Anda di halaman 1dari 7

Permendag No.

44/M DAG/PER/9/2009 Distribusi dan Pengawasan B3

Disusun oleh:
Mutmainah – 1518622033
Sania Rahmatul Isnaeni - 1518622029
Pendahuluan
• Bahan berbahaya yang selanjutnya disebut B2 adalah zat, bahan kimia, dan bahan hayati yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup,
bersifat toksik (beracun), karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan mengiritasi, apapun
bentuknya. Perusahaan adalah segala bentuk badan usaha perseorangan atau badan usaha yang
dimiliki oleh warga negara Indonesia dan terdaftar di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, baik berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan kegiatan
usaha perdagangan B2. Produsen Bahan Berbahaya yang selanjutnya disebut IP-B2 adalah
perusahaan yang memproduksi B2 di dalam negeri dan mempunyai izin usaha industri yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang. Importir terdaftar Bahan Berbahaya yang selanjutnya
disebut IT-B2 adalah importir non-produsen yang mempunyai Angka Pengenal Importir Umum
(API-U) dan telah mendapat persetujuan dan bea khusus dari Direktur Jenderal Perdagangan dan
Perindustrian untuk melakukan impor B2
• Pengguna akhir Bahan Berbahaya yang selanjutnya disebut PA-B2 adalah perusahaan industri dan
unit komersial atau lembaga yang menggunakan B2 sebagai bahan baku dan bahan penolong
serta mengalami proses fisika dan kimia untuk mengubah sifat fisik dan kimianya serta
memperoleh nilai tambah. atas izin instansi yang berwenang sesuai dengan peruntukannya.
Pengadaan B2 adalah proses/kegiatan penyediaan B2 melalui P-B2, IP-B2 dan IT-B2. Alokasi B2
adalah pengalokasian atau peredaran dan penjualan B2 dari IT-B2 dan/atau P-B2 kepada DT-B2,
dari DT-B2 kepada PT-B2, dari PT-B2 kepada PA-B2, atau IT-B2 dan/ atau P -B2 langsung ke PT-B2,
atau IT-B2 dan/atau P-B2 langsung ke PA-B2. Regulasi merupakan serangkaian kegiatan
pemeriksaan yang mengendalikan pengadaan dan pendistribusian impor.Dan penggunaan B2.
ISI UTAMA
1. Materi ini membahas regulasi terkait perdagangan bahan berbahaya (B2) di Indonesia. Terdapat 23 pasal
yang mengatur berbagai aspek terkait dengan izin, distribusi, pengawasan, dan sanksi terkait B2. Berikut
adalah ringkasan poin-poin utama dari materi ini:
2. Pasal 1: Mengenalkan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP-B2) sebagai izin untuk
perdagangan B2 dan pengadaan B2 oleh pelaku usaha.
3. Pasal 2: Menjelaskan jenis B2 yang termasuk dalam regulasi ini, yaitu bahan kimia berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan.
4. Pasal 3: Menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak yang ingin mengajukan permohonan
sebagai Importir Produsen B2 (IP-B2), termasuk izin usaha, dokumen perpajakan, dan rekomendasi dari
instansi terkait.
5. Pasal 4: Menyatakan bahwa setiap impor B2 harus mendapat persetujuan dari Dirjen Daglu setelah
mendapatkan rekomendasi dari instansi terkait.
6. Pasal 5: Mengatur masa berlaku pengakuan sebagai IP-B2 atau penetapan sebagai Importir Teknis B2 (IT-
B2) selama satu tahun yang dapat diperpanjang.
7. Pasal 6: Mengatur prosedur pengangkutan B2 dari pelabuhan tujuan ke gudang IP-B2 atau IT-B2 dan
persyaratan terkait dengan Emergency Transport Guide.
8. Pasal 8: Menyatakan bahwa pendistribusian B2 harus dilengkapi dengan Label Data Keamanan (LDK) dan
label pada kemasan B2.
9. Pasal 9: Mengatur persyaratan pengemasan ulang (repacking) B2.
10. Pasal 10: Memindahkan kewenangan penerbitan SIUP-B2 kepada Dirjen PDN untuk DT-B2 dan Gubernur
untuk PT-B2.
11. Pasal 11: Menjelaskan persyaratan untuk memperoleh SIUP-B2 bagi DT-B2.
12. Pasal 12: Menjelaskan persyaratan bagi kantor cabang perusahaan dalam mendistribusikan B2.
13. Pasal 13: Mengatur kewajiban IP-B2 dan IT-B2 untuk menyampaikan laporan realisasi impor dan
pendistribusian B2.
14. Pasal 14: Mengatur kewajiban DT-B2 dan PA-B2 untuk menyampaikan laporan mengenai perolehan B2.
15. Pasal 15: Menjelaskan isi laporan yang harus disampaikan oleh PA-B2.
16. Pasal 16: Menjelaskan tindakan yang harus diambil dalam hal masih terdapat stok B2 yang harus
dikembalikan.
17. Pasal 17: Mengatur larangan-larangan bagi IP-B2 dan IT-B2.
18. Pasal 18: Melarang pihak yang tidak memiliki izin untuk mendistribusikan B2 atau mengemas ulang B2.
19. Pasal 19: Menjelaskan pembinaan terhadap pelaku usaha B2.
20. Pasal 20: Mengatur pengawasan distribusi, pengemasan, dan pelabelan B2.
21. Pasal 21: Menjelaskan pelaksanaan pengawasan oleh berbagai instansi.
22. Pasal 22: Menjelaskan tindakan yang harus diambil jika ditemukan tindak pidana dalam pengawasan.
23. Pasal 23: Mengatur sanksi administratif bagi pelaku usaha yang melanggar regulasi.

Regulasi ini memberikan kerangka kerja yang jelas untuk perdagangan B2 di Indonesia, mengatur izin, prosedur
distribusi, dan pengawasan untuk menjaga keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Pelanggaran
terhadap regulasi ini dapat mengakibatkan sanksi administratif, termasuk pencabutan izin.
Kesimpulan
• Bahwa pengadaan, peredaran dan penggunaan bahan berbahaya terus meningkat, baik jenis
maupun jumlahnya serta mudah diperoleh di pasaran mudah terjadi penyalahgunaan peruntukan
yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, keamanan dan keselamatan manusia,
hewan, tumbuhan-tumbuhan serta lingkungan hidup. bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan
pencegahan penyalahgunaan bahan berbahaya, perlu mengatur kembali kebijakan yang berkaitan
dengan aspek pengadaan, pengedaran, penjualan dan pengawasan bahan berbahaya yang
berasal dari dalam negeri dan impor.

Anda mungkin juga menyukai