BEREDAR DI PASAR DANDER KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN METODE KLT LATAR BELAKANG JAMU • Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan izin edar dari badan pengawas obat dan makanan (Badan POM) RI juga digolongkan dalam jamu. • Jamu merupakan obat tradisional warisan nenek moyang. • Di Indonesia sendiri tercatat sekitar 40% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional, 70% berada di daerah pedesaan. • Pada tahun 1999 ada 723 perusahaan obat tradisional, 92 diantaranya merupakan industri besar. • Di Indonesia, masyarakat dapat menggunakan herbal secara bebas tanpa harus berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya. JAMU • Mayoritas masyarakat menganggap herbal adalah aman untuk dikonsumsi karena berasal dari alam dan sudah digunakan secara turun temurun. • Dosis dan waktu yang tepat dalam mengonsumsi herbal dan jamu seringkali diabaikan. • Dari penelitian diungkap bahwa sekitar 63% tanaman obat tradisional Indonesia dapat menyebabkan interaksi farmakokinetik dengan obat – obat konvensional bila dikonsumsi secara bersamaan. PENAMBAHAN BKO DALAM JAMU • Pencampuran jamu dengan bahan-bahan kimia berbahaya sering dilakukan untuk menjadikan jamu tersebut semakin berkhasiat secara instan. • Pada akhir tahun 2006 ini dimana sebanyak 93 produk ditarik dari peredaran oleh BPOM. • Jamu-jamu yang ditarik tersebut merupakan jamu-jamu yang laris di pasaran karena efeknya cespleng dalam mengobati berbagai penyakit, seperti pegal linu, rematik, sesak napas, masuk angin dan pelangsing. • Bahan – bahan kimia berbahaya yang digunakan, meliputi metampiron, fenilbutason, antalgin, deksametason, allopurinol, CTM, sildenafil sitrat, sibutamin hidroksida, furosemid, kafein, teofilin, dan parasetamol. PEGAL LINU / MYALGIA • Myalgia adalah gambaran nyeri otot dan nyeri, yang dapat melibatkan ligamen, tendon, dan fascia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ. • Gejala umum nyeri otot meliputi rasa tidak nyaman pada otot, seperti nyeri, dan kejang. Perasaan ini bisa saja hanya pada beberapa otot tertentu (myalgia lokal) atau menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya (myalgia difusi). • Penyebab nyeri otot beragam termasuk : Otot tegang di salah satu atau lebih area tubuh Penggunaan otot berlebihan selama aktivitas fisik Cedera otot saat bekerja atau berolahraga berat (otot keseleo dan tegang adalah cedera yang mampu menyebabkan sakit dan nyeri otot) Beberapa infeksi atau radang otot PEGAL LINU / MYALGIA • Myalgia adalah gambaran nyeri otot dan nyeri, yang dapat melibatkan ligamen, tendon, dan fascia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ. • Gejala umum nyeri otot meliputi rasa tidak nyaman pada otot, seperti nyeri, dan kejang. Perasaan ini bisa saja hanya pada beberapa otot tertentu (myalgia lokal) atau menyebar dari satu tempat ke tempat lainnya (myalgia difusi). • Penyebab nyeri otot beragam termasuk : Otot tegang di salah satu atau lebih area tubuh Penggunaan otot berlebihan selama aktivitas fisik Cedera otot saat bekerja atau berolahraga berat (otot keseleo dan tegang adalah cedera yang mampu menyebabkan sakit dan nyeri otot) Beberapa infeksi atau radang otot PEGAL LINU / MYALGIA Faktor risiko nyeri otot, misalnya: •Risiko cedera selama aktivitas fisik •Penggunaan sistem muskuloskeletal berlebihan dalam kehidupan sehari-hari •Risiko infeksi dan radang otot PARACETAMOL • Paracetamol diperkenalkan ke pasar farmakologis pada tahun 1955 oleh McNeil Laboratories sebagai obat analgesik dan antipiretik yang diresepkan untuk anak-anak • Kontraindikasi : Hipersensitif, gangguan hati berat, atau penyakit hati aktif • Dosis Dewasa : PO 0,5-1 g 4-6 setiap jam. IV 33-50 kg: 15 mg / kg 4-6 jam jika diperlukan. Maksimal : 3 g / hari: > 50 kg: 1 g 4-6 jam jika diperlukan. Suppositoria : 0,5-1 g 4-6 setiap jam. Maksimal: 4 g setiap hari. Anak-anak : Bayi baru lahir dan anak-anak <10 kg: 7,5 mg / kg sebagai dosis tunggal, setidaknya 4 jam. Maksimal: 30 mg / kg / hari; 10-33 kg: 15 mg / kg sebagai dosis tunggal, setidaknya 4 jam. Maksimal : 2 g setiap hari; > 50 kg: Sama seperti dosis dewasa. PARACETAMOL Mekanisme kerja Mekanisme kerjanya yang tepat masih belum jelas, secara historis dikategorikan bersama dengan NSAID karena menghambat jalur cyclooxygenase (COX). Efek samping •Ruam kulit, reaksi hipersensitivitas, nefrotoksisitas (peningkatan BUN, kreatinin), anemia, leukopenia, neutropenia, pansitopenia, bikarbonat serum menurun, menurunkan kadar natrium dan kalsium, hiperamonemia, hiperkloremia, hiperurisemia, peningkatan glukosa serum, peningkatan bilirubin dan alkaline phosphatase. •Efek samping tambahan dari acetaminophen yang diberikan secara intravena termasuk mual, muntah, konstipasi, pruritus, dan nyeri perut. •Efek samping yang jarang tetapi serius termasuk reaksi hipersensitif dan anafilaksis serta reaksi kulit yang serius dan bahkan fatal. Ini termasuk nekrolisis epidermal toksik, pustulosis eksantematosa generalisata akut, dan sindrom Stevens-Johnson PARACETAMOL Interaksi obat •Mengurangi penyerapan dengan colestyramine. •Konsentrasi serum menurun dengan rifampisin dan beberapa antikonvulsan (misal Fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, primidon). •Meningkatkan efek antikoagulan warfarin dan kumarin lainnya dengan penggunaan jangka panjang. •Peningkatan penyerapan dengan metoclopramide dan domperidone. •Peningkatan konsentrasi serum dengan probenesid. •Dapat meningkatkan konsentrasi serum kloramfenikol PARACETAMOL Penggunaan parasetamol jangka panjang •Penyakit kardiovaskular : beberapa penelitian pada populasi pasien hipertensi dan arteri koroner menunjukkan penggunaan parasetamol jangka panjang meningkatkan tekanan darah sekitar 2-4 mmHg •Efek gastrointestinal : ketika parasetamol diminum secara teratur pada dosis > 2-3 g terdapat resiko signifikan perdarahan GI •Hepatotoksisitas : penggunaan parasetamol terapeutik (≤ 4g d -1) telah dikaitkan dengan kenaikan subklinis pada penanda cedera hati, yang hilang pada hari ke 16 dan kembali normal pada hari ke 40 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS • Kromatografi lapis tipis merupakan teknik kromatografi yang berdasar pada prinsip adsorbsi • Fase diam berupa padatan yang diaplikasikan berbentuk datar pada permukaan kaca atau aluminium sebagai penyangganya • Fase gerak berupa zat cair seperti yang digunakan dalam kromatografi kolom dan kromatografi kertas. • Teknik melakukan KLT : Lapisan tipis adsorben dibuat pada permukaan plat kaca atau aluminium berukuran 5 cm x 20 cm; 20 cm x 20 cm. Untuk plat aluminium, ukuran dapat diperkecil dengan memotongnya sesuai keinginan kita. Tebal lapisan bervariasi tergantung tujuan penggunaan, adapun tebal lapisan yang standar untuk plat KLT yang diperdagangkan umumnya ± 250µm. Larutan campuran senyawa diteteskan pada jarak tertentu dari dasar plat (± 1,5 cm) dengan menggunakan pipet mikro atau siringe agar volume totolan dapat diketahui untuk analisis yang bersifat kuantitatif dan dapat menggunakan pipa kapiler yang diruncingkan untuk analisis kualitatif. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel diusapkan dulu dengan membiarkan sejenak plat yang telah ditotol dengan sampel sebelum dimasukkan ke dalam bejana pengembang (development chamber) yang berisi fase gerak (eluen) KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS • Teknik melakukan KLT : Plat kromatografi dikembangkan dengan mencelupkannya ke dalam bejana tersebut. Fase gerak yang dipergunakan dapat terdiri atas satu macam atau lebih pelarut serta dapat menggunakan pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel Komponen – komponen senyawa akan bergerak dengan kecepatan berbeda sesuai interaksi adsorbsinya dengan fase diam Kromatografi diakhiri ketika fase gerak telah mencapai jarak tertentu dari ujung plat yang lain. Senyawa – senyawa yang berbeda satu sama lain akan memiliki perbandingan jarak tempuh senyawa terhadap jarak tempuh fase gerak yang berbeda pula. Nilai perbandingan ini dinamakan Rf (retardation factor). • Fase diam Beberapa jenis adsorben dan penggunaannya antara lain : Silika gel : asam – asam amino, alkaloid, asam – asam lemak dan lain – lain Alumina : alkaloid, zat warna, fenol – fenol dan lain – lain Kielsghur (tanah diatomae) : gula, oligosakarida, trigliserid, dan lain – lain Selulosa : asam – asam amino, alkaloid dan lain – lain. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS • Fase diam Adapun dalam perdagangan banyak dijumpai plat KLT yang terbuat dari silika gel dengan jenisnya antara lain : Silika gel G : mengandung 13 % CaSO4 sebagai bahan perekat Silika gel H : tanpa kandungan CaSO4 Silika gel PF : mengandung bahan fluoresensi • Fase gerak Berikut ini sifat – sifat ideal pelarut yang digunakan dalam KLT: Tersedia dalam bentuk yang sangat murni dengan harga yang memadai Tidak bereaksi dengan komponen dalam sampel maupun material fase diam Memiliki viskositas dan tegangan permukaan yang sesuai Memiliki titik didih yang rendah untuk memudahkan pengeringan setelah pengembangan Mempunyai kelarutan yang ideal pada berbagai campuran solvent Tidak toksik dan mudah pembuangan limbahnya. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
• Penentuan harga Rf (retardation factor)
Dalam kromatografