (%) untuk agregat dengan butir maks 40 mm
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran
Daerah gradasi standart agregat dengan butiran maks 40 mm
Syarifudin, ST., M.Eng Gradasi Agregat Campuran Persen butir yang lolos ayakan (%) untuk agregat dengan butir maks 30 mm
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran
Daerah gradasi standart agregat dengan butiran maks 30 mm
Syarifudin, ST., M.Eng Gradasi Agregat Campuran Persen butir yang lolos ayakan (%) untuk agregat dengan butir maks 20 mm
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran
Daerah gradasi standart agregat dengan butiran maks 20 mm
Syarifudin, ST., M.Eng Gradasi Agregat Campuran Persen butir yang lolos ayakan (%) untuk agregat dengan butir maks 10 mm
Syarifudin, ST., M.Eng
Gradasi Agregat Campuran
Daerah gradasi standart agregat dengan butiran maks 10 mm
Syarifudin, ST., M.Eng Modulus Halus Butir (finnes modulus) MHB merupakan indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat, atau jumlah persen komulatif dari butir agregat yang tertinggal di satu set ayakan (38, 19, 9.6, 4.8, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 mm). Kemudian nilai tersebut dikalikan 100. Makin besar nilai MHB suatu agregat= semakin besar butiran agregat.
Syarifudin, ST., M.Eng
Modulus Halus Butir (finnes modulus) Umumnya agregat halus memiliki MHB sekitar 1.5-3.8 dan kerikil sekitar 5-8. untuk agregat campuran sekitar 5 -6. nilai ini digunakan sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat.
Syarifudin, ST., M.Eng
Modulus Halus Butir (finnes modulus) Hubungan ketiga nilai MHB tersebut dinyatakan dalam persamaan; W = (K-C)/(C-P) x 100%
W= presentase berat agregat halus (pasir) terhadap
berat agregat kasar (kerikil/batu pecah) K = Modulus halus butir agregat kasar P = Modulus halus butir agregat halus C = Modulus halus butir agregat campuran Syarifudin, ST., M.Eng Modulus Halus Butir (finnes modulus) Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pelaksanaan sebaiknya menggunakan tabulasi. Contoh Perhitungan MHB agregat halus, agregat kasar, dan campuran.
Syarifudin, ST., M.Eng
Modulus Halus Butir (finnes modulus) CONTOH. Dari hasil analisis ayak suatu contoh uji agregat kasar dan halus didapatkan data sebagai berikut; Contoh Data Hasil Ayakan
Jadi MHB kerikil dapat dihitung, yaitu persen kumulatif
dibagi 100% Yaitu = 655.00/100 = 6.55 Syarifudin, ST., M.Eng Modulus Halus Butir (finnes modulus) langkah-langkah pencampuran nilai MHB sesuai dengan persyaratan; 1) Hitung masing-masing MHB untuk agregat yang akan di campur. 2) Tetapkan nilai MHB campuran 3) Hitung persentase agregat halus terhadap campuran dengan W = (K-C)/(C-P) x 100% 4) Hitung persentase untuk masing-masing ayakan 5) Plotkan hasil hitungan tersebut dalam tabel 6) Jika tidak masuk, ulangi kembali langkah 3 Syarifudin, ST., M.Eng Modulus Halus Butir (finnes modulus) Diketahui; nilai MHB agregat kasar (K) = 6.55 nilai MHB agregat halus (P) = 2.8 MHB campuran ditetapkan (C) = 5.5 (asumsi 5- 7). Persentase agregat halus terhadap campuran; (6.55-5.5) / (5.5-2.8) x 100% = 39.32% 40%. Jadi perbandingan agregat halus dan kasar adalah 1:1.5. Selanjutnya hitungan ditabelkan. Syarifudin, ST., M.Eng Modulus Halus Butir (finnes modulus) CONTOH HITUNGAN
Plotkan hasil kolom (10) ke dalam grafik.
Jika tidak masuk, ulangi langkah ke-2. demikian seterusnya Syarifudin, ST., M.Eng PENYIMPANAN AGREGAT Agregat biasanya tidak disimpan ditempat tertutup, diletakkan didaerah terbuka (stock field).
Syarifudin, ST., M.Eng
PENYIMPANAN AGREGAT Persyaratan penyimpanan agregat; 1) Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangan sampai dengan pengambilan kembali 2) Ditimbun diatas bak-bak berlantai (jika < 10m3). Dalam jumlah besar, diberikan landasan, untuk menghindari tercampurnya tanah dengan agregat pada saat pengambilan. 3) Dalam keadaan kering (pada stock field) sebaiknya agregat disiram dengan selang air (sprinkle). 4) Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan,sebagai kontrol kualitas bahan