Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 3

DEBI APRILIANI (19008)


DELIA PUTRI AMANDA (19010)
MARISTA NOVITA SARI (19022)
Konsep Asuhan Keperawatan
Gigitan Serangga
Gigitan serangga
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan
atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin
atau alergen yang dikeluarkan artropoda penyerang.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun)
yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin
memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat.
Gigitan serangga

Venomous (beracun) Non Venomous (tidak beracun)


Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigitan atau sengatan
antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung
zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin,
asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang
dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi
yang timbul yaitu reaksi emmediate dan reaksi delayed. Reaksi immediate ditandai dengan reaksi lokal atau
reaksi sistemik, timbulnya lesi karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga
dan ekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh
pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik.
Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat
mempercepat penyebaran dari racun tersebut.
Pertolongan dilakukan di rumah dengan cara berikut ini:

1. Basuh area yang digigit atau disengat dengan air dan sabun.
2. Bila ada sengat yang tertinggal di kulit (misalnya karena sengatan lebah), cabut sengat secara hati-hati.
3. Oleskan kalamin atau baking soda, pada area yang digigit. Lakukan beberapa kali sehari hingga gejala
menghilang.
4. Kompres dingin area yang digigit dengan es yang dibalut handuk, atau kain yang direndam di air dingin.
Cara ini berguna untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
5. Jangan memberi minum apa pun pada korban
6. Bila korban mengalami muntah, dudukkan dia agar tidak tersedak

Pertolongan dilakukan di rumah sakit dengan cara berikut ini :


1. Nilai keadaan airway, breathing, dan circulation
2. Ambil sengatan jika ada yang Nampak (hati-hati jangan sampai menekan kantung bisa)
3. Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alcohol 70% atau antiseptic
4. Kompres dingin
5. Imobilisasikan daerah yang terkena gigitan
6. Berikan analgetik
7. Lakukan CPR (pernapasan buatan) bila korban tidak bernapas.
Pengkajian Keperawatan
01 Pengkajian Primer
 Airway : Spasme pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran pernapasan.
 Breathing : Terjadi gangguan pernapasan karena pada bisa ular akan berdampak
pada kelumpuhan otot-otot saluran pernapasan sehingga pola pernapasan pasien
terganggu.
 Circulation : Perdarahan akibat sifat bisa ular yang bersifat haemolytik. Dimana zat
dan enzim yang toksik dihasilkan bisa akan menyebabkan lisis pada sel darah merah
sehingga terjadi perdarahan. Ditandai dengan luka patukan terus berdarah,
haematom, hematuria, hematemesis, hipotensi.d. Disability : Cek adanya penurunan
kesadaran
 Exposure : Pembengkakan pada daerah gigitan dan kemerahan sampai dengan
perubahan warna kulit, adanya peningkatan suhu tubuh.

02 Pengkajian Sekunder
 Keluhan utama : pasien mengeluh sesak, terasa panas, nyeri, badan kaku, bentol,
bengkak, gatal
 Kepala : bentuk kepala, keadaan kepala
 Mata : isokor/anisokor, reaksi pupil, konjungtiva anemis/tidak anemis
 Hidung : simetris, adanya polip e. Telinga : bentuk telinga, adanya serumen
 Mulut : mukosa bibir, simetris.
 Leher : penggunaan otot bantu pernafasan (sternokleidomastoidius), tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. H. Dada : pengembangan dada simetris, adanya suara
nafas tambahan
 Abdomen : simetris, bising usus, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada massa.
 Ekstremitas : akral dingin, adanya jejas, udema, kekakuan otot
Diagnosa Keperawatan

01
02
03 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
hambatan upaya napas
04 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

05
fisik (gigitan/sengatan serangga)

Penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan kontraktilitas

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Kecemasan berhubungan dengan koping individu


yang tidak efektif
Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam - Monitor tanda dan gejala asma
berhubungan dengan hambatan diharapkan pola nafas pasien teratur dengan kriteria : - Monitor frekuensi, irama,
upaya napas - Respirasi dalam batas normal (16-20x/menit) kedalaman dan usaha dalam
- Irama pernafasan teratur bernapas
- Kedalaman pernafasan normal - Pertahankan jalan nafas yang
- Suara perkusi dada normal (sonor) paten
- Retraksi otot dada - Monitor aliran oksigen
- Tidak terdapat orthopnea - Monitor respirasi dan status O2
- Taktil fremitus normal antara dada kiri dan dada kanan - Pertahankan posisi pasien
- Ekspansi dada simetris - Monitor volume aliran oksigen
- Tidak terdapat akumulasi sputum dan jenis canul yang digunakan.
- Tidak terdapat penggunaan otot bantu - Monitor keefektifan terapi
oksigen yang telah diberikan
- Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor tingkat kecemasan
pasien yang kemungkinan
diberikan terapi O2
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

