Anda di halaman 1dari 33

KEBIJAKAN PENGENDALIAN

RESISTENSI ANTIMIROBA

Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian


Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2022
1
I. PENDAHULUAN
II. DAMPAK DAN FAKTOR
PENYEBAB RESISTENSI
ANTIMIKROBA
III. STRATEGI PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA
TATA SAJI INDONESIA
IV. ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP/
PENATAGUNAAN ANTIMIKROBA
V. INOVASI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
VI. WORLD ANTIMICROBIAL
AWARENESS WEEK (WAAW)
I. PENDAHULUAN

3
DEFINISI

ANTIMIKROBA adalah obat yang dapat membunuh atau


menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Termasuk dalam golongan antimikroba diantaranya antibakteri
(antibiotik), antiparasit, antivirus, antijamur.

ANTIMICROBIAL RESISTANCE (AMR) didefinisikan oleh WHO


“resistensi dari mikroorganisme terhadap antimikroba yang
semula efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme tersebut”
II. DAMPAK DAN FAKTOR PENYEBAB
RESISTENSI ANTIMIKROBA

5
DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA

• AMR merupakan 1 dari 10 ancaman


kesehatan dunia
• Data Global Burden Disease (GBD): 1,27
juta kematian/tahun pada tahun 2019
• Dampak ekonomi :
• GDP turun 2 – 3,5%
• Membebani dunia US $ 100 triliun

• High Level Commitment (SDG’s) Goal 3


• 3.d.2: Persentase infeksi yang disebabkan oleh
organisme resistan antimikroba
• 3.b.3: Proporsi fasilitas pelayanan kesehatan
yang memiliki obat esensial yang tersedia dan
terjangkau secara berkelanjutan 6
Surveilans AMR Indonesia

% Resisten
seftriakson 33

33
25
66.5
53.2
fluorokuinolon 65.6
50
74.4
sefalosporin generasi ke-3 63.5
66.7
karbapenem 44
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Keterangan: Acinetobacter spp* E.coli* K. pneumonia* E.coli** Salmonella spp*** Shigella spp***
* Spesimen darah
** Spesimen urin
*** Spesimen feses WHO GLASS AMR.2020. Pelaporan data AMR Indonesia tahun 2020 (data dari 16 RS sentinel surveilans AMR)
Waktu terjadinya resistensi semakin singkat
FAKTOR UTAMA PENYEBAB AMR
Ease of
Availability of
Antibiotics
Lack of Lack of
Surveillance of Research on
Resistance Novel
Development Antibiotics
• Click to edit Master text styles
• Second level Increased
Prevalence of
• Third level Antibiotic Antibiotic Use
• Fourth level Clinical Resistance in Food
Misuse Producing
• Fifth level Animals

Poor Quality Poor Hospital-


of Available based Antibiotic
Antibiotics Use Regulation

Penyebab utama terjadinya AMR adalah misuse atau overuse pada manusia dan hewan.
Di negara berkembang, kontributor utama terjadinya AMR diantaranya penyalahgunaan antibiotik
dan kemudahan mendapatkan antibiotik  Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Chokshi A, et al. 2019. Global Contributors to Antibiotic Resistance
Holmes, et al. 2016. Understanding the mechanisms and drivers of antimicrobial resistance
TINGKAT KONSUMSI ANTIBIOTIK YANG TINGGI BERKAITAN
DENGAN TINGGINYA ANGKA BAKTERI RESISTENSI

Thomas, M G, et al. 2014. Rising antimicrobial resistance: a strong reason to reduce excessive antimicrobial consumption in New Zealand
Permasalahan penggunaan Dampak
antimikroba
Penggunaan Antimikroba yang tidak tepat dalam
pelayanan kesehatan 1 Peningkatan resiko resistensi antimikroba

Pengobatan kasus infeksi menjadi kurang


2
efektif
Peresepan antimikroba yang tidak rasional oleh
tenaga kesehatan
Peningkatan risiko terhadap keamanan
3
pasien
Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan
antimikroba yang diresepkan 4 Tingginya biaya pengobatan

Penggunaan antimikroba secara bebas oleh


masyarakat (pembelian tanpa resep dokter)

11
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENYEDIA OBAT SWASTA

Penelitian PINTAR
Penelitian selama 3 tahun, dengan metode cross-
sectional menggunakan standardized patients
(pasien standar) yang mengunjungi penyedia
obat swasta yang dipilih acak dengan
membawakan skenario untuk membeli antibiotik
tanpa resep pada 3 skenario kasus (Tuberkulosis,
Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Diare pada
anak)

Paparan disampaikan Prof. dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD pada 1 st AMR Awareness Meeting, 29 Mei 2021.
III. STRATEGI PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA INDONESIA

13
RENCANA AKSI NASIONAL PENGENDALIAN RESISTENSI
Capa
ANTIMIKROBA 2020-2024
GAP on AMR (2015)
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pengendalian resistensi
antimikroba melalui komunikasi, pendidikan dan pelatihan;

Meningkatkan pengetahuan dan bukti ilmiah melalui surveilans dan penelitian;

