Anda di halaman 1dari 75

PERSIAPAN PENERAPAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS


AKRUAL
(PP 71 TAHUN 2010)

FGD Seri Keuangan Negara/Daerah


Jakarta Juni 2013
PENGELOLAAN KN
Kamis, 29-Agustus-2013 Akuntan Online

Total Aset Pemerintah hingga ▪ Aset Pemerintah Bakal


akhir tahun 2012 Rp 3.433 Triliun Menyusut
PP No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
▪ “Naik Rp 410 triliun dibandingkan Pemerintah (SAP). "Seharusnya dari tahun lalu sudah
tahun 2011 yakni sebesar Rp dilakukan depreasiasi aset, namun baru dikeluarkan 1
Januari 2013. Kesalahan itu ada di pemerintah, karena
3.023 triliun," terjadi leg off

aset tetap yang Hal itu akan menimbulkan kekhawatiran dengan


mencapai Rp 327 triliun. posisi utang yang telah mencapai angka Rp
2.102 triliun
investasi permanen
Penyertaan Modal
Negara sebesar Rp 176
triliun

Selasa, 11 Juni 2013 | 18:26 WIB Tempo


Berdasarkan Surat BPK – RI Nomor :
74.A/LHP/XVIII.JATIM/ 05/2013 tanggal 22 Mei 2013,
Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 adalah Wajar Tanpa
Pengecualian ( WTP ).
TANTANGAN PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS
AKRUAL DI PEMERINTAHAN INDONESIA
Dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2004 pasal
36 ayat 1 menyatakan:

“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis


akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang
ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.”
Basisi Akrual
SAP 71 Tahun Penuh
2010 dilaksanakan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada
pasal 70 ayat 2 dinyatakan:

“Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis


akrual sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 13 undang-
undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008.”
BASIS KAS VS BASIS AKRUAL
Basis Akrual International Public Sector Accounting Standards
No Basis Kas
Board (2011)
1 Tidak mampu menyajikan jumlah sumberdaya yang digunakan Menilai akuntabilitas untuk pengelolaan seluruh sumber daya entitas
serta penyebaran sumber daya tersebut.
2 Tidak marnpu memperhitungkan atau mempertimbangkan Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.
kewajiban keuangan, hutang, komitmen masa depan,
penjaminan oleh pemerintah, atau kewajiban kontinjen

3 Terfokus secara sempit pada pembayaran kas, tidak peduli Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau
akan kondisi dan daya layan aset tetap melakukan bisnis dengan suatu entitas.
4 Terfokus pada pengendalian input, pembelian, perolehan, Menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas-
dan mengabaikan produksi sendiri aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya.
5 Mendorong distorsi, mendorong para manajer untuk menilai Memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan
terlampau rendah biaya program, proyek, kegiatan, pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya dan untuk
mendorong penggunaan sampai habis apropriasi/jatah memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-komitmennya.
anggaran

6 Tak ada kewajiban matching pendapatan vs beban Menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi
keuangannya.
7 Terbatasnya informasi aset dan kewajiban dalam neraca Memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan
keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya. Bermanfaat
untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan
efektifivitas penggunaan sumber daya.
CHRISTIAENS DAN ROMMEL (2008)
“Berpendapat bahwa basis akrual hanya tepat digunakan
dalam instansi pemerintahan yang memiliki sifat usaha
komersil”.
“Basis akrual tidak akan sukses diterapkan pada instansi
pemerintahan yang murni menjalankan fungsi pelayanan
publik. Penerapan kerangka akuntansi berbasis akrual yang
berlaku di entitas komersil kepada entitas pemerintahan”
…Key WORDS
▪ Jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual,
akuntansi berbasis akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan
terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang,
aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh
asas akrual.

▪ Full Acrual untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau


kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah
tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. akuntansi pemerintah,
laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan Operasional atau
Laporan Surplus/Defisit.
TANTANGAN PENERAPAN
▪ Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System
▪ Komitmen dari Pimpinan
▪ Sumber Daya Manusia (SDM) yang Kompeten
▪ Adanya sistem penganggaran berbasis akrual, karena jika anggaran pendapatan,
belanja, dan pembiayaannya masih berbasi kas sedangkan realisasinya berbasis
akrual, maka antara anggaran dan realisasinya tidak dapat diperbandingkan
▪ Dukungan dari pemeriksa laporan keuangan, karena perubahan basis akuntansi akan
mengubah cara pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa.
DIMANA BEDANYA
Perbedaan kongkrit yang paling memerlukan
perhatian adalah jenis/komponen laporan
keuangan.

Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005


dengan SAP Akrual terletak pada PSAP 12
mengenai Laporan Operasional

Entitas pemerintah melaporkan secara transparan besarnya sumber


daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang
ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.
Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang
ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan.
STRATEGI IMPLEMENTASI
Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat
▪ Sosialisasi dan pelatihan yang ▪ Menyiapkan pedoman umum pada
berjenjang. tingkat nasional tentang akuntansi
akrual.
▪ Menyiapkan dokumen legal yang
bersifat lokal seperti peraturan ▪ Menyiapkan modul pada tingkat
kepala daerah tentang kebijakan nasional yang dapat digunakan oleh
akuntansi dan sistem prosedur. berbagai pihak dalam rangka
pelatihan akuntansi berbasis akrual.
▪ Melakukan uji coba sebagai tahapan
sebelum melaksanakan akuntansi ▪ Menentukan daerah percontohan
berbasis akrual secara penuh.
▪ Diseminasi/sosialisasi tingkat
nasional.
PENGELOLAAN KN
Kamis, 29-Agustus-2013 Akuntan Online

Total Aset Pemerintah hingga ▪ Aset Pemerintah Bakal


akhir tahun 2012 Rp 3.433 Triliun Menyusut
PP No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
▪ “Naik Rp 410 triliun dibandingkan Pemerintah (SAP). "Seharusnya dari tahun lalu sudah
tahun 2011 yakni sebesar Rp dilakukan depreasiasi aset, namun baru dikeluarkan 1
Januari 2013. Kesalahan itu ada di pemerintah, karena
3.023 triliun," terjadi leg off

aset tetap yang mencapai


Hal itu akan menimbulkan kekhawatiran dengan
Rp 327 triliun. posisi utang yang telah mencapai angka Rp
2.102 triliun
investasi permanen
Penyertaan Modal Negara
sebesar Rp 176 triliun

Selasa, 11 Juni 2013 | 18:26 WIB Tempo


Berdasarkan Surat BPK – RI Nomor :
74.A/LHP/XVIII.JATIM/ 05/2013 tanggal 22 Mei 2013,
Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 adalah Wajar Tanpa
Pengecualian ( WTP ).
KRITERIA PENILAIAN
Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK
(UU 15/2004)

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

Sumber: IHPS BPK


PETA PENGELOLAAN KEUANGAN
2. Penyebab permasalahan Pengelolaan Keuangan
1. Permasalahan Pokok: Daerah :
 Rendahnya disiplin anggaran  Perubahan regulasi yang sangat cepat beserta implikasinya
 Daya serap rendah  Belum efektifnya pemahaman atas regulasi (perbedaan persepsi)
 Rendah Pertanggungjawaban atas Kegiatan  Kepatuhan atas pelaksanaan regulasi
 Tidak tertibnya pemanfaatan kas daerah  Terbatasnya Kapasitas SDM di daerah
 Penyimpangan atas pengelolaan pendapatan dan belanja  Kegamangan Kepala Daerah mengenai peran dan tanggungjawab
daerah bidang keuangan daerah
 Rendahnya akuntabilitas pertanggungjawaban keuangan

3. Strategi dan rencana tindak :


 Adanya komitmen dari kepala daerah
 Kelengkapan Regulasi dan instrumen kerja
 Peningkatan kapasitas SDM dan pengembangan aliansi strategis & sinergitas
kurikulum pendidikan akuntansi sektor publik
 Concern Pemberantasan Korupsi
 Quality assurance berupa penataan kembali fungsi pengawasan internal
PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah

SAP DISUSUN OLEH KOMITE STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAHAN (KSAP)
PERUBAHAN SIGNIFIKAN

akuntansi berbasis kas Reformasi di


bidang keuangan
negara seperti
yang diamanatkan
dalam UU No. 17
tahun 2003.

