Anda di halaman 1dari 30

LIMFADENITI

S
dr. Alifi Endrian Mereli

Pembimbing: dr. Suhada

Program Dokter Internship Indonesia


Puskesmas Suak Ribee
TABLE OF CONTENTS

01. 02. 03. 04. 05.


PENDAHULUA TINJAUAN STATUS DISKUSI KESIMPULA
N PUSTAKA PASIEN KASUS N
01.
PENDAHULUA
N
Pendahuluan
Limfadenitis adalah kondisi
inflamasi pada nodus limfe. Nodus
limfe bervariasi dalam ukuran,
berbentuk lonjong, dan berlokasi di
sepanjang pembuluh limfe. Secara
fisiologis, nodus limfe berperan
dalam imunitas tubuh untuk
melawan patogen.
Sedang mengalami infeksi lain, e

Banyak faktor yang menunjang IMT >29


perkembangan penyakit ini
Imunocompromised

Bepergian ke daerah penyakit e

Sering kontak dengan hewan


02. TINJAUAN
PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
Limfadenitis merupakan gambaran klinis yang
paling sering ditemukan pada penderita
tuberkulosis ekstra paru. Gambaran ini ditemukan
pada 30–40% kasus tuberkulosis ekstra paru dan
paling banyak dijumpai pada bagian servikal.

Di Indonesia, hingga saat ini belum ada data yang


dapat menunjukkan angka kejadian limfadenitis
secara nasional di Indonesia.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis limfadenitis adalah dari klinis
ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe disertai tanda
inflamasi, seperti nyeri dan eritema, tetapi pada keadaan
tertentu dapat bersifat asimtomatik.

Pemeriksaan penunjang bermanfaat untuk menunjang


temuan klinis, menyingkirkan diagnosis banding,
membantu menentukan etiologi, dan mengevaluasi
keparahan penyakit.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan histopatologi umum dilakukan pada kasus


yang sulit ditegakkan karena merupakan pemeriksaan
baku emas pada kasus limfadenitis. Terdapat beberapa
Biopsi cara pengambilan sampel jaringan, antara lain aspirasi
dengan fine needle (FNAB), core needle, maupun
dengan cara eksisi.

Pemeriksaan radiologi, terutama USG,


Radiologi banyak digunakan sebagai pemeriksaan
penunjang pada limfadenitis
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium bertujuan


untuk mengevaluasi etiologi penyebab
Laboratorium limfadenitis. Pemeriksaan laboratorium
awal adalah pemeriksaan darah lengkap
dan C-reactive protein (CRP).

Pemeriksaan lain dilakukan berdasarkan


kecurigaan etiologi limfadenitis. Pada kasus
yang dicurigai disebabkan oleh bakteri,
pemeriksaan kultur, gram, dan resistensi
antibiotik, juga dapat dilakukan.
Tatalaksana
Penatalaksanaan limfadenitis dengan observasi dapat dipertimbangkan pada nodus <3 cm, durasi <2
minggu, mobile, dan asimtomatik.

Observasi dapat dipertimbangkan pada penderita limfadenitis bilateral dengan onset kurang dari 2
minggu, ukuran kurang dari 3 cm, bersifat mobile, dan tidak menunjukkan adanya gejala.

Selain observasi, modalitas tata laksana yang dapat dipilih antara lain medikamentosa, operatif,
radiasi, serta kemoterapi.

Terapi medikamentosa diberikan berdasarkan etiologi. Antibiotik dapat dipertimbangkan pada nodus
lebih dari 3 cm, unilateral, tampak eritema, dan nyeri saat ditekan.

Pemberian antibiotik empiris sebaiknya ditargetkan untuk patogen yang umum, termasuk S. aureus.
Terapi empiris dengan clindamycin patut dipertimbangkan dengan durasi 7-10 hari.
Pada beberapa kasus, tindakan operatif dapat dilakukan apabila pemberian medikamentosa tidak
memberi respon adekuat. Tindakan insisi drainase dilakukan pada kasus limfadenitis yang sudah
mengalami supurasi. Kondisi ini paling banyak disebabkan oleh etiologi bakteri, terutama
Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus.

Untuk radiasi dan kemoterapi, tindakan ini dilakukan pada kasus limfadenitis yang disebabkan oleh
keganasan. Dasar penegakan diagnosis keganasan adalah temuan klinis yang dikonfirmasi dengan
hasil biopsi.
PROGNOSIS
Prognosis limfadenitis umumnya baik pada
nodul jinak yang hanya memerlukan
observasi maupun pada limfadenitis infeksi
dengan penatalaksanaan definitif yang tepat.
Komplikasi limfadenitis jarang terjadi dan
bergantung pada lokasi nodus limfe yang
terkena.
03.
STATUS
PASIEN
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : An. DA

Umur : 10 tahun

Rekam Medis : 17/01644

Alamat : Suak Ribee

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Aceh

Agama : Islam

Diagnosa : Limfadenitis
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Pembengkakan pada leher

Seorang anak laki-laki datang dengan keluhan pembengkakan pada leher sejak 4 hari yang lalu. Orang tua
pasien mengatakan bengkak terjadi setelah pasien demam. Bengkak pada leher menyebabkan rasa
tidak nyaman dan susah menelan pada pasien. Pasien tidak punya riwayat penyakit seperti ini
sebelumnya. Keluarga pasien juga tidak ada yang menderita penyakit menular dan tidak ada yang
seperti ini. Tidak ada riwayat alergi obat. Sebelum ke Puskesmas pasien diberi dedaunan pada lehernya
dengan tujuan mengecilkan pembengkakan. Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap

Riwayat penyakit terdahulu : (-) Riwayat pengobatan : (-)


Riwayat tindakan operasi : (-) Riwayat alergi : (-)
Riwayat imunisasi : tidak lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-/-)
Tekanan Darah : Tidak dinilai Ikterik : (-/-)

Nadi : 92 x/menit Sianosis : (-)

Pernafasan : 24 x/menit Dispnea : (-)

Suhu : afebris Oedema : (-)

Berat Badan : 28 kg

Tinggi Badan : 124 cm

Status generalisata : Baik

Status nutrisi : Normoweight


Status penyakit : Sedang
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS
Kepala
Mata
GENERALISATA
: Dalam batas normal
: Pemeriksaan
Abdomen : Inspeksi
Palpasi
: Simetris
: defans muscular, nyeri tekan
epigastric (-), Nyeri Lepas (-) Hepar/Lien/ Renal tidak
 Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-) teraba
Perkusi : Tympani
 Sklera ikterik (-/-)
Auskultasi : Normoperistaltik
 Refleks pupil (+/+)
 Isokor, kanan = kiri

Leher : Pembesaran KGB (+/-), nyeri tekan (+) Ekstremit :


Dalam batas normal
as
Toraks :  Inspeksi: simetris fusiformis
 Palpasi: SF kanan = kiri
 Perkusi: Sonor di kedua lapangan paru

 Auskultasi
Jantung:
S1>S2, murmur (-), gallop (-)
Paru:
Suara pernafasan: Vesikuler (+/+)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi
(-/-)
PEMERIKSAAN FISIK – STATUS
GENERALISATA

Manifestasi Klinis pada Pasien


DIAGNOSIS
KERJA
Limfadenitis
PENATALAKSANAAN
Rujuk spesialisitik Anak RSUD
04.
DISKUSI
KASUS
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS

Limfadenitis adalah kondisi inflamasi


pada nodus limfe. Nodus limfe
bervariasi dalam ukuran, berbentuk
lonjong, dan berlokasi di sepanjang
pembuluh limfe. Secara fisiologis,
nodus limfe berperan dalam imunitas
tubuh untuk melawan patogen. Keluhan Utama: Pembengkakan
DEFENISI Inflamasi dapat terjadi bila kemampuan pada leher sejak 4 hari yang lalu,
patogen penyebab penyakit melebihi diawali demam.
kemampuan proteksi dari sistem imun.
Penyebab limfadenitis dapat berupa
infeksi bakteri, virus, atau protozoa.
Namun, walaupun jarang, limfadenitis
bisa idiopatik.
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS

Penderita limfadenitis bisa


Pasien mengeluhkan
asimptomatik. Akan tetapi, pada
pembengkakan pada leher yang
MANIFESTAS umumnya pasien akan mengeluhkan
diawali dengan demam. Pasien
I KLINIS pembesaran nodus limfe yang dapat
mengeluhkan rasa tidak nyaman
diraba oleh pasien sendiri dengan
dan suit menelan.
eritema, nyeri lokal, dan demam.
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

Penegakan diagnosis limfadenitis Pada pasien ini:


adalah dari klinis ditemukan adanya - Pembengakakan pada sisi
pembesaran kelenjar limfe disertai lateral regio coli
DIAGNOSIS tanda inflamasi, seperti nyeri dan - Ada tanda inflamasi berupa
eritema, tetapi pada keadaan tertentu eritema dan nyeri tekan, serta
dapat bersifat asimtomatik. demam
05.
KESIMPULA
N
An. DA, 10 tahun, dengan keluhan pembengkakan pada leher sejak 4 hari yang lalu.
Orang tua pasien mengatakan bengkak terjadi setelah pasien demam. Bengkak pada
leher menyebabkan rasa tidak nyaman dan susah menelan pada pasien. Pasien tidak
punya riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Keluarga pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit menular dan tidak ada yang seperti ini. Tidak ada riwayat alergi
obat. Sebelum ke Puskesmas pasien diberi dedaunan pada lehernya dengan tujuan
mengecilkan pembengkakan.

Melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik os didiagnosa dengan


limfadenitis.
TERIMA
KASIH
dr. Alifi Endrian Mereli
Program Dokter Internship Indonesia
Puskesmas Suak Ribee
Kabupaten Aceh Barat

Anda mungkin juga menyukai