Mengurangi kejadian infeksi melalui tindakan sanitasi, hygiene serta


pencegahan dan pengendalian infeksi;

Optimalisasi dan pengawasan serta penerapan sanksi tindak lanjut terhadap


Permenko PMK pelanggaran peredaran dan penggunaan antimikroba yang tidak sesuai
No.7 Tahun 2021: standar pada manusia, hewan, ikan dan tanaman;
RAN PRA 2020-2024
Meningkatkan investasi untuk menemukan tata cara pengobatan, metode
diagnostik dan vaksin baru dalam upaya mengurangi masalah resistensi
antimikroba;
Membangun Tata Kelola dan koordinasi terpadu dalam rangka pengendalian
antimikroba.
KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KESEHATAN 2021-2024
DIPRIORITASKAN UNTUK MENDORONG 6 PILAR TRANSFORMASI KESEHATAN
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Meningkatkan kesehatan Memperkuat sistem


Hasil sistem ibu, anak, keluarga Mempercepat perbaikan Memperbaiki Gerakan Masyarakat kesehatan &
kesehatan berencana dan gizi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat (GERMAS) pengendalian obat dan
kesehatan reproduksi makanan

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi layanan 3 Transformasi sistem ketahanan


rujukan kesehatan

Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Memperkuat


Kategori penduduk primer sekunder kapasitas dan akses dan ketahanan sektor ketahanan
Mis., kampanye promosi Mis., Vaksinasi dan Mis., pemeriksaan kapabilitas kualitas layanan farmasi & alat tanggap darurat
program dan program edukasi Imunisasi, penyediaan kesehatan, tablet layanan primer sekunder & tersier kesehatan Mis., kesiapan tanggap
utama makanan sehat di penambah zat besi untuk
bencana kota, kesiapan
sekolah mengurangi anemia, Mis., Kedekatan fasilitas Mis., Kedekatan fasilitas Mis., Ketersediaan, akses,
rantai pasokan E2E,
pengelolaan penyakit layanan primer dan layanan, kapasitas kualitas, dan
rencana SDM, menjaga
kronis berbasis masyarakat, tempat tidur, kualitas keterjangkauan farmasi
kualitas layanan selama
kualitas layanan, jalur ke layanan/akreditasi rumah dan peralatan medis,
krisis
layanan sekunder sakit meningkatkan
kapabilitas R&D 1,86 T

4 Transformasi sistem 5
Transformasi SDM
6 Transformasi teknologi
Enabler pembiayaan kesehatan Kesehatan kesehatan
mendasar Menjamin transparansi dan efektivitas Mempercepat ketersediaan, kualitas Mempercepat adopsi teknologi dan
pendanaan untuk sistem, dan akses dan distribusi SDM bidang kesehatan solusi kesehatan digital, meningkatkan
yang adil bagi setiap segmen populasi lintas sistem kesehatan pengambilan keputusan berdasarkan
data
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL

Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan


penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dan mendorong peningkatan
upaya promotif dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi

STRATEGI NASIONAL PEMBANGUNAN KESEHATAN

Meningkatkan Percepatan Peningkatan Pembudayaan Penguatan sistem


kesehatan ibu, anak, perbaikan pengendalian perilaku hidup kesehatan
dan kesehatan gizi penyakit sehat melalui
reproduksi masyarakat GERMAS

Mencakup :
• Pengendalian resistensi antimikroba
Strategi Pengendalian Resistensi Antimikroba

Kebijakan dan Regulasi


• Antibiotik termasuk obat keras, harus dengan resep dokter
• Formularium Nasional, terdapat pembatasan penggunaan
antibiotik
• Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB)

Monitoring dan Evaluasi


• Monitoring peresepan antibiotik pada dua penyakit (ISPA
non pneumonia dan Diare non spesifik) di puskesmas
sebagai indikator RAN PRA Indonesia 2020-2024
• Surveilans Penggunaan Antimikroba
IV. ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP/
PENATAGUNAAN ANTIMIKROBA

18
PENATAGUNAAN ANTIMIKROBA (PGA)
FORMULARIUM
NASIONAL

Pembatasan Antibiotik
LATAR BELAKANG PMK No. 28 Tahun 2021
Inpres No. 4 Tahun 2019; Peningkatan Kemampuan Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik
Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir,
Biologi, dan Kimia SUBTANSI
Permenko 7 Tahun 2021; RAN Pengendalian Resistensi
1. Pengelompokan Antibiotik berdasarkan kategori ACCESS,
Antimikroba) WATCH, dan RESERVE (AWaRe)
2. Panduan terapi untuk sebagian besar kasus infeksi yang
Analisis Data AMR Indonesia dari platform GLASS
tahun 2020 (16 RS sentinel surveilans AMR)
umum terjadi di Indonesia
3. Memuat informasi lebih rinci tentang pemilihan dan
penggunaan antibiotik pada terapi infeksi

