ROKI PANJAITAN
Diatur dalam pasal 104 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM, ayat 1.
Bahwa untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk 1
pengadilan HAM dilingkungan peradilan umum
P E N G A D I L A N H A K PENGADILAN
A S A S I M A N U S I A PAJAK
PENGADILAN ANAK
PENGADILAN NIAGA
PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI
PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PENGADILAN PERIKANAN
P E N G A D I L A N HAM
DIATUR DALAM Pasal 104 Ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM
YANG DIMAKSUD DENGAN PELANGGARAN HAM
YANG BERAT :
Pembunuhan Massal (Genocide);
Pembunuhan Sewenang-wenang Atau Di Luar
Putusan Pengadilan (Arbitrary/Extra Judicial Killing);
Penyiksaan;
Penghilangan Orang Secara Paksa;
Perbudakan; Atau
Diskriminasi Yang Dilakukan Secara Sistematis
(Systematic Discrimination).
LINGKUP KEWENANGAN PENGADILAN
HAM
Pasal 4
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat
Pasal 5
Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia Yang berat yang dilakukan di luar batas
teritorial wilayah Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia
Pasal 6
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang Berat yang dilakukan oleh seseorang
yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan
dilakukan
PENGADILAN HAM
BERWENANG MENGADILI
DUA JENIS PELANGGARAN
HAM BERAT
PASAL 7 UU NO 26/ 2000
KEJAHATAN GENOSIDA
KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN
( pasal ini di adopsi dari pasal 6 dan pasal 7
”Rome Statute Of The International Criminal Court” )
Kuburan korban
genosida di Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
Kamboja 2 -3
juta tewas
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama, dengan cara:
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
Pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam masyarakat berdasarkan sifat dan
1
lingkupnya patut diduga ada pelanggaran HAM Berat.
3 Memanggil pihak pengadu, korban, atau pihak yang diadukan untuk diminta dan didengar
keterangannya
TUJUAN PENYELIDIKAN :
Menentukan apakah suatu peristiwa yang terjadi
merupakan pelanggaran HAM;
Siapa yang dapat dipertanggungjawabkan
terhadap pelanggaran HAM tersebut;
Merupakan persiapan untuk ditindaklanjuti;
PENYIDIKAN
PENAHANAN
Tahap Penyidikan : 90 Hari + 90 Hari+ 60 Hari;
Tahap Penuntutan : 30 Hari + 20 Hari + 20 Hari
Pemeriksaan di Sidang :
Pengadilan HAM : 90 Hari + 30 Hari;
Pemeriksaan Tingkat Banding : 60 Hari + 30 Hari;
Pemeriksaan Tingkat Kasasi : 60 Hari + 30 Hari;
PE NUNT UTAN
PE NUNT UTAN
Penuntutan merupakan tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
berkas perkara pelanggaran HAM yang berat ke Pengadilan HAM
yang berwenang;
Hakim
Majelis Hakim 5 Orang:
2 Hakim Karir;
3 Hakim Non-karir
Diangkat Dan Diberhentikan Oleh Presiden Atas
Usulan Ketua Mahkamah Agung;
Masa Jabatan 5 Tahun Dan Dapat Diangkat
Kembali.
ACARA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
Eksekusi
Pendaftaran Pemeriksaan di Sidang 1. Pelaku sukarela bayar ke Korban (30 hari)
Korban ajukan Perkara di 2. (jika tidak bayar), Korban lapor LPSK dan
permohonan ke (mirip gugatan
Pengadilan contentiosa?) Pengadilan; Pengadilan perintahkan
pengadilan (periksa syarat pembayaran (14 hari)
melalui LPSK berkas, dst) Output: Penetapan
Pemulihan Efektif Bagi Para Korban dan Hak-hak Korban
Pemulihan (remedy) yang efektif terhadap hak-hak korban pelanggaran HAM yang berat
ROKI PANJAITAN