akuntansi berbasis kas menuju


akrual (cash toward accrual).
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
konsepsi

• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau
peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada
saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan

• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja)
diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi

17
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
Manfaat basis akrual antara lain:

Memberikan gambaran yang utuh


atas posisi keuangan pemerintah

Menyajikan informasi yang


untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial
sebenarnya mengenai hak dan dan politik
kewajiban pemerintah

Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja


pemerintah terkait biaya jasa layanan,
efisiensi, dan pencapaian tujuan

18
BEBERAPA MANFAAT ACRUAL BASIS MELALUI KONSEP AT

2. Pertanggungjawaban LK
1. Proper Matching Cost & Benefit dalam full accrual accounting kepada Legislatif harus
paripurna.

3. LK sebaiknya menyajikan informasi tambahan tentang kinerja


4. Penyusutan menghasilkan Neraca yang tidak overstated
entitas
…..NEXT TO
Besar pasak dari Penyusutan adalah
akuntansi untuk
tiang, maka belanja
keselamatan publik, bila
pasak dimasa depan AT untuk layanan publik
dihentikan atau wilayah publik

Neraca Politik: Teknologi


menabung lintas tahun bahkan
lintas kabinet untuk belanja Manajemen
Pemerintahan Modern
modal dipandu oleh teknologi
…..NEXT TO
AT adalah Dari Compliance Control System
menuju Performance Control
System, Dari Pengukuran Kinerja
obyek audit dan Input Berbasis Kas menjadi
Pengukuran Kinerja dan Input
BPK. Berbasis Akrual

Informasi Surplus
Kebutuhan informasi
APBN dilengkapi Dewan Perwakilan
informasi Surplus Rakyat.
PENYUSUNAN SAP AKRUAL
• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP 24/2005 dengan mengacu pada
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan
serta kondisi Indonesia.

Pertimbangan:
SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu
pada praktik akuntansi berbasis akrual,
Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP 24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL
• Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan
• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui
pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi
• Manfaat basis akrual antara lain:
Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah
Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan,
efisiensi, dan pencapaian tujuan

23
TUJUAN AKUNTANSI
BERBASIS AKRUAL

Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan


• Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik

Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik


• Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I
LAMPIRAN I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan
BASIS AKRUAL
PP71/2010
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 12
PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015

Menjadi
PP 71 2010

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual  Lampiran II (PP 24/2005)


• Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap
untuk menerapkan SAP
LAMPIRAN II • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 11
BASIS CTA
PP24/2005
PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015

25
LINGKUP PENGATURAN PP 71/2010
(PENJELASAN UMUM)

Meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi
bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah
disusun dengan mengacu pada pedoman umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PUSAP
(PASAL 6)
Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP
Berbasis Akrual

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara


bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara


bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri

PENERAPAN BASIS
AKRUAL
(PASAL 7)
PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)

Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,


perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan

Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP


sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan
SAP
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL (LAMPIRAN II)

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa
Luar Biasa;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
KONSEPSI ANGGARAN DAN
AKUNTANSI
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan
Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

BASIS KAS

LRA SILPA/SIKPA Laporan


Perubahan SAL

ANGGARAN

BASIS AKRUAL Surplus/ Laporan


Perubah
LO Defisit-
an
Ekuitas Neraca
LO Ekuitas
AKUNTANSI
32
KOMPONEN LK
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Operasional
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
LAPORAN PERUBAHAN SAL

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen laporan keuangan


yang menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut :

Saldo Anggaran Lebih awal,


Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,
Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,
Saldo Anggaran Lebih Akhir.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX


2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (XXX) (XXX)

3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX


4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX

35
LAPORAN OPERASIONAL
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)
Kenaikan/
No URAIAN 20X1 20X0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
21 Jumlah Pendapatan Transfer (15 +20 ) xxx xxx xxx xxx
23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
24 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
27 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (24 s/d 26) xxx xxx xxx xxx
28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxx xxx xxx xxx

37
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)
29
30 BEBAN
31 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
32 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
33 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
34 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
35 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
36 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
37 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
38 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
39 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
40 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
41 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
42 Beban Lain-lain Xxx xxx xxx xxx
43 JUMLAH BEBAN (31 s/d 42) Xxx xxx xxx xxx
44 SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN OPERASIONAL (28-43) Xxx xxx xxx xxx
46 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
47 Surplus Penjualan Aset Nonlancar Xxx xxx xxx xxx
48 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Xxx xxx xxx xxx
49 Defisit Penjualan Aset Nonlancar Xxx xxx xxx xxx
50 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Xxx xxx xxx xxx
51 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Xxx xxx xxx xxx
52 JML SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL (47 s/d 51) Xxx xxx xxx xxx
53 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (44+ 52) Xxx xxx xxx xxx
55 POS LUAR BIASA Xxx xxx xxx xxx
56 Pendapatan Luar Biasa Xxx xxx xxx xxx
57 Beban Luar Biasa Xxx xxx xxx xxx
58 POS LUAR BIASA (56-57) Xxx xxx xxx xxx
59 SURPLUS/DEFISIT-LO (53 + 58) xxx xxx xxx xxx

38
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)
Kenaikan/
No URAIAN 20X1 20X0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx
26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx

39
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)

35 BEBAN
36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx
50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx
51
52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx
59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx
60
61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx
62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx
65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx

40
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

LPE merupakan komponen laporan keuangan yang


menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
ekuitas awal,
surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
ekuitas akhir.
Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas
dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.
PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (DALAM RUPIAH)

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX

2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX

3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:

4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX

5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX

6 LAIN-LAIN XXX XXX

7 EKUITAS AKHIR XXX XXX

42
HUBUNGAN ANTAR LAPORAN
 Laporan Finansial:
LO Laporan Perubahan Ekuitas
Neraca

Laporan Pelaksanaan Anggaran:


LRA Laporan Perubahan SAL
Laporan Operasional
KETERKAITAN LAPORAN
LRA
Pendapatan 500
Beban (200) Pendapatan 450
Surplus/Defisit Opr 300 Belanja (0)
Kegiatan non Surplus/(defisit) 450
operasional 60 Pembiayaan 1.000
Surplus/Defisit LO 360 SILPA 1.450

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan SAL
Ekuitas Awal 1.000
Surplus/Defisit LO 360 SAL Awal 100
Ekuitas Akhir 1.360 Penggunaan SAL (30)
SILPA 1.450
SAL Akhir 1.520

Neraca
Aset 2.000
Kewajiban 640
Ekuitas 1.360
PSAP 12
LAPORAN OPERASIONAL
KONSEPSI BASIS

Surplus/defisit
akrual yang
Pendapatan dan
menambah/
belanja akrual
mengurangi
ekuitas

Pemisahan
laporan Ada pemisahan
pertanggung kegiatan non
jawaban operasional dan
anggaran dan pos luar biasa
PP 24/2005 laporan finansial
PP 71/2010

LRA LRA & LO


46
KONSEPSI BASIS
• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan
berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam
CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain
hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO
karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode
pelaporan.
KONSEPSI BASIS
PP 71/2010 AKRUAL PP 24/2005 CTA
Laporan pendapatan dan beban akrual Opsional (Laporan Kinerja Keuangan)

Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan


pelayanan
COS
T Perf
LO menyediakan informasi orm Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
mengenai seluruh kegiatan Estipemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan
ace
operasional keuangan entitas matipenggunaan sumber daya ekonomi
pelaporan yang penyajiannya on
disandingkan dengan periode
Equi
ty
sebelumnya Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara
komparatif

48
Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit
operasional)
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk
menghitung cost per program/kegiatan pelayanan

Laporan Operasional Perhitungan Cost


COST untuk setiap
Beban pegawai
program/
kegiatan
Beban belanja barang Labor cost
Beban bunga
Beban subsidi
Beban hibah Material cost
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer Overhead cost
Beban lain-lain
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
Outco Konsep VFM digunakan untuk menilai
me apakah suatu organisasi telah mencapai
(Hasil) benefit maksimal, dengan mengunakan
efektivitas sumber daya yang ada.

Evaluasi kinerja
berdasarkan konsep Value
for Money (ekonomi,
efisien & efektif) Output
(keluar
an)
Input Laporan Operasional
efisien (cost dari
program/
kegiatan)

ekonomi Laporan Kinerja


PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

UU 1/2004 & PP 8/2006


Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas terukur

Manajemen Keuangan Manajemen Kinerja

Aset &
Pendapatan Beban Cost Kinerja
Kewajiban
Mengaitkan cost dengan kinerja

LAPORAN LAPORAN
EVALUASI KINERJA
KEUANGAN KINERJA
LAPORAN KINERJA

Dengan diterapkannya LO, dapat dihitung beban akrual


untuk dibandingkan dengan hasil/keluran
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - ESTIMASI

• Laporan Operasional memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang akan


diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan
laporan secara komparatif

53
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL - EKUITAS
PP 71/2010 AKRUAL
PP 24/2005 CTA
Melaporkan perubahan ekuitas dan Opsional
surplus/defisit

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Dampak
Surplus/defisit LOkumulatif
pada
periodeawal perubahan
bersangkutan
Ekuitas
kebijakan/kesalahan
mendasar

Ekuitas akhir

54


Hak pemerintah
Diakui sebagai penambah
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL
• Penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa dalam
ekuitas periode pelaporan
• menurunkan ekuitas
• Dalam tahun anggaran yg • berupa pengeluaran/ konsumsi
bersangkutan aset
• Tidak perlu dibayar kembali atau timbulnya kewajiban

Pendapatan-
LO (dari Beban (dari
kegiatan
kegiatan operasional)
operasional)

• Pendapatan/Beban yg bukan n
operasi biasa
• Sifatnya tidak rutin, termasuk • Tidak diharapkan sering/rutin
surplus/defisit dari penjualan terjadi
aset non lancar dan • Di luar kendali/ pengaruh
penyelesaian kewajiban jangka entitas ybs
panjang • Sifat & jumlah diungkap dalam
55
CalK
AKUNTANSI PENDAPATAN
• Pada saat timbul hak atas
pendapatan (hak untuk
menagih) atau Berdasarkan azas bruto
• Pada saat pendapatan
direalisasi

Pengakuan Pencatatan

. .
Pendapatan LO

Pengungkapan Klasifikasi
. .
Menurut sumber
pendapatan
Rincian lebih lanjut
sumber pendapatan 56
disajikan dalam CaLK 56
AKUNTANSI BEBAN
• Saat timbul kewajiban
• Penyusutan dapat dilakukan
• Terjadinya konsumsi aset
• Terjadinya penurunan dengan metode garis lurus,
saldo menurun, dan unit
manfaat ekonomi/potensi
produksi
jasa
Pengakuan Pencatatan

. .
Beban LO

Pengungkapan Klasifikasi
Beban berdasarkan klasifikasi . .
organisasi dan klasifikasi lain yang
dipersyaratkan menurut ketentuan
perundangan disajikan dalam CaLK
• Menurut klasifikasi ekonomi
57
CONTOH TRANSAKSI
TRANSAKSI PENDAPATAN AKRUAL - LO

1. Telah terbit Surat Ketetapan Pajak (SKP) di Dicatat sebagai pendapatan pajak pada periode
tahun 2009 sebesar Rp500 dikeluarkannya SKP
Jurnal:
Piutang Pajak 500
Pendapatan Pajak 500

2. Pajak diterima oleh Dicatat sebagai pelunasan piutang


kas negara Rp300
Jurnal (BUN):
Kas 300
Piutang Pajak 300

3. Pada tanggal neraca terdapat SKP yang belum Tidak ada jurnal
dibayar oleh Wajib Pajak Rp200
CONTOH TRANSAKSI
TRANSAKSI BEBAN AKRUAL-LO

1. Satuan Kerja menerima tagihan listrik Dicatat sebagai beban


sebesar Rp200 pemakaian bulan Jurnal:
Desember 20xx Beban langganan daya dan jasa 200
Utang Belanja 200
2. Pada tanggal 31 Desember 20xx belum Tidak ada jurnal
dilakukan pembayaran tagihan listrik