TUJUAN
 Panduan penggunaan antibiotik bagi praktik mandiri
dokter atau dokter gigi, pusat kesehatan masyarakat,
Profilaksis klinik, dan rumah sakit.
Penggunaan
 Pedoman bagi apoteker dalam memberikan pelayanan
Antibiotik Emperis: kefarmasian berdasarkan resep dokter atau dokter gigi.
Belum diketahui  Menjadi acuan penyusunan tata laksana penyakit yang
bakteri penyebab menggunakan antibiotik dalam pedoman nasional
pelayanan kedokteran.
Definitif:
Terapeutik Berdasarkan hasil
pemeriksaan RUANG LINGKUP
mikrobiologi  Mengatur penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan
kesehatan primer dan lanjutan;
 mengatur pengelolaan antibiotik secara bijak.
Evaluasi Penggunaan Antimikroba

1 Permenkes Nomor 8 Tahun 2015 Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit

2 Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Pelayanan Farmasi Klinik Evaluasi Penggunaan Obat

3 Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit

4 Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba 2020-2024

22
Manfaat
Data dan Hasil Evaluasi

Mengidentifikasi dan menyediakan


1 peringatan awal terhadap permasalahan
Jumlah dan pola konsumsi antimikroba
penggunaan antimikroba

Praktek peresepan dan kesesuaian Mengembangkan intervensi untuk


penggunaan antimikroba
2
menyelesaikan masalah

Tren penggunaan antimikroba dari waktu 3 Mengawasi perkembangan intervensi


ke waktu

Akses terhadap kualitas peresepan terkait


4 kepatuhan terhadap pedoman
Membandingkan data level lokal, nasional,
dan internasional
5 Meningkatkan kesadaran antar tenaga
kesehatan, konsumen, dan penentu
kebijakan
Sebagai tolak ukur/pembandingan
23
EVALUASI KUALITATIF EVALUASI KUANTITATIF
PENGGUNAAN ANTIMIKROBA PENGGUNAAN ANTIMIKROBA
(METODE GYSSENS) (ATC DDD)
Sasaran RAN PRA 2020-2024

Sasaran / Indikator Pelaksana Baseline Target 2024


Penurunan Persentase ESBL:
1. Pada manusia 1 1. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Ditjen 62%
Pelayanan Kesehatan, Kemenkes
1 Turun 10%
2. Pada hewan 2 2. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 67,1%
Kementan
3. Pada lingkungan 3 3. Ditjen Perikanan Budidaya, KKP 16%
Persentase antimikroba yang beredar memenuhi syarat mutu:
1. Antimikroba untuk manusia 1. Deputi Bidang Pengawasan Obat dan NAPZA, 98% 98%
2 BPOM (dipertahankan)
2. Antimikroba untuk hewan 2. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 95% 100%
Kementan (naik 5%)
Persentase penggunaan antimikroba rasional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
3 1. Pada ISPA Non-Pneumonia 1. Ditjen Farmalkes Kemenkes 21.28% ≤20%
2. Pada Diare Non-Spesifik 18.27% ≤8%
Persentase penggunaan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan 80% 50%
4 Antimikroba di peternakan
ayam broiler sebagai profilaksis
Indikator RAN PRA Indonesia 2020-2024

% AB ISPA Non % AB pd Diare Non


Persentase Pneumoni Spesifik
penggunaan
antimikroba rasional
di Puskesmas
Target ≤20 % Target ≤8 %

Pelaporan puskesmas melalui googleform setiap bulan


26
V. INOVASI PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

27
GeMa CerMat
Gerakan Masyarakat
Cerdas Menggunakan Obat

Pencanangan Adalah upaya bersama pemerintah dan masyarakat


GeMa CerMat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka
oleh Menkes RI mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman
Jakarta, 13 November 2015
SK Menkes No.
dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan
HK.02.02/Menkes/427/2015 obat secara tepat dan benar

Meningkatnya pemahaman Meningkatnya kemandirian


TUJ dan kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku Meningkatnya
UAN tentang pentingnya masyarakat dalam penggunaan obat
penggunaan obat secara penggunaan obat secara rasional
benar benar
PENGGUNAAN
Tidak MEMBELI antibiotik
ANTIBIOTIK BIJAK
sendiri
oleh Masyarakat (5T)
(TANPA RESEP DOKTER)
Tidak MENGGUNAKAN antibiotik
untuk selain infeksi bakteri

Tidak MENYIMPAN antibiotik


UNTUK PERSEDIAAN di rumah

Tidak MEMBERI antibiotik SISA


kepada orang lain

Tanyakan pada APOTEKER


informasi obat antibiotik
VI. WORLD ANTIMICROBIAL
AWARENESS WEEK (WAAW)

30
WHO mengajak seluruh dunia untuk mengkampanyekan “World Antibiotic Awareness
Week”

meningkatkan kesadaran akan


resistensi antimikroba

mendorong praktik terbaik di


masyarakat umum, petugas kesehatan

menghindari munculnya dan penyebaran


infeksi yang resistan terhadap obat.
WAAW 2022
18 – 24 NOVEMBER 2022

Preventing antimicrobial resistance together


“Bersama-sama Mencegah Resistensi Antimikroba”

Anda mungkin juga menyukai