Anda di halaman 1dari 61

MANAJEMEN PERKREDITAN

PENGELOLAAN NPL & AYDA

Oleh : Trisetya Wahyu Nugroho

PELATIHAN CALON PIMPINAN BPR SAUDARA GROUP


Rabu, 17 Mei 2023
KREDIT BAGI BPR
• Kredit merupakan aktivitas usaha utama BPR.
• Kredit merupakan sumber penghasilan utama
bagi BPR.
• Kredit menjamin kelangsungan usaha/
sustainabilitas BPR.
UNSUR-UNSUR KREDIT
KEPER
CAYAAN

KESEPA
PRESTASI
KATAN

KREDIT

TENGGANG
RISIKO WAKTU
SIKLUS KREDIT
Penambahan Permohonan
Kredit Kredit

NPL

Pengawasan Lunas Analisa


Kredit Kredit

Administrasi Keputusan
Kredit Kredit

Pencairan
Pengikatan
Kredit
Kredit &
Agunan
PRINSIP KEHATI-HATIAN
• Bank wajib menerapkan prinsip kehati-
hatiantermasuk manajemen risiko dalam
melakukankegiatan usaha. (Pasal 20A ayat 1 UU
PPSK)
KREDIT MENGANDUNG RISIKO
• Apakah Risiko ? Risiko adalah segala sesuatu yang akan menghambat
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
• Risiko Kredit adalah resiko yang timbul karena debitur mengalami
kegagalan dalam memenuhi kewajibannya kepada Bank baik
kewajiban atas pinjaman pokok dan/atau bunga.
MANAJEMEN RISIKO KREDIT

Risiko adalah bagian yang melekat (inherent) pada aktivitas


perkreditan.

Risiko Kredit perlu dikelola agar tidak mengakibatkan timbulnya


kerugian secara finansial dan/atau non finansial

Manajemen risiko kredit akan memberikan dampak bagi


keberlangsungan BPR
PROBLEM LOAN/KREDIT
BERMASALAH
• LOAN at RISK

LaR
• Kredit yang mengalami keterlambatan pembayaran angsuran < 90 hari.
• Usaha Debitur mengalami hambatan sehingga berpotensi
mempengaruhi kewajiban pembayaran kredit.

• NON PERFORMANCE LOAN

NPL • Kredit yang telah mengalami keterlambatan pembayaran kewajiban 90


hari atau lebih.
KOLEKTIBILITAS KREDIT
• LANCAR, Debitur dengan riwayat pembayaran angsuran bunga atau angsuran pokok dan bunga kredit
Ko tiap bulannya tepat atau kurang dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran.
l1
• DALAM PERHATIAN KHUSUS, Debitur yang terlambat membayar kewajiban melampaui tanggal jatuh
Ko tempo sampai dengan sekurang-kurangnya 90 hari sejak tanggal jatuh tempo atau 3 bulan lamanya.
l2
• KURANG LANCAR, Debitur yang terlambat membayar lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh tempo
Ko bulanannya sampai dengan sekurang-kurangnya 180 hari.
l3
• DIRAGUKAN, Debitur yang terlambat membayar lebih dari 180 hari sejak tanggal jatuh tempo
Ko bulanannya sampai dengan sekurang-kurangnya 360 hari.
l4
K • MACET, Debitur yang terlambat membayar lebih dari 360 hari sejak tanggal jatuh tempo angsuran.
OL
5
PENYEBAB KREDIT BERMASALAH
KELEMAHAN
PROSES
BANK

FRAUD

KEGAGALAN
BISNIS
NPL
DEBITUR

BAD CHARACTER

LAINNYA UNPREDICTABLE
PENYEBAB KREDIT BERMASALAH -
BANK
• KESALAHAN ANALISA KREDIT
KELEMAHAN • PENGIKATAN KREDIT DAN AGUNAN TIDAK
PROSES SEMPURNA
• KELEMAHAN CREDIT MAINTENANCE

• SUAP/GRATIFIKASI
• MARK UP NILAI KREDIT/AGUNAN
FRAUD • KREDIT FIKTIF
• PENGGELAPAN ANGSURAN
Beberapa contoh penyebab kredit bermasalah dari faktor intern
Bank
1. Taksasi nilai jaminan lebih tinggi dr sebenarnya
2. Penarikan kredit sebelum dokumentasi kredit selesai
3. Pencairan kredit karena hubungan khusus
4. Kredit usaha untuk orang yg belum berpengalaman
5. Penambahan kredit tanpa tambahan jaminan
6. Pengiriman surat peringatan tanpa tindak lanjut
7. Bank tidak mengetahui secara detail kemampuan debitur
8. Komunikasi antara debitur dan bank tidak lancar
9. Rencana pembayaran kembali tidak di perjanjikan
10. Prosedur tertulis perkreditan diabaikan.
12
PENYEBAB KREDIT BERMASALAH -
DEBITUR
• MISMANAGEMENT
• PIUTANG DAGANG BERMASALAH
NATURAL • KOMPETISI
• SUMBER PENGHASILAN HILANG

• KREDIT FIKTIF
BAD • KREDIT TOPENGAN
CHARACTER • AGUNAN DIGELAPKAN
PENYEBAB KREDIT BERMASALAH –
FAKTOR LAINNYA
KRISIS MONETER/RESESI EKONOMI

KERUSUHAN/KONFLIK POLITIK

BENCANA ALAM

PANDEMI
GEJALA KREDIT BERMASALAH

KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN
DEBITUR SULIT ANGSURAN
DIHUBUNGI

PENGGUNAAN KREDIT
TIDAK SESUAI TUJUAN
EARLY WARNING SYSTEM (EWS) NPL

KONFIRMASI PENGGUNAAN KREDIT PASCA PENCAIRAN

VOLUME STOCK/INVENTORY

KETEPATAN PEMENUHAN JANJI

KINERJA KEUANGAN (ARUS KAS, LABA USAHA, KUALITAS PIUTANG, DLL)

GAYA HIDUP
DIAGRAM IDENTIFIKASI DEBITUR PROBLEM LOAN
Y

II I
X

IV III
X = KEMAMPUAN
Y = KEMAUAN
IDENTIFIKASI PROBLEM LOAN

KUADRAN I : ADA KEMAUAN & KEMAMPUAN PEMBAYARAN,


DEBITUR MASIH KOOPERATIF
• LAKUKAN PROSES PENAGIHAN YANG EFEKTIF
• KEMBANGKAN KOMUNIKASI PERSUASIF DENGAN DEBITUR
• MONITORING DAN EVALUASI SECARA BERKALA
KUADRAN II : KEMAUAN ADA TETAPI KEMAMPUAN MENURUN,
DEBITUR MASIH KOOPERATIF
• LAKUKAN KOMUNIKASI YANG PERSUASIF
• PENAGIHAN YANG EFEKTIF
• SURAT PERINGATAN
• RELAKSASI/RESTRUKTURISASI
• JUAL AGUNAN SUKARELA
KUADRAN III, TIDAK KOOPERATIF
• HARD COLLECTION
• SURAT PERINGATAN/SOMASI
• JUAL AGUNAN SUKARELA
• GUGATAN SEDERHANA
KUADRAN IV, TIDAK KOOPERATIF
• HARD COLLECTION
• SURAT PERINGATAN/SOMASI
• GUGATAN PERDATA
• LELANG AGUNAN
PENGELOLAAN NPL

UJI TUNTAS

NPL MANAJEMEN

EXIT
STRATEGY
UJI TUNTAS
• Mengetahui dan menentukan penyebab utama kegagalan kredit.
• Menginventarisasi permasalahan.
• Mengidentifikasi debitur dan daya dukungnya.
• Memastikan kelengkapan dokumen hukum dan administrasi.
MANAJEMEN NPL
• Membuat perencanaan dan strategi penanganan kredit bermasalah.
• Menyusun organisasi dan SDM yang mengeksekusi rencana dan
strategi.
• Menyusun proses pelaksanaan penanganan kredit bermasalah.
• Monitoring dan evaluasi setiap tahapan pelaksanaan.
EXIT STRATEGY
• Eksekusi seluruh perencanaan dan strategi yang telah disusun.
• Pergunakan seluruh sumber daya yang tersedia.
• Koordinasikan seluruh bagian yang terkait.
• Antisipasi kelemahan internal BPR.
STRATEGI PENANGANAN NPL
RESCHEDULING

PENYELAMATAN
RECONDITIONING
NPL KREDIT

RESTRUCTURING

COLLECTION
PENYELESAIAN
KREDIT
JALUR HUKUM
PENYELAMATAN KREDIT
1. Penjadwalan kembali (Reschedulling)
a. Perubahan jadwal pembayaran kewajiban Debitur
b. Perubahan jangka waktu
2. Penataan kembali persyaratan (Reconditioning)
a. Perubahan jadwal pembayaran
b. Perubahan jumlah angsuran
c. Perubahan jangka waktu
d. Penurunan suku bunga kredit
e. Penghapusan sebagian kewajiban
3. Restrukturisasi (Restructuring)
a. Menambah jumlah/fasilitas kredit
b. Konversi seluruh atau sebagian
tunggakan angsuran bunga menjadi
pokok kredit baru.
4. Kombinasi
Yaitu dilakukan dengan menggabungkan dari
ketiga jenis pola penyelamatan kredit di atas.
RESTRUKTURISASI KREDIT
Restrukturisasi dapat diberikan untuk :

a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok


dan/atau bunga Kredit; dan
b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan
dinilai mampu memenuhi kewajiban setelah
Kredit direstrukturisasi.
LARANGAN RESTRUKTURISASI
Restrukturisasi untuk :
a. penurunan kualitas Kredit;
b. peningkatan pembentukan PPAP; dan/atau
c. penghentian pengakuan pendapatan bunga
secara akrual.
STRATEGI PENYELESAIAN NPL

NEGOSIASI

NON LITIGATIF

MEDIASI
NPL

LELANG AGUNAN
LITIGATIF GUGATAN
PENGADILAN
DASAR HUKUM PELAKSANAAN
LELANG
Proses lelang Hak Tanggungan, Fidusia, Gadai dan Hipotik
Kapal Laut dilaksanakan berdasarkan :
• Undang-Undang Lelang (Vendu Reglement) Ordonantie 28
Februari 1908 Staatsblad 1908: 189 sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1941:3).
• PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang.

32
LELANG AGUNAN
PROSES LELANG AGUNAN DILAKUKAN MELALUI
PERMOHONAN KEPADA :
• KPKNL
• PENGADILAN NEGERI
PAYUNG
HUKUM

POJK No. 33/POJK.03/2018


Pasal 15 jo Pasal 12 A UU No. tentang Kualitas Aset
4 Tahun 2023 tentang Produktif dan Pembentukan
Pengembangan dan Penyisihan Penghapusan
Penguatan Sektor Keuangan Aset Produktif BPR.

34
RUMUSAN PASAL 15 UU PPSK

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 11,


dan Pasal 12A berlaku secara mutadis mutandis bagi BPR.

*) mutatis mutandis = dengan perubahan-perubahan yang diperlukan

35
RUMUSAN PASAL 12 A ayat 1 UU PPSK
Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan,
baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan
atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari
pemilik agunan dalam hal Nasabah Debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang
dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya;

36
PENGERTIAN AYDA
• adalah aset yang diperoleh BPR untuk penyelesaian Kredit,
baik melalui :
1. pelelangan, atau
2. di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan surat
kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan,
dalam hal Debitur telah dinyatakan macet (Pasal 1 angka 11
POJK No. 33/POJK.03/2018).

37
AYDA MELALUI LELANG HAK
TANGGUNGAN
Berdasarkan Pasal 20 UU No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
terdapat 2 cara pelelangan :
• Menggunakan Pasal 6 UU HT dalam hal mana pemegang Hak
Tanggungan pertama/Kreditur mempunyai hak untuk menjual objek
Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum
(parate executie).
• Menggunakan Pasal 14 UU HT dimana berdasarkan titel eksekusi yang
melekat pada Sertifikat HT maka Pemegang HT mengajukan Fiat
Eksekusi kepada Pengadilan Negeri setempat (titel/fiat executie).

38
AYDA MELALUI LELANG FIDUSIA
Berdasarkan Pasal 29 UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
terdapat 2 cara pelelangan :
1) pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia.
2) penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas
kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;

39
GUGATAN DALAM PROSES LELANG
BERDASARKAN PASAL 6 UU No. 4 Tahun 1996
• Gugatan yang diajukan oleh Debitur/Penjamin atau suami/istri
Debitur/Penjamin tidak menghalangi proses lelang.
• Gugatan yang diajukan pihak-pihak berikut menjadikan proses lelang
tidak dapat dijalankan, yakni :
a. ahli waris yang sah, yang dalil gugatannya mengenai proses
pemasangan hak tanggungan dilakukan setelah pewaris selaku pemilik
jaminan meninggal dunia disertai bukti-bukti yang sah;
b. pihak lain yang memiliki dokumen kepemilikan selain dokumen
kepemilikan yang diikat hak tanggungan; atau
c. pihak yang melakukan perjanjian/perikatan jual beli notariil sebelum
pembebanan hak tanggungan.
. 40
KEWENANGAN BPR SEBAGAI
PEMBELI LELANG AGUNAN
Pasal 79 PMK No. 213/PMK.06/2020
1) Lembaga jasa keuangan (note : termasuk BPR)
sebagai kreditor dapat membeli agunannya dalam
pelaksanaan lelang sepanjang diatur dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

41
NILAI LIMIT LELANG
Pasal 47 PMK No. 213/PMK.06/2020
1) Setiap pelaksanaan lelang disyaratkan harus
terdapat Nilai Limit.
2) Nilai Limit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penetapannya menjadi kewenangan dan tanggung
jawab Penjual.

42
NILAI LIMIT DITETAPKAN PENJUAL
BERDASARKAN :
Ayat 1 Pasal 48 PMK No. 213/PMK.06/2020 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang :
a. laporan hasil penilaian oleh Penilai;
b. laporan hasil penaksiran oleh Penaksir; atau
c. harga perkiraan sendiri

43
PENETAPAN NILAI LIMIT ATAS
AGUNAN YANG AKAN DI BELI BPR
Menurut ketentuan Pasal 49 PMK No. 213/PMK.06/
2020 maka Nilai Limit ditetapkan oleh Penjual harus
berdasarkan laporan hasil penilaian oleh Penilai
sebagaimana dimaksud untuk:
c) bank kreditor akan ikut menjadi Peserta Lelang pada
Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi Jaminan
Fidusia, atau Lelang Eksekusi Gadai;
44
NILAI LIMIT LELANG
• Dalam pelaksanaan Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-
Undang Hak Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi
Jaminan Fidusia, Lelang Eksekusi Gadai, dan Lelang
Eksekusi Harta Pailit, Nilai Limit ditetapkan dengan
rentang paling tinggi sama dengan nilai pasar dan
paling rendah sama dengan nilai likuidasi. (Pasal 51
PMK tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang)

45
MASA BERLAKU HASIL PENILAIAN
AGUNAN
• Masa berlaku laporan penilaian atau laporan
penaksiran yang digunakan sebagai dasar penetapan
Nilai Limit paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal penilaian atau penaksiran sampai dengan
tanggal pelaksanaan lelang. (Pasal 52 PMK tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang)

46
MENGAPA BPR MEMBELI AGUNAN
DENGAN ACTA de COMMAND?
• Pembeli tidak bersedia membeli agunan dalam kondisi “as is”.
1

• Pembeli enggan membeli melalui lelang karena merasa ribet.


2

• Situasi pasar pada saat penjualan lelang sedang tidak kondusif.


3

• Efisiensi waktu dan biaya agar tidak perlu dilakukan lelang ulang.
4

47
PEMBELIAN OBYEK LELANG AGUNAN
BERDASARKAN ACTA de COMMAND
Pasal 79 PMK No. 213/PMK.06/2020
2) Dalam hal lembaga jasa keuangan akan membeli agunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lembaga jasa keuangan harus
menyampaikan kepada Pejabat Lelang surat pernyataan dalam
bentuk akte notaris (acta de command) yang berisikan pernyataan
pembelian tersebut dilakukan untuk pihak lain yang akan ditunjuk
kemudian dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai
tanggal pelaksanaan lelang.
3) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
terlampaui, lembaga jasa keuangan ditetapkan sebagai Pembeli.
48
BUKTI PELAKSANAAN LELANG
Pasal 93 PMK No. 213/PMK.06/2020
1) Pihak yang berkepentingan dapat memperoleh Kutipan/
Salinan/ Grosse yang autentik dari Minuta Risalah Lelang.
2) Pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai Akta
Jual Beli atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan;
b. Penjual memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan
pelaksanaan lelang atau Grosse Risalah Lelang sesuai
kebutuhan;
c. ………………………
49
AYDA DI LUAR LELANG
• AYDA secara sukarela harus disertai dengan surat pernyataan
penyerahan agunan atau surat kuasa menjual dari Debitur, dan
surat keterangan lunas dari BPR kepada Debitur. (Psl 27 ayat 3
POJK No. 33/POJK.03/2018).
• Menurut pasal 1813 KUHPer salah satu sebab berakhirnya
pemberian kuasa adalah dengan meninggalnya,
pengampuannya, atau pailitnya pemberi kuasa maupun
penerima kuasa.
• Berdasarkan ketentuan ini terdapat risiko berakhirnya
keberlakuan Akta/Surat Kuasa Menjual sebelum perbuatan
hukum jual beli terlaksana.
50
AYDA DI LUAR LELANG DENGAN
PPJB
• Perjanjian Perikatan Jual Beli adalah perjanjian pendahuluan
dalam proses jual beli atas tanah dibuat secara notariil ataupun
unnotariil.
• PPJB secara notariil (Akta PJB) memuat surat kuasa dalam hal
mana Penjual memberikan kuasa kepada Pembeli untuk
kepentingan jual beli obyek tanah tersebut untuk diri pembeli
sendiri.
• Dalam PPJB tidak diperkenankan dimuat kuasa menjual kepada
Pihak lain selain penerima kuasa.
51
PERALIHAN HAK ATAS TANAH
BERDASAR PPJB
• Lampiran SEMA 4/2016 terdapat pengaturan “peralihan hak
atas tanah berdasarkan PPJB secara hukum terjadi jika pembeli
telah membayar lunas harga tanah serta telah menguasai obyek
jual beli dan dilakukan dengan itikat baik”.
• Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2021, PPJB dapat dicatat di Kantor
Pertanahan dan di dalam sertifikat hak atas tanah.

52
AKTA YANG DIBUTUHKAN DALAM AYDA BAWAH
TANGAN

1 Pernyataan Penyerahan Sukarela

2 Akta Kuasa Menjual

3 Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB)

4 Pernyataan Pengosongan
53
AKTA AUTENTIK
• Akta yang diperlukan untuk melakukan tindakan hukum
AYDA sebaiknya menggunakan akta autentik.
• Akta autentik yakni “suatu akta yang dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau di hadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat
dimana akta itu dibuat. (Pasal 1868 KUH Perdata).
• Minimal yang memerlukan akta autentik adalah Akta Kuasa
Menjual dan/atau PPJB.

54
EKSEKUSI PENGOSONGAN AGUNAN
• AYDA yang diperoleh berdasarkan Acta de Command tidak
memberikan kewenangan kepada BPR untuk melakukan
Eksekusi Pengosongan atas Agunan.
• Pembelian agunan dengan Acta de Command belum
memenuhi syarat terbitnya Grosse Risalah Lelang.
• Grosse Risalah Lelang adalah salinan dari Risalah Lelang yang
berkepala "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa".

55
PENGATURAN AYDA DALAM PA BPR

Penyelesaian kredit
AYDA
Proses penyelesaian kredit

Ayda akan dicatat dalam neraca hanya yang berasal dari


penyelesaian kredit.
56
AYDA SEBAGAI PENYELESAIAN
KREDIT
1. Perjanjian kredit antara BPR dan debitur selesai;
2. BPR tidak berhak atas tambahan pembayaran jika nilai
AYDA lebih rendah dibandingkan nilai kredit yang
diselesaikan;
3. BPR tidak berkewajiban untuk melakukan pembayaran
kepada debitur jika nilai AYDA lebih tinggi
dibandingkan nilai kredit yang diselesaikan.

57
AYDA DALAM PROSES
PENYELESAIAN KREDIT
1. Perjanjian kredit antara BPR dan debitur tidak berakhir
ketika agunan dikuasai oleh BPR;
2. BPR berhak atas tambahan pembayaran jika nilai
agunan lebih rendah dibandingkan nilai kredit yang
diselesaikan;
3. BPR berkewajiban untuk melakukan pembayaran
kepada debitur jika nilai agunan lebih tinggi
dibandingkan nilai kredit yang diselesaikan.

58
KEDUDUKAN AYDA DENGAN ACTA de
COMMAND
• Apabila BPR telah menguasai secara fisik agunan maka BPR
dapat membukukan sebagai AYDA Penyelesaian Kredit.
• Apabila obyek agunan masih dikuasai Debitur/Penjamin/
Pihak lain di luar kendali BPR maka sebaiknya dibukukan
sebagai AYDA dalam Proses Penyelesaian Kredit.
• Jangka waktu Acta de Command hanya 12 bulan dan apabila
lebih dari 12 bulan maka BPR berkedudukan sebagai Pembeli
AYDA tersebut.

59
KEHATI-HATIAN DALAM
PENERAPAN AYDA

MENJADI BOM
BERPOTENSI
WAKTU

AYDA
Manfaat &
Risiko

60
61

Anda mungkin juga menyukai