Anda di halaman 1dari 28

FIQIH MUNAKAHAT

Oleh: Pitrotussaadah, M.Ag


PENGERTIAN

Perkawinan menurut hukum islam adalah


pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitsaqan ghaliidzan untuk menaati perintah allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah. (KHI
pasal 2)
Islam datang untuk meluruskan hal-hal
yang dianggap melanggar aturan-aturan
yang tidak lazim, seperti halnya dengan
pernikahan.
c/t: Sebelum islam datang pernikahan
gadai, tukar menukar istri, poliandri itu
diperbolehkan.
Islam datang dengan mengeluarkan aturan-
aturan yang sesuai dengan syari’at.
HUKUM NIKAH

Mengenai hukum asal pernikahan para ulama


berbeda pendapat.Imam Abu daud Adz-Dzahiri
berpendapat nikah itu hukum asalnya wajib,
sedangkan imam syafi’i berpendapat nikah itu
hukumnya mubah.
Terlepas dari polemik itu, hukum nikah dapat
berubah sesuai dengan kondisi dan situasi,
kembali lagi pada hukum yang lima (ahkamul
khomsah).
TUJUAN NIKAH

Aspek Personal
1. Penyaluran kebutuhan biologis
Sebagaimana kata al-basyar digunakan dlm al-quran,
adanya daya tarik, nafsu syahwat, diantara dua jenis
kelamin yang berlainan itu merupakan penyebab
manusia selalu hidup berpasangan. Hal itu
merupakan sunnatullah dan hak Allah sebagai sang
pencipta yang menciptakan manusia berpasang-
pasangan. (QS Annisa ayat 1)
2. Reproduksi generasi
Akibat yang ditimbulkan dari persetubuhan adalah
kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran keturunan.
Akan tetapi, persetubuhan diluar perkawinan jelas
dilarang oleh islam. Oleh karena itu, meskipun
persetubuhan yang ilegal itu membuahkan keturunan,
hal itu dianggap tidak ada. Keturunan yang dimaksud
disini adalah keturunan yang sah melalui perkawinan.
Sabda Rasulullah:
Tazawwaju fainni mukaatsirun bikumul umamu
“nikahlah kamu sesungguhnya aku menginginkan
darimu umat yang banyak”.
Aspek sosial
1. Rumah tangga yang baik sebagai pondasi
masyarakat yang baik.
Menurut mahmud Syaltut “keluarga diumpamakan
sebagai batu-batu dalam tembok suatu
bangunan. Apabila batu-batu itu rapuh karena
kualitas batu itu sendiri ataupun karena kualitas
perekatnya maka akan rapuhlah seluruh
bangunan itu, begitupun sebaliknya. Jadi, kalau
bangsa terdiri atas keluarga yang kokoh, maka
kokoh pulalah bangsa tersebut begitupun
sebaliknya. Karena keluarga (rumah tangga)
adalah bagian terkecil dari masyarakat.
2. Membuat manusia kreatif
Perkawinan mengajarkan manusia rasa tanggung jawab
akan segala akibat yang timbul karenanya. Orang yang
telah berkeluarga akan selalu berusaha untuk
membahagiakan keluarganya. Hal ini mendorongnya
untuk lebih kreatif dan produktif. Sikap tersebut akan
memberikan dampak yang baik untuk lingkungannya.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain.
Aspek Ritual
Dalam agama islam pelampiasan kebutuhan biologis
hanya dibolehkan melalui satu cara yaitu pernikahan.
Penyaluran kebutuhan biologis diluar itu adalah dosa
besar.
Pernikahan bukan hanya sekedar kebutuhan biologis
atau tertib administrasi saja, pernikahan merupakan
ibadah dan pelaksanaan perintah syari’at, sebagai
refleksi dari ketaatan makhluk kepada khaliknya.
Hadits nabi:
‫ ِإَذ ا َتَز َّو َج الَع ْبُد َفَقْد َك َّمَل َنْص َف الِّد ْيِن‬،
‫َفْلَيَّتِق َهللا ِفي الِّنْص ِف الَباِقي‬
“apabila seorang hamba menikah maka
sempurnalah sebagian agamanya, maka
bertakwalah kepada allah akan sebagian
yang lainnya”
Aspek moral
Semua makhluk hidup khususnya manusia
mempunyai libido seksualitas yang pada
dasarnya merupakan sebagai fitrah. Oleh
karena itu, baik manusia maupun makhluk
hidup lainnya sama-sama memerlukan
pelampiasan terhadap lawan jenisnya.
yang membedakan manusia dituntut untuk
mengikuti aturan dan norma-norma agama
sedangkan hewan tidak dituntut untuk itu.
Aspek kultural
Perkawinan disamping membedakan manusia
dengan hewan juga membedakan manusia
primitif dengan modern. Mungkin saja dulu
ada aturan2 dalam perkawinan tetapi
dipastikan aturan-aturan kita saat ini lebih
teratur dan tersistem.
Apalagi peristiwa perkawinan selalu
dibumbui kegiatan lain sebagai kultur. Hal ini
dibolehkan oleh agama selama tidak
mengarah kepada hal-hal yang dilarang.
HIKMAH NIKAH
1. Menyambung silaturrahim
2. Memalingkan pandangan yang liar
3. Menghindari dari perzinahan
4. Estafeta amal manusia
Anak sebagai generasi penerus untuk mencapai cita-cita
yang tertunda
5. Mengisi dan menyemarakan dunia
6. Menjaga kemurnian nasab. (hifdz Addin, hifdz An-
Nafs, Hifdz Al-’Aql, Hifdz An-Nasb, Hifdz al-Maal)
TALAQ

Talaq berasal dari kata “ithlaq” (melepaskan).


Talaq>> melepaskan ikatan perkawinan dengan
lafadz talaq atau sebangsanya.
KHI>> ikrar suami dihadapan sidang PA karena
suatu sebab tertentu.
JENIS-JENIS TALAQ

Ditinjau dari keadaan istri


1. Talaq Sunni (talaq sesuai ketentuan agama)
2. Talaq Bid’i (talaq yang menyalahi ketentuan
agama) c/t: talaq yang diucapkan dengan 3x
talaq pada yg bersamaan atau talaq dengan dgn
ucapan talaq 3 atau menalak istri dalam keadaan
haidh atau menalak istri dalam keadaan suci
setelah didukhul.
Talaq ditinjau dari berat ringannya
akibatnya , yaitu:
1. Talak raj’i adalah talaq yag dijatuhkan
suami kepada istrinya yg telah
dikumpuli, bukan talaq yang karena
tebusan bukan pula talaq yang ketiga
kalinya. (suami dapat kembali kpd
istrinya tanpa adanya pernikahan baru)
2. Talaq ba’in adalah jenis talaq yang tidak
dapat dirujuk kembali kecuali dengan
perkawinan baru walaupun dalam masa
‘iddah, seperti talaq yang belum
didukhul.
Macam-macam talaq ba’in:
1. Talaq ba’in sughra >> setelah terjadi
talaq, istri dianggap bebas menentukan
pilihannya setelah habis masa ‘iddah.
2. Talaq ba’in kubro >> istri harus
menikah dahulu dengan laki-laki lain
Talaq ditinjau dari masa berlakunya
1. Berlaku seketika (ucapan talaq yang
dikeluarkan suami yang langsung dapat
menghukuminya)
2. Berlaku untuk waktu tertentu ( ucapan
tersebut digantungkan kepada waktu
tertentu atau pada suatu perbuatan istri)
Khulu’ adalah permintaan istri kepada suaminya
untuk menceraikan (melepaskan) dirinya dari
ikatan perkawinan dengan disertai pembayaran
‘iwadh berupa uang atau barang kepada suami
dari pihak istri sebagai imbalan penjatuhan talaq.
Dengan kata lain khulu’ disebut juga talaq tebus.
Hadits nabi:
“…wanita manapun yang meminta cerai dari
suaminya tanpa alasan (yang dapat diterima)
diharamkan baginya wewangian surga”.
Talaq tebus boleh dilakukan dalam segala
keadaan, di waktu suci maupun di waktu
haidh sebab talaq ini diajukan atas kemauan
istri dan dia sendiri yang menanggung segala
akibatnya. Akibat hukum dari talak ini adalah
ba’in sughra sehingga suami tidak dapat
merujuk istrinya dalam masa ‘iddah. Hal ini
karena suami tidak punya hak lagi pada
istrinya karena kehendak perceraian datang
dari pihak istri.
zhihar adalah ucapan suami kepada istrinya
yang menyerupakan badan atau anggota
badan istri dengan badan ibunya.
Zhihar pada zaman jahiliyah dianggap
menjadi talaq, kemudian diperbaiki islam
dengan membayar kafarat.
Suami yang melakukan zhihar kepada
istrinya mempunyai konsekuensi untuk
tidak boleh menggauli istrinya.
Jenis kifarat: memerdekakan hamba, puasa
2 bulan berturut-turut, memberi makan 60
anak yatim
Illa’ adalah sumpah seorang suami untuk
tidak melakukan hubungan seksual dengan
istrinya.
Akibat hukumnya diberi tenggang waktu 4
bulan dan harus membayar kifarat apabila
dalam waktu tersebut tidak melakukan
hubungan dan tidak membayar kifarat maka
talak jatuh kepadanya.
Imam syafi’i: talak raj’I
Imam abu hanifah: talak ba’in
Li’an adalah kata-kata tuduhan suami kepada
istrinya bahwa istrinya telah melakukan
perjinahan serta bantahan istri atas tuduhan
suami.
Suami harus melakukan sumpah 4x dan istri
menolak.
Akibat hukum: terputusnya perkawinan
selamanya.
Fasid adalah perkawinan yang telah
dilangsungkan tersebut mempunyai cacat
hukum seperti: tidak terpenuhinya syarat dan
rukun nikah.
Fasakh adalah rusak atau putusnya
perkawinan disebabkan sesuatu yang
diketahui setelah akad berlangsung. C/t:
penyakit atau cacat yang ditutup-tutupi.
Akibat hukumnya tidak berlaku talak,
kalau keduanya saling ridha.
IDDAH

Iddah berasal dari ‘add (bilangan)


Atau dapat dikatakan sebagai masa tunggu.
Macam-macam iddah
1. Istri yg belum didukhul (tidak ada ‘iddah)

2. Keadaan hamil (sampai melahirkan)

3. Menopouse (3 bulan)

4. Sudah didukhul dan masih haidh (3x suci)

5. Mati (4 bulan 10 hari)


HIKMAH IDDAH

1. Dapat mengetahui kebersihan rahim wanita yang


telah ditalak
2. Memperpanjang masa kembali suami untuk
merujuk istrinya.
3. Masa kabung bagi istri yang ditinggal suaminya.
Pembahasan kawin
hamil
Perkawinannya sah apabila wanita hamil
tersebut dinikahi oleh laki-laki yang
menghamilinya (menurut madzhab 4)
Menurut KHI pasal 53:
1. Seorang wanita hamil diluar nikah dapat
dikawinkan dengan pria yang
menghamilinya.
2. Dapat dilangsungkan tanpa menunggu
kelahiran anaknya.
3. Tidak diperlukan perkawinan ulang setelah
anak yang dikandung lahir.

Anda mungkin juga menyukai