TRANSAKSI NON OPERASIONAL AKRUAL-LO

1. Satker menjual aset non lancar pada Dicatat sebagai Surplus penjualan aset non lancar.
Desember 20xx sebesar Rp 150, dengan Jurnal:
harga perolehan Rp 90 Kas 150
Aset tetap 90
Surplus penjualan aset non lancar 60
LAPORAN OPERASIONAL
• Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan pelaporan.
• Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan laporan kinerja
• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual
sehingga :
– Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan
– Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan laporan kinerja keuangan
– Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan tertentu
– Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat digunakan untuk
memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam
periode mendatang
TRANSAKSI YANG HARUS
DIPERHATIKAN
• TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN ANGGARAN

• Pendapatan masih harus diterima


• Pendapatan diterima dimuka
• Beban yang masih harus dibayar
• Beban dibayar dimuka
• Beban Penyusutan
TRANSAKSI KAS
• Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan Belanja  LRA
• Beberapa transaksi kas sebenarnya juga mencerminkan akrual  sehingga sama dengan
Pendapatan atau Beban dalam LO
• Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang yang telah bekerja
• Pembayaran beban sewa selama satu periode anggaran
• Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut  retribusi
• Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan akrual
• Pembiayaan
• Belanja modal
• Pembayaran belanja untuk dimanfaatkan jangka panjang
• Penerimaan pendapatan untuk jasa di masa datang
PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA

• Pendapatan masih harus diterima merupakan pendapatan yang sampai


dengan tanggal pelaporan belum diterima oleh satker karena adanya
tunggakan pungutan pendapatan dan transaksi lainnya yang
menimbulkan hak tagih satker dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemerintah
• Contoh:
– Pajak masih harus diterima  PPh, PPN, PBB, Bea Cukai, Bea Masuk.
– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima  Pendapatan sumber
daya alam, Bagian laba atas laba BUMN, PNBP lainnya.
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
• Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang telah diterima oleh
pemerintah dan sudah disetor ke Kas Umum Negara, namun wajib pajak dan/atau
wajib setor belum menikmati barang/jasa/fasilitas dari pemerintah.
• Contoh:
– Pajak Diterima Dimuka  PPh, PPN,Bea Masuk.
– Pendapatan bukan pajak masih harus diterima  Pendapatan Biaya Hak
penyelenggaraan Spektrum Frekuensi Radio, Dividen BUMN yang diterima
dimuka, Sewa Gedung Pemerintah diterima dimuka.
BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

• Belanja Yang Masih Harus Dibayar merupakan kewajiban yang timbul akibat hak atas
barang/jasa yang telah diterima dan dinikmati dan/atau perjanjian komitmen yang
dilakukan oleh kementerian negara/lembaga/pemerintah, namun sampai akhir periode
pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan/realisasi atas
hak/perjanjian/komitmen tersebut.
• Contoh:
– Belanja Pegawai yang masih harus dibayar
– Belanja Barang yang masih harus dibayar
– Belanja modal yang masih harus dibayar
– Belanja lainnya yang masih harus dibayar
BIAYA DIBAYAR DIMUKA
• Biaya Dibayar Dimuka merupakan pengeluaran satuan kerja/pemerintah yang telah
dibayarkan dari rekening Kas Umum Negara dan membebani pagu anggara, namun
barang/jasa/fasilitas dari pihak ketiga belum diterima/dinikmati satuan
kerja/pemerintah.
• Contoh:
– Belanja Pegawai dibayar dimuka
– Belanja Barang dibayar dimuka
– Belanja modal dibayar dimuka
BIAYA PENYUSUTAN

• Penyusutan adalah alokasi biaya atas penggunaan aset tetap  penyesuaian


nilai akibat pemanfaatan dari suatu aset.
• Metode penyusutan yang dapat digunakan:
– Metode garis lurus
– Metode saldo menurun ganda
– Metode unit produksi
• Akumulasi Penyusutan disajikan sebagai pengurang aset di neraca.
BIAYA PENYUSUTAN

• Penyusutan adalah alokasi biaya atas penggunaan aset tetap 


penyesuaian nilai akibat pemanfaatan dari suatu aset.
• Metode penyusutan yang dapat digunakan:
– Metode garis lurus
– Metode saldo menurun ganda
– Metode unit produksi
• Akumulasi Penyusutan disajikan sebagai pengurang aset di neraca.
TRANSAKSI AKRUAL
No Pos Akrual Pengaruh Transaksi

Neraca Informasi Akrual

1 Pendapatan Masih Harus Aset- Piutang Menambah pendapatan


Diterima

2 Pendapatan diterima dimuka Kewajiban Mengurang pendapatan

3 Belanja yang masih harus Kewajiban Menambah belanja


dibayar

4 Belanja Dibayar dimuka Aset- Belanja dibayar Mengurang belanja


dimuka
SIMULASI - 1
• Total realisasi penerimaan PPh Ps. 21 secara kas tahun anggaran 2009 adalah sebesar Rp4.500.000, termasuk
penerimaan atas pelunasan Piutang Pajak PPh Pasal 21 tahun 2008 sebesar Rp250.000.
Kas 4.500.000
Piutang Pajak 250.000
Pendapatan Pajak 4.250.000
• Pada tahun 2009, KPP Pratama Tanah Abang I menerbitkan Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar atas PPh 21
yang telah disetujui WP sebesar Rp400.000. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 masih terdapat sebesar
Rp200.000. dari SKPKB tersebut yang belum dilunasi.
Piutang Pajak 200.000
Pendapatan Pajak 200.000
• Nilai pendapatan pajak yang disajikan pada Laporan Operasional adalah sebesar: Rp 4.450.000 (4.500.000 –
250.000 + 200.000), dimana sebesar 200.000 disajikan di neraca sebagai pendapatan yang masih harus diterima
SIMULASI - 2

 Pada tanggal 3 Januari 2009, Kantor A melakukan perjanjian sewa ruang serba guna kantor dengan
PT Sempurna untuk masa sewa 2 tahun yang dihitung mulai dari 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember
2010 sebesar Rp60.000.000. Sesuai dengan perjanjian, PT Sempurna membayarkan Rp60.000.000 di
depan dan telah disetor ke kas negara pada tanggal 5 Januari 2009 melalui SSBP dengan akun
423142.
Kas 60.000.000
Pendapatan lainnya 60.000.000
 Nilai pendapatan bukan pajak pajak yang disajikan pada Laporan Operasional adalah sebesar: Rp
30.000.000 sedangkan sisanya disajikan di neraca sebagai Pendapatan Diterima Dimuka.
SIMULASI - 3

 Pada bulan Desember tahun 2009, tagihan biaya langganan daya dan jasa Satker A adalah
sebesar Rp15.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 belum dilakukan
pembayaran.
Beban langganan daya 15.000.000
Beban yang masih harus dibayar 15.000.000
 Biaya langganan daya akan dilaporkan dalam Laporan operasional dan neraca sebagai baiaya
yang masih harus di bayar.
SIMULASI - 4

a. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009, berdasarkan data SPM dan SP2D, telah direalisasikan
belanja sewa (522114) atas sebuah ruangan di Blok A Tanah Abang untuk tempat promosi
masyarakat sebesar Rp100.000.000. Belanja sebesar Rp100.000.000 tersebut sesuai dengan
kontrak/surat perintah kerja adalah untuk sewa tempat selama 2 tahun yaitu dari tanggal 1 Januari
2009 sampai dengan 31 Desember 2010.
Beban Sewa 100.000.000
Kas 100.000.000
 Beban sewa sebesar Rp50.000.000 disajikan pada Laporan Operasional, sedangkan sisanya disajikan
di neraca sebagai biaya sewa dibayar dimuka.
SIMULASI - 4
a. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009, berdasarkan data SPM dan SP2D, telah direalisasikan
belanja sewa (522114) atas sebuah ruangan di Blok A Tanah Abang untuk tempat promosi
masyarakat sebesar Rp100.000.000. Belanja sebesar Rp100.000.000 tersebut sesuai dengan
kontrak/surat perintah kerja adalah untuk sewa tempat selama 2 tahun yaitu dari tanggal 1 Januari
2009 sampai dengan 31 Desember 2010.
Beban Sewa 100.000.000
Kas 100.000.000
 Beban sewa sebesar Rp50.000.000 disajikan pada Laporan Operasional, sedangkan sisanya disajikan
di neraca sebagai biaya sewa dibayar dimuka.
TERIMA KASIH

Wachid Iswanto
wahid_iswanto@yahoo.com
iwan1266@gmail.com
085813816679
Dokumen Sumber: KSAP

Anda mungkin juga menyukai