Anda di halaman 1dari 24

PENYAKIT AKIBAT KERJA

DAN
HIV/AIDS
Oleh : Sigit Chan dan Danang Indrawan
Latar Belakang

Dunia Industri semakin berkembang


Berbagai faktor bahaya ada di tempat
kerja
Potensial menimbulkan PAK/Kecelakaan
Perlu upaya perlindungan tenaga kerja
LANDASAN HUKUM

• Undang Undang No. 40 tahun 2004 tentang


Sistem Jaminan Sosial Nasional (sebelumnya UU
no.3 tahun 1993 tentang Jaminan sosial Tenaga
Kerja
• Undang Undang No 24 tahun 2011 tentang BPJS
• Keppres No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit
Akibat Kerja (dicabut dan diganti Perpres No.7
tahun 2019
LANDASAN HUKUM

• Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1990


tentang Pemeriksaan Kesehatan tenaga kerja
• Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.03/MEN/1982
tentang Pelayanan Kesehatan tenaga kerja
• Permenkes No.56 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.01/MEN/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
• Keputusan Menteri Tenaga kerja RI No.KEPTS. 333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor 10 tahun
2016 tentang tatacara pemberian program kembali kerja serta
kegiatan promotive dan kegiatan preventif kecelakaan kerja dan
Penyakit Akibat Kerja.
• Keputusan Menteri Tenaga kerja dan transmigrasi RI No.609 tahun
2012 tentang Pedoman penyelesaian kasus kecelakaan kerja dan
Penyakit Akibt Kerja
LANDASAN HUKUM

PERPRES No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja.
2. Jaminan Kecelakaan Keda, yang selanjutnya disingkat JKK
adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan
kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami
kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
Pasal 2
(1) Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja
berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK
meskipun hubungan kerja telah berakhir.
(2) Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja
berakhir.
(3) Penyakit Akibat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi jenis penyakit:
a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas
pekerjaan;
b. berdasarkan sistem target organ;
c. kanker akibat kerja; dan
d. spesifik lainnya.
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004

Pasal 2
(1) Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja
(2) Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), pengusaha wajib :
a. Mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja, yang dapat dituangkan
dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
b. Mengkomunikasikan kebijakan dengan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi melalui program pendidikan yang berkesinambungan
c. Memberikan perlindungan dari tindak dan perlakuan diskriminatif.
d. Menerapkan prosedur K3 khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan Per-UU dan
standar yang berlaku
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004

Pasal 5 :
(1) Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV
untuk digunakan sebagai prasarat suatu proses rekrutment
atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin.
(2) Tes HIV hanya dapat dilakukan atas dasar sukarela
dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh
(3) Apabila tes HIV dilakukan, pengusaha atau pengurus wajib
menyediakan konseling
KASUS PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN HIV/AIDS LAYAKNYA GUNUNG ES

KASUS YANG
TERLIHAT

KASUS YANG
TIDAK TERLIHAT
PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA

Sumber bahaya di tempat kerja:


• Bahan/material
• Proses produksi
• Cara kerja (sembrono)
• Sarana Kerja
• Lingkungan Kerja:
fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial
Pekerja dan Lingkungan
Metals, gases, solvent/cairan lain, pestisida, debu(serat) bahan karsinogen

Faktor
Kimia
Bahan mudah terbakar Panas ,Dingin ,Bising
Faktor
meledak, mesin-mesin Getaran, Radiasi, Listrik
dan keadaan housekeeping Keselamatan Faktor Fisik dan tekanan
Kerja

Kesehatan
Design peralatan kerja Manusia Kerja shift, stress
Faktor Faktor pekerjaan
meja, kursi, manual
Ergonomi Psychologis stress organisasi,
handling, pencahayaan
kelelahan

Ekonomi, Kondisi keluarga Faktor Bakteria, virus, rekettsia


Pendidikan, Kulture, Faktor Biologi
Sosiologis protozoa, fungi.
Lingkungan, Pemukiman.
LINGKUNGAN KERJA
(TIDAK SEHAT) PAK DIAGNOSA

IDENTIFIKASI
&
EVALUASI PENGOBATAN
&
REHABILITASI
UPAYA PENGENDALIAN
&
PENCEGAHAN

LINGKUNGAN KERJA PENYEMBUHAN


(SEHAT)
Permasalahan P.A.K

• Sosialisasi kurang sering dilakukan.