2 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan - Monitor tanda-tanda vital
(gigitan/sengatan serangga) keperawatan selama 1x24 jam - Kaji skala nyeri
diharapkan nyeri akut dapat teratasi - Atur posisi senyaman mungkin
dengan kriteria hasil : - Ajarkan Teknik relaksasi dan
- Nyeri berkurang distraksi
- Ciptakan lingkungan yang
tenang
- Anjurkan klien istirahat dengan
cukup
Kolaborasi :
- Pemeberian obat analgetik
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

3 Penurunan curah jantung berhubungan Setelah lakukan asuhan keperawatan - Monitor EKG untuk perubahan ST, jika diperlukan.
dengan perubahan kontraktilitas selama 1x24jam diharapkan masalah - Lakukan penilaian komprehenif untuk sirkulasi
penurunan curah jantung dapat teratasi perifer (Cek nadi perifer, edema,CRT, serta warna
dengan kriteria hasil : dan temperatur ekstremitas) secara rutin.
- Tekanan darah sistolik dalam batas - Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
normal - Monitor status kardiovaskuler.
- Tekanan darah diastolik dalam batas - Monitor disritmia jantung.
norma - Dokumentasikan disritmia jantung.
- Heart rate dalam batas normal - Monitor status repirasi sebagai gejala dari gagal
- Peningkatan fraksi ejeksi jantung.
- Peningkatan nadi perifer - Monitor abdomen sebagai indikasi penurunan
- Tekanan vena sentral (Central venous perfusi.
pressure) dalam batas normal - Monitor nilai laboratorium terkait (elektrolit).
- Gejala angina berkurang - Monitor fungsi peacemaker, jika diperlukan.
- Edema perifer berkurang - Evaluasi perubahan tekanan darah.
- Gejala nausea berkurang Kolaborasi :
- Tidak mengeluh dispnea saat istirahat - Sediakan terapi antiaritmia
- Tidak terjadi sianosis
- MAP dalam batas normal
- PaO2 dalam btas normal (60-80 mmHg)
- PaCO2 dalam batas normal (35-45
mmHg)
- Saturasi O2 dalam batas normal (> 95%)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

4 Hipertermia berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tanda-tanda vita
penyakit selama 1x 24 jam diharapkan hipertermi - Monitor suhu dan warna kulit
dapat teratasi dengan kriteria: - Monitor dan laporkan adanya tanda
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 C – dan gejala dari hipertermia
37,50C) - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Denyut nadi dalam rentang normal adekuat
- Respirasi dalam batas normal (16 – - Instruksikan pasien bagaimana
20x/menit) mencegah keluarnya panas dan
- Tidak menggigil serangan panas
- Tidak dehidrasi - Diskusikan pentingnya
- Tidak mengeluh sakit kepala termoregulasi dan kemungkinan
- Warna kulit normal Vital Sign efek negatif dari demam yang
- Tanda- tanda vital dalam rentan normal berlebihan, sesuai kebuthan
(sistolik 100-140 mmhg/ diastolik 60-90
mmhg)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

5 Kecemasan berhubungan dengan koping individu yang Setelah dilakukan tindakan - Ciptakan lingkungan yang
tidak efektif keperawatan selama 1x24 jam tenang
diharapkan kecemasan dapat - Anjurkan klien tidak panik
teratasi dengan kriteria hasil : - Berikan informasi yang cukup
- Kecemasan klien berkurang mengenai gigitan ular serta
- Klien rileks dan santai penanganan dan tindakan
yang akan dilakukan
Pelaksanaan keperawatan
Dinarti dan Yuli (2017) implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:


1.Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-lain.
2.Interdependen/Collaborative Implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat
injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
3.Dependent Implementations dalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
fisioterapis, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang
telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnnya dalam perencanaan, membandingan
hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah diteteapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan pelaksanaan (Mubarak, 2011).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana (Suprajitno, 2013).
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
O : Keadan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Ada 2 jenis evaluasi


1.Evaluasi formatif
Dilakakukan saat proses evaluasi terhadap respon evaluasi terhadap respon segera timbul setelah intervensi

2.Evaluasi sumatif (Hasil)


Evaluasi terhadap tujuan atau hasil akhir yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan jangka
panjang. Metode yang digunakan adalah melakukan wawancara, menanyakan respon pasien dan keluarga terkait
layanan keperawatan, observasi, dan pemeriksaan fisik
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.
1.Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.Tujuan tercapai sebagian atau pasien masih dalam proses pencapaian tujuan jika menunjukkan
perubahan pada sebagian yang telah ditetapkan.
3.Tujuan tidak tercapai jika pasien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan
sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

Anda mungkin juga menyukai