Jurding
Jurding
JOURNAL READING
Pembingbing:
Dr. Maria Liem Nie. Sp.Rad
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
Laporan Kasus
Seorang laki-laki berusia 76 tahun dirujuk ke Bangli dengan feses berwarna
kehitaman sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan juga nyeri pada seluruh
perutnya. Pasien memiliki maag 5 tahun yang lalu dan sering minum obat
Pereda nyeri. Saat datang, suhunya 36,7 °C, nadi 103 kali/menit, laju
pernapasan 20 kali/menit, dan tekanan darah 140/80 mmHg. Pemeriksaan fisik
menunjukkan nyeri menyebar di seluruh perut, pada palpasi ditemukan distensi
abdomen dan sedikit peningkatan bising usus pada auskultasi. Pemeriksaan
sistem pernapasan, kardiovaskular, genitourinari, dan saraf dalam batas normal.
Pemeriksaan colok dubur ditemukan tonus spincter anus adekuat (+), mukosa
halus, tidak ada massa rektal, dan feses berwarna hitam. Diagnosis kerja saat itu
adalah observasi melena et causa Suspek perforasi gaster. Hitung darah lengkap
awal menunjukkan 12,1 g/dl hemoglobin, 11,6 x 10^3/uL leukosit, 1,94 mg/dl
kreatinin, dan 131,9 mmol/L natrium.
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
Gambaran Radiologi
Hasil foto
rontgen dada
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
Gambaran Radiologi
USG Abdomen
Diskusi
Pemeriksaan radiologi membentuk dasar diagnosis pneumoperitoneum. Pada
keadaan akut, foto rontgen sangat penting karena selain berperan untuk membantu
diagnosis pneumoperitoneum, juga memberikan informasi tentang fungsi organ vital
lainnya seperti kardiomegali, pneumonia, dan adanya massa serta metastase
kanker
Dalam laporan kasus ini, seorang laki-laki berusia 76 tahun dirujuk ke RSUD Bangli
dengan gejala utama berak berwarna hitam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai nyeri di seluruh perut. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri menyebar di seluruh
perut, distensi pada palpasi dan sedikit peningkatan bising usus pada auskultasi
Teknik radiogradi yang optimal sangat penting dalam kasus yang diduga perforasi perut.
Setidaknya dua posisi harus diambil dalam pemeriksaan ini, termasuk abdominal supine dan
dada tegak atau decubitus lateral kiri. Udara bebas meski dalam jumlah kecil dapat diteksi
pada foto polos. Pasien tetap dalam posis ini selama 5-10 menit sebelum foto diambil
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
.
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
CT-Scan
CT-scan merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi
pneumoperitoneum yang lebih sensitif dibandingkan foto polos abdomen.
CT-scan berguna untuk mengidentifikasi udara intraluminal dalam jumlah
minimal, terutama ketika temuan foto polos abdomen tidak spesifik.
MRI
Pada pencitraan resonansi magnetik
(MRI), pneumoperitoneum dapat dilihat
sebagai area dengan fitur hypointense di
semua bagian. Pneumoperitoneum
dapat ditemukan secara tidak sengaja
pada MRI karena MRI bukanlah
modalitas pencitraan lini pertama.
Kehadiran peristaltik usus dapat
mengaburkan pencitraan perut
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
USG Abdomen
Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum muncul sebagai peningkatan
ekogenisitas di daerah linier dengan artefak gema atau Distal Ring Down.
Akumulasi udara yang terlokalisasi akibat perforasi usus dapat dideteksi,
terutama jika berdekatan dengan kelainan lain, seperti penebalan dinding
usus
Dibandingkan dengan foto polos abdomen, USG
memiliki keunggulan dalam mendeteksi kelainan lain,
seperti cairan bebas intraabdominal dan massa
inflamasi. USG tersedia di sebagian besar layanan
kesehatan dan biayanya juga lebih murah daripada CT-
scan, dan aman terutama pada pasien yang memiliki
masalah atau kontraindikasi untuk terpapar radiasi
seperti anak-anak, wanita hamil, dan orang dalam usia
reproduksi.
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo
Kesimpulan
gambaran pada rontgen dada dan foto polos abdomen dalam posisi tegak cukup jelas
untuk menunjukkan adanya sejumlah besar udara bebas pada pneumoperitoneum
masif.
Perforasi gaster diduga sebagai penyebab pneumoperitoneum pada pasien ini karena
usia pasien dan riwayat konsumsi obat nyeri yang menyebabkan gastritis kronisnya