• Data pendukung sangat minim, namun temuan
penelitian menunjukkan hal yang sebaliknya
• Keengganan pengusaha melaporkan
UPAYA PENCEGAHAN P.A.K
• Melaksanakan peraturan perundangan
• Standarisasi
• Identifikasi potensi bahaya
• Pengujian Lingkungan kerja
• Teknologi pengendalian
• Pemantauan
• Pendidikan dan pelatihan : baik sebelum, selama
kerja
• Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Perkembangan HIV
• Pada orang dewasa: diperlukan waktu hingga 10
tahun, yang kemudian berkembang menjadi
AIDS dalam waktu 2 sampai 3 tahun dan mati.
• Pada Anak: lebih cepat karena adnaya infeksi
oportunistik seperti malaria, diare atau infeksi
saluran pernapasan akut yang dapat
menyebabkan kematian.
Akibat.........
• AIDS menyebabkan gangguan fisik, kecacatan
dan kematian bagi pekerja
• Perubahan ekonomi dan emosional yang berat
untuk keluarga
• Meningkatkan beban biaya bagi tempat kerja.
Gaya hidup yang terkait dengan pencegahan
HIV/AIDS

• Menghindari seks bebas


• Penggunaan peralatan (gunting, pisau cukur dst)
secara personal
• Penggunaan jarum suntik , pisau & benda tajam
lainnya harus steril
• Menghindari transfusi darah yang tidak diskrining
• Penggunaan kondom dengan benar secara
konsisten
KEWAJIBAN PEMERINTAH
• Melakukan pembinaan thd program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
• Bersama-sama dengan Pengusaha dan SP/SB atau
sendiri2 melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja
• Dapat dilakukan dengan melibatkan fihak ketiga dan atau
ahli dibidang HIV/AIDS.
KEWAJIBAN PENGUSAHA
• Menetapkan kebijakan PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV/AIDS di tempat kerja (dpt
dituangkan dalam PP atau PKB)
• Mengkomunikasikan kebijakan dengan memberikan edukasi
• Memberikan perlindungan kpd pekerja/buruh dari tindakan
dan perlakuan diskriminatif.
• Menerapan prosedur K3 khusus.
KEWAJIBAN SERIKAT
PEKERJA/SERIKAT BURUH

• Bersama-sama Pemerintah dan Pengusaha atau


sendiri-sendiri melaksanakan upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja;
Permasalahan :
• Belum semua tempat kerja melaksanakan
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
• Program Pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di tempat kerja belum optimal dilaksanakan
• Masih banyak perusahaan yang belum memiliki
komitmen dan kebijakan dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja;
• Masih terdapat beberapa kasus sikap dan tindakan
diskriminatif terhadap tenaga kerja terkait HIV dan
AIDS.
PERLINDUNGAN DARI STIGMA, DISKRIMINASI &
PENGECUALIAN

• Tidak ada kewajiban bagi karyawan untuk


mengungkapkan status
• Tidak ada stigmatisasi atau diskriminasi bagi
pekerja
• Adanya kesamaan kesejahteraan bagi pekerja
yang terkena dampak
• Tidak ada pengecualian dari asuransi kesehatan
• Tidak ada PHK pekerjaan atas dasar status
Kesuksesan Program dan kebijakan HIV AIDS di
tempat kerja diperlukan kerjasama antara
serikat pekerja/buruh, pengusaha dan
pemerintah secara bersama.
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/ MEN/IV/2004
MATUR THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai