Anda di halaman 1dari 11

Konsep

Forwarder
Forwarder???
Forwarder, atau lebih dikenal sebagai perusahaan
ekspedisi atau pengirim barang, merujuk pada
entitas bisnis yang bertanggung jawab untuk
mengorganisir dan menyelenggarakan pengiriman
barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Peran
utama forwarder adalah berfungsi sebagai perantara
antara pengirim dan penerima, memastikan bahwa
barang sampai ke tujuan akhir dengan aman, tepat
waktu, dan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
Sejarah forwarder di Indonesia
Perkembangan konsep forwarder atau perusahaan
ekspedisi di Indonesia merupakan bagian integral dari
evolusi sejarah perdagangan internasional di negara ini.
Untuk memahami sepenuhnya implikasi dan peran
forwarder, penting untuk melihatnya dalam konteks
respons terhadap pertumbuhan perdagangan
internasional dan kebutuhan akan pengelolaan logistik
yang lebih terkoordinasi pada masa awal masuknya
konsep ini. Awal masuknya konsep forwarder di
Indonesia dapat ditelusuri kembali ke periode awal abad
ke-20, ketika perdagangan internasional mulai menjadi
bagian penting dari ekonomi nasional. Dalam era ini,
terutama pada masa pemerintahan Hindia Belanda,
terjadi peningkatan aktivitas ekspor dan impor.
Konsep forwarder

Konsep forwarder melibatkan serangkaian kegiatan logistik, termasuk pengumpulan, pengemasan,


penyimpanan, dan pengiriman barang. Forwarder bekerja sama dengan berbagai penyedia jasa logistik,
maskapai penerbangan, dan perusahaan pengiriman barang untuk mengkoordinasikan perjalanan
barang melalui berbagai moda transportasi.
Pentingnya forwarder dalam rantai pasokan terletak pada kemampuannya untuk menyederhanakan
proses pengiriman barang, mengoptimalkan rute pengiriman, dan memberikan solusi logistik yang
efisien. Dengan demikian, forwarder menjadi elemen kunci dalam mendukung kelancaran operasional
bisnis dan perdagangan internasional.
Konsep hukum forwarder
Konsep forwarder dalam konteks hukum di Indonesia melibatkan identifikasi dan klasifikasi entitas atau individu
yang menjalankan peran sebagai forwarder. Subyek hukum forwarder dapat berasal dari berbagai bentuk, termasuk:

a. Perusahaan Forwarder Individu: Forwarder dapat muncul dalam bentuk perusahaan individu yang dikelola oleh satu
individu atau sekelompok individu. Meskipun tidak memiliki badan hukum terpisah, mereka diakui sebagai subyek
hukum yang bertanggung jawab atas operasional dan kewajiban bisnisnya.

b. Badan Hukum Forwarder: Forwarder juga dapat berbentuk badan hukum, seperti Perseroan Terbatas (PT) atau bentuk
badan hukum lainnya. Dalam konteks ini, forwarder dianggap sebagai subyek hukum yang memiliki identitas hukum
terpisah dan tunduk pada regulasi khusus yang mengatur badan hukum.

c. Entitas Hukum Lainnya: Selain perusahaan individu atau badan hukum, forwarder juga dapat beroperasi dalam bentuk
entitas hukum lainnya, seperti koperasi, firma, atau bentuk hukum lain yang diakui. Meskipun mungkin tidak memiliki
badan hukum seperti PT, mereka tetap dianggap sebagai subyek hukum yang terlibat dalam kegiatan bisnis logistik.
Subyek Hukum Forwarder
Subyek hukum dalam kerangka forwarder merujuk pada entitas hukum, yaitu perusahaan forwarder, yang secara
formal diakui oleh hukum dan memiliki hak-hak serta kewajiban hukum yang diatur oleh undang-undang dan
regulasi. Sebagai subyek hukum, perusahaan forwarder memiliki posisi yang terdefinisi secara hukum dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya dalam industri logistik dan distribusi barang.Sebagai subjek hukum,
perusahaan forwarder memiliki hak-hak yang mencakup hak untuk menjalankan kegiatan bisnisnya sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku. Salah satu hak fundamentalnya adalah hak untuk menuntut pembayaran atas layanan
yang diberikan kepada pelanggan. Hak ini bersifat kontraktual dan timbul dari perjanjian bisnis antara forwarder
dan pengirim barang.
peraturan

Dalam konteks regulasi, forwarder diatur oleh berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang
bertujuan untuk menjaga standar keamanan, efisiensi, dan keteraturan dalam kegiatan distribusi
barang. Forwarder yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Peraturan Perdagangan serta diawasi oleh
Kementerian Perhubungan dan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Naskah Forwarder

Naskah Forwarder, dalam konteks transportasi dan logistik, adalah entitas bisnis yang menyediakan rangkaian layanan yang luas
dalam proses pengiriman barang. Perannya mencakup berbagai tahapan, dimulai dari pengumpulan barang di tempat asal pengirim
hingga pengantaran barang ke tujuan akhir. Layanan forwarder mencakup aspek-aspek kunci dalam rantai pasokan, memberikan
solusi yang komprehensif dan mendukung kelancaran operasional bisnis dan perdagangan internasional.
Salah satu peran sentral forwarder adalah pengumpulan barang. Mereka berperan sebagai koordinator untuk mengumpulkan barang
dari berbagai pemasok atau produsen. Proses ini melibatkan koordinasi yang cermat untuk memastikan bahwa barang-bahwa barang-
bahan yang diperlukan untuk distribusi dapat dikumpulkan dengan efisien dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Forwarder juga memiliki tanggung jawab dalam mengelola packing dan penyimpanan barang. Mereka memastikan bahwa barang
dikemas dengan aman dan sesuai standar internasional. Selain itu, forwarder dapat menyediakan layanan penyimpanan sementara
jika diperlukan sebelum barang dikirimkan, memberikan fleksibilitas dalam proses distribusi.
Perkembangan regulasi forwarder di Indonesia

Sejarah perkembangan regulasi forwarder di Indonesia mencerminkan transformasi yang terjadi


dalam industri logistik seiring dengan perubahan kondisi perdagangan dan teknologi. Pada tahap
awal, regulasi terkait forwarder masih terbatas, namun seiring dengan pertumbuhan perdagangan
internasional, pemerintah menyadari perlunya landasan hukum yang komprehensif untuk mengatur
kegiatan forwarder. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran memberikan dasar
umum untuk transportasi laut yang merupakan elemen penting dalam layanan forwarder.
Pada pertengahan hingga akhir tahun 2000-an, terjadi peningkatan fokus pemerintah dalam
menerbitkan regulasi yang lebih spesifik. Lisensi operasional, standar pelayanan, dan tanggung
jawab forwarder menjadi fokus utama, mencerminkan upaya untuk memastikan integritas operasional
dan kualitas layanan. Perkembangan ini diikuti oleh respons terhadap digitalisasi dengan
memperbarui regulasi agar mencakup teknologi informasi, manajemen logistik berbasis komputer,
dan aspek keamanan data.
thanks!!

Anda mungkin juga menyukai