Anda di halaman 1dari 31

MANAGEMENT OF CHRONIC

HEART FAILURE

OLEH :
DEANI PARADILA SUKIRNO 1710311072
INDAH FEBRANAMBELA JOVIE 1710311061
M. HARISUL HAQ YARLON 1710312057
MUHAMMAD ADZKA PUTRA ANBIAR 1710311015
AMARA AZKA SHAFRINA 1710312100
LATAR BELAKANG

• Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan gejala tipikal
(sesak napas, bengkak pergelangan kaki, dan kelemahan) serta gejala lain
(peningkatan tekanan vena jugularis, ronki paru, udem pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh kelainan struktural dan atau fungsional jantung).1
• Berdasarkan data dari Riskesdas Kementrian Kesehatan Indonesia 2018,
Prevalensi penyakit gagal jantung dari diagnosis dokter adalah sekitar 1,5% atau
29.550 orang. Sedangkan menurut diagnosis atau gejala, estimasi jumlah
penderita gagal jantung 0,4% atau sekitar 29.880 orang.5
• Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai Gagal Jantung Kronik.

• Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang gagal jantung kronik.

• Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan tinjauan pustaka yang merujuk kepada
berbagai literatur
DEFINISI GAGAL JANTUNG

• Syndroma klinis ditandai oleh sesak, edem pada tungkai, dan kelemahan
akibat kerusakan struktur jantung dan fungsi jantung dalam pengisian
ventrikel dan pemompaan darah
EPIDEMIOLOGI

• Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan
Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.4
• Berdasarkan data Riskesdas Kementrian Kesehatan Nasional pada tahun 2018,
Prevalensi penyakit gagal jantung dari diagnosis dokter adalah sekitar 1,5% atau 29.550
orang. Sedangkan menurut diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penderita gagal
jantung 0,4% atau sekitar 29.880 orang5
• Umumnya mengenai usia (>60 tahun) dan meningkat secara bertahap seiring
bertambahnya usia. Pada tahun 2013, terdapat sejumlah 5,1 juta pasien gagal jantung
dan diperkirakan akan meningkat sekitar 3 kali lipat pada tahun 2030. 3
ETIOLOGI

1. Penyakit Miokard (Penyakit jantung iskemi, Zat toksik, Inflamasi dan


reaksi imun, Genetik, dll)
2. Gangguan Pengisian Jantung (Hipertensi, Penyakit katup dan gangguan
struktur, Penyakit pericardium dan endocardium, volume overload, dll)
3. Aritmia

2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Eur Heart J. 2016;37(27):2129–200.
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG

• Berdasarkan Fraksi Ejeksi : Reduced, mid-range, dan Preserved


• Berdasarkan Lokasi : Gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan
• Berdasarkan kelainan struktur menurut AHA :
Kelas A,B,C dan D
• Berdasarkan NYHA dengan functional class : Kelas I,II,III, dan IV

2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Eur Heart J. 2016;37(27):2129–200.
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2020.
PATOFISIOLOGI

Lilly L. Pathophysiology of Heart Disease. 6th ed.


MANIFESTASI KLINIS

Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2020.


FRAMINGHAM CRITERIA

• Sistem pengelompokkan yang umum digunakan dalam mendiagnosis gagal jantung adalah kriteria
Framingham. Terdiri dari kriteria mayor dan minor, gagal jantung ditegakkan apabila terdapat 2
kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor. 7

Major Criteria Minor Criteria


Paroxysmal nocturnal dypsnea Bilateral Ankle Edema
Neck Vein Distention Nocturnal Cough
Rales Dypsnea on ordinary exrtion
Radiographic Cardiomegaly Hepatomegaly
Acute Pulmonary Edema Pleural Effusion
S3 Gallop Decrease in vital capacity
Increased Central Venous Pressure Tachycardia
Hepatojugular Reflux
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen toraks
2. EKG
3. Ekokardiografi
4. Tes Laboratorium (tes natriuretic peptide, troponin
jantung)

Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2020.


RONTGEN THORAX

1. Kardiomegali
2. Hipertrofi ventrikel
3. Kongesti vena paru
4. Edema interstisial
5. Efusi pleura
6. Garis kerley b
7. Area paru hiperlusens
8. Infeksi paru
9. Infiltrat paru
EKG

Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2020.


ECHOCARDIOGRAFI

Konfirmasi diagnosis gagal jantung harus dilakukan dengan pemeriksaan


ekokardiografi, dilakukan secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal
jantung.
TES LABORATORIUM

1. kreatinin serum
2. Hb
3. Kadar natrium
4. Kadar kalium
5. Kadar Glukosa
6. Kadar BNP
7. Kadar albumin
8. Kadar troponin
DIAGNOSIS
TATALAKSANA

• 1. Non-Farmakologis
Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan
yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang
dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal
jantung.
• 2. Farmakologis
Perencanaan terapi menggunakan ACE-I, Beta Blocker, ARB, Nitrat, dan
MR Antagonist
Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. 2020.
NON FARMAKOLOGIS

1. Ketaatan pasien berobat


2. Pemantauan berat badan mandiri, (kenaikan berat badan > 2kg dalam 3 hari, maka
pasien harus menaikkan dosis diuretic atas pertimbangan dokter
3. Asupan cairan, retriksi cairan 1,5 – 2 liter/hari
4. Pengurangan berat badan, pada pasien dengan IMT>30kg/m2
5. Latihan fisik direkomendasikan pada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
KOMPLIKASI

Komplikasi dari gagal jantung kronik, antara lain:

▪ Aritmia: fibrilasi atrium (10%-50%), aritmia ventikular (10%), bradiaritmia

▪ Tromboembolisme: stroke (2%), emboli perifer, trombosis vena, emboli paru

▪ Gastrointestinal: kongesti hepar, disfungsi hepar, malabsorpsi

▪ Muskuloskeletal: muscle wasting

▪ Respirasi: kongesti paru, kelemahan otot pernapasan, hipertensi pulmonal


PROGNOSIS

Prognosis gagal jantung buruk pada kejadian tanpa penyebab dasar yang dapat diperbaiki.
Tingkat kematian 5 tahun setelah diagnosis berkisar antara 45% sampai 60%, dengan prognosis
lebih buruk pada pria disbanding wanita. Pasien dengan gejala yang parah (i.e. NYHA kelas III atau
IV) memiliki prognosis paling buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup 1 tahun hanya 40%.
Mortalitas terbesar disebabkan gagal jantung refrakter, namun banyak pasien yang meninggal tiba-
tiba, kemungkinan disebabkan oleh aritmia ventrikel terkait. Pasien HFpEF memiliki tingkat rawat
inap, komplikasi dan kematian yang sama dengan pasien HFrEF. 6

Anda mungkin juga menyukai