P A J A K
Pedoman Penyusunan Kertas Kerja KKP terdiri dari beberapa berkas yakni KKP
Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan (umum maupun khusus), dokumen
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. pendukung KKP, dan dokumen pemeriksaan.
Kertas Kerja Pemeriksaan terbagi atas Dokumen pendukung KKP yang dimaksud
dua bagian, yaitu: adalah dokumen yang diperlukan untuk
• KKP umum yang formatnya diatur mendukung atau sebagai sumber dalam
dalam SE-08/2012 pembuatan KKP. Sementara itu. dokumen
• KKP khusus adalah KKP yang tata pemeriksaan adalah adalah surat, dokumen,
cara penyusunannya diatur tersendiri dan/atau daftar yang diperlukan dalam
dalam peraturan lainnya selain SE- dan/atau berkaitan dengan pelaksanaan
08/2012. pemeriksaan
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Pajak
1. Mendukung Opini Auditor
Kertas kerja pemeriksaan (KPP) memiliki tujuan untuk mendukung opini auditor atau petugas pemeriksa pajak tentang
kewajaran laporan keuangan. Dimana opini yang diberikan oleh auditor harus sesuai dengan simpulan pemeriksaan yang
dicantumkan dalam KKP.
2. Mengkoordinasi dan Mengorganisasi Seluruh Proses Audit
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor terdiri dari suatu proses atau tahapan yang dilakukan dalam berbagai
tempat, waktu serta pelaksanaannya. Semua prosesnya akan mampu menghasilkan berbagai jenis bukti ataupun data yang
nantinya membentuk KKP. Dengan menggunakan kertas kerja maka setiap pengkoordinasian dan pengorganisasian di setiap
proses atau tahap bisa dilakukan dengan baik.
Pembuatan berbagai lembaran kertas kerja yang sudah lengkap merupakan syarat penting yang harus dibuktikan.
Lembaran-lembaran kertas tersebut menjadi bukti bahwasanya auditor sudah melakukan proses audit atas laporan
keuangan yang dilakukannya.
5 Fungsi Kertas Kerja Pajak
dibuat Pemeriksa Pajak
sebagai bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai
standar pelaksanaan pemeriksaan
Contents Title
Contoh Kertas Kerja Pemeriksaan
Contoh kertas kerja pemeriksaan pengeluaran kas
• Wajib pajak dapat menyampaikan tanggapan tertulis mengenai SPHP yang telah disampaikan oleh pemeriksa pajak secara
langsung atau melalui faksimili. Dalam hal ini, pemeriksa pajak akan berkomunikasi dengan wajib pajak atau wakil wajib
pajak untuk memastikan apakah pihak wajib pajak akan menyampaikan tanggapan atau tidak.
• Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP) disampaikan oleh pemeriksa pajak kepada wajib pajak secara
langsung atau melalui faksimili. Sebelum mengirimkan undangan, pemeriksa pajak berkomunikasi terlebih dahulu dengan
pihak wajib pajak untuk menyepakati waktu dan tempat untuk melaksanakan PAHP tersebut.
• Pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP) dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang sudah disepakati
sebelumnya. Hasil pembahasan akhir tersebut dibuatkan risalah pembahasan dan dilampiri dengan beberapa dokumen
pendukung.
• Apabila wajib pajak ingin melakukan permohonan pembahasan bersama tim Quality Assurance (QA), maka wajib pajak
dapat mengajukan surat permohonan secara langsung atau melalui faksimile. Pelaksanaan pembahasan dengan tim Quality
Assurance dilakukan pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan bersama.
• Berdasarkan hasil risalah pembahasan akhir dan risalah tim Quality Assurance, pemeriksa pajak akan membuat konsep
Berita Acara (BA) Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (BAHP) serta Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir (IHPA).
Tahapan Pemeriksaan SPHP
Penyampaian Surat Perintah Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak
Tanggapan tertulis harus segera disampaikan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan, yaitu paling lama 7 hari kerja
setelah tanggal diterimanya SPHP tersebut oleh wajib pajak. Namun, wajib pajak bisa meminta perpanjangan waktu
paling lama 3 hari kerja yang dihitung sejak jangka waktu 7 hari kerja telah berakhir. Apabila ingin melakukan
perpanjangan, maka wajib pajak harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemeriksa pajak sebelum jangka
waktu 7 hari berakhir.
Apabila pemeriksaan terhadap keterangan lain berupa data konkret dilaksanakan dengan pemeriksaan kantor, maka
tanggapan tertulis harus disampaikan paling lama ketika wajib pajak harus memenuhi undangan untuk menghadiri closing
conference. Dalam hal ini, wajib pajak tidak diberikan wewenang untuk melakukan perpanjangan jangka waktu terkait
penyampaian tanggapan tertulis.
Tanggapan tertulis tersebut disampaikan oleh wajib pajak secara langsung atau menggunakan faksimile. Apabila pihak
wajib pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis mengenai SPHP, maka pihak pemeriksa pajak segera membuat berita
acara. Berita acara tersebut berisi mengenai tidak disampaikannya tanggapan tertulis terkait SPHP oleh wajib pajak yang
ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak.
03
Perhitungan Sanksi Administrasi
Sanksi administratif merupakan sanksi dimana wajib pajak harus
membayarkan sejumlah uang kepada negara karena telah
melanggar peraturan yang berlaku. Sanksi administratif terdiri
dari sanksi denda, sanksi bunga, sanksi kenaikan.
01 Sanksi Denda
Sanksi administrasi
yang dikenakan
terhadap
pelanggaran yang
berkaitan dengan
kewajiban
pelaporan
Sanksi Bunga
02 Sanksi Bunga
Sanksi administrasi
berupa bunga yang
dikenakan terhadap
pelanggaran yang
berkaitan dengan
kewajiban
pembayaran pajak
Sanksi Kenaikan
03 Sanksi Kenaikan
Sanksi administrasi
yang berupa
kenaikan jumlah
pajak yang harus
dibayar.
04
Risalah Pembahasan
Pembahasan akhir pemeriksaan adalah pembahasan antara
wajib pajak dan pemeriksa pajak atas temuan pemeriksaan yang
hasilnya diluangkan dalam berita acara pembahasan akhir hasil
pemeriksaan Berita tersebut ditandatangani kedua belah pihak
yang berisi koreksi pokok pajak terhutang, baik yang di setujui
maupun yang tidak disetujui, dan perhitungan sanksi
administrasi. Definisi ini tercantum dalam pasal 1 angka 16
Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.03/2013 tentang Tata
Cara Pemeriksaan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan
peraturan keuangan No. 18/PMK.03/2021 (PMK 17/2013 Jo
PMK 18/2021)
Enam skenario yang merupakan hasil dari pembahasan yang nantinya akan diterbitkan.
a. menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan pada tanggapan tertulisnya dan
b. hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak
membuat :
• risalah pembahasan dengan mendasarkan pada lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan dan membuat berita acara Pembahasan
Akhir
• Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.
Hasil pemeriksaan dengan skenario ini adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika pada surat ketetapan pajak tersebut terdapat pajak yang
masih harus dibayar (SKPKB atau SKPKBT), maka surat ketetapan pajak tersebut menjadi utang pajak (pasal 25 ayat 3a, ayat 7 dan ayat 8
Undang-Undang KUP).
Pembahasan Akhir dianggap telah dilakukan.Hasil pemeriksaan dengan skenario ini adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika
pada surat ketetapan pajak tersebut terdapat pajak yang masih harus dibayar (SKPKB atau SKPKBT), maka surat ketetapan pajak
tersebut menjadi utang pajak. (pasal 25 ayat 3a, ayat 7 dan ayat 8 Undang-Undang KUP).
Lanjutan :
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dengan mendasarkan pada surat sanggahan dan menuangkan hasil pembahasan tersebut
dalam risalah pembahasan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.Hasil pemeriksaan
dengan skenario ini adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika pada surat ketetapan pajak tersebut terdapat pajak yang masih harus dibayar
(SKPKB atau SKPKBT), maka terhadap surat ketetapan pajak tersebut belum menjadi utang pajak hanya pada poin-poin yang tidak disetujui Wajib
Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sampai dengan adanya putusan dari keberatan atau putusan dari banding yang diajukan oleh Wajib
Pajak terhadap poin-poin hasil pemeriksaan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (pasal 25 ayat 3a, ayat 7 dan ayat 8 serta
Pasal 27 ayat 5a,ayat 5b, dan ayat 5c Undang-Undang KUP).
Pemeriksa Pajak harus membuat : risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.Pembahasan Akhir dianggap telah dilakukan.Hasil pemeriksaan
dengan
skenario ini adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika pada surat ketetapan pajak tersebut terdapat pajak yang masih harus dibayar
(SKPKB atau SKPKBT), maka terhadap surat ketetapan pajak tersebut belum menjadi utang pajak hanya pada poin-poin yang tidak
disetujui Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sampai dengan adanya putusan dari keberatan atau putusan dari
banding yang diajukan oleh Wajib Pajak terhadap poin-poin hasil pemeriksaan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan (pasal 25 ayat 3a, ayat 7 dan ayat 8 serta Pasal 27 ayat 5a,ayat 5b, dan ayat 5c Undang-Undang KUP).
Lanjutan :
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dan menuangkan hasil pembahasan tersebut dalam risalah pembahasan,
yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.Hasil pemeriksaan dengan skenario ini
adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika pada surat ketetapan pajak tersebut terdapat pajak yang masih harus dibayar (SKPKB
atau
SKPKBT), maka terhadap surat ketetapan pajak tersebut belum menjadi utang pajak hanya pada poin-poin yang tidak disetujui Wajib
Pajak
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sampai dengan adanya putusan dari keberatan atau putusan dari banding yang diajukan
oleh
6. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak:
Wajib Pajak terhadap poin-poin hasil pemeriksaan yang tidak disetujui dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. (pasal 25 ayat 3a,
ayat 7 dan ayat 8 serta Pasal 27 ayat 5a, ayat 5b, dan ayat 5c Undang-Undang KUP).
a. tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP dan
b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai undangan, hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis ,
Pemeriksa Pajak membuat :
• risalah pembahasan berdasarkan SPHP
• berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan• berita acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa PajakPembahasan Akhir
dianggap telah dilakukan. Hasil pemeriksaan dengan skenario ini adalah terbitnya surat ketetapan pajak dan jika pada surat ketetapan
pajak tersebut terdapat pajak yang masih harus dibayar (SKPKB atau SKPKBT), maka surat ketetapan pajak tersebut menjadi utang
pajak
05 BERITA ACARA PEMBAHASAN AKHIR HASIL PEMERIKSAAN
Sesuai Pasal 44 PMK 17/2013 jo PMK 18/2021, dalam roses closing
conference, berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan akan
tetap dibuat oleh pemeriksa pajak meskipun Wajib Pajak yang
bersangkutan tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Apabila Wajib
Pajak setuju atas seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam
pembahasan maka dokumen yang dibuat adalah berita acara
pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan ikhtisar hasil pembahasan
akhir.
Jika Wajib Pajak setuju atas seluruh hasil pemeriksaan namun tidak
hadir dalam pembahasan maka dokumen yang akan dibuat adalah
berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam pembahasan akhir
hasil pemeriksaan, berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
dan ikhtisar hasil pembahasan akhir.
02
LHP Pemeriksan
01 LHP Pemeriksan
Uji Kepatuhan
Tujuan Lain
Dalam Pasal 10 PMK 17/2013 to Pasal 6 PER-23/PJ/2013, aktivitas Sesuai dengan Pasal 76 PMK 17/2013 juncto Pasal 7 PER-
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan 23/PJ/2013, pemeriksaan untuk tujuan lain diakhiri dengan
perlu dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun mengikuti dua standar diterbitkannya LHP yang terkandung usulan diterima atau
dalam pelaporan hasil pemeriksaan. ditolaknya permohonan wajib pajak. LHP itu juga perlu
disusun mengikuti dua standar dalam pelaporan hasil
1. LHP disusun secara ringkas dan jelas, terdiri dari ruang lingkup atau pemeriksaan di antaranya;
pos-pos yang diperiksa, simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan
kuat tentang ada atau tidaknya penyimpangan, dan pola pengungkapan 1. LHP dibuat ringkas dan jelas, juga berisikan ruang lingkup
informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan. atau pos-pos yang dilakukan pemeriksaan mengikuti tujuan
pemeriksaan, dan juga simpulan pemeriksa pajak kemudian
2. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan pengungkapan informasi lain yang memiliki keterkaitan.
minimal berisikan: penugasan pemeriksaan, identitas wajib pajak,
pembukuan/pencatatan wajib pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, 2. LHP untuk tujuan lain setidaknya berisikan: identitas wajib
data/informasi yang tersedia, serta buku dan dokumen yang dipinjam. pajak, penugasan pemeriksaan, dasar/tujuan pemeriksaan,
buku dan dokumen yang dipinjam, materi yang diperiksa,
Tak hanya itu, LHP juga berisikan materi yang diperiksa, uraian hasil uraian hasil pemeriksaan dan simpulan dan usul pemeriksa
pemeriksaan, ikhtisar hasil pemeriksaan, penghitungan pajak terutang dan
simpulan juga usulan pemeriksa. LHP merupakan dasar dalam membuat
nota penghitungan dalam menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)/Surat
Tagihan Pajak (STP).
Laporan Hasil Pemeriksaan yang
sesuai dengan ketentuan, dokumen
tersebut harus mencantumkan
beberapa poin berikut ini secara
berurutan. Poin LHP adalah :
Pemeriksaan atas SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha
02 peredaran usaha tidak melebihi Rp.4,8 Miliar Setahun
01 Pemeriksaan atas SPT Tahunan Orang Pribadi yang memiliki penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan atau melakukan pekerjaan bebas dengan
peredaran usaha tidak melebihi Rp. 4,8 Miliar Setahun
Pengasilan Sehubungan dengan pekerjaan contohnya adalah Fera
merupakan tax staff pada PT. Mitra Bersama di mana pph 21 telah
dipotong oleh perusahaan tersebut dan akan di berikan buktipotong
pph 21 pada awal tahun berikutnya.
e. Ekualisasi atau Rekonsiliasi adalah pencocokan saldo 2(dua) atau lebih angka yang mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut
harus dapat dijelaskan.
f. Pemanfaatan Keterangan/Buktig. Konfirmasih. Pengujian Kebenaran Penghitungan matematis
a) Pemanfaatan data internal DJP berupa bukti potong PPh atau Surat
Setoran Pajak (SSP); dan
b) Konfirmasi ke pihak Pemotong/Pemungut pajak
TERIMA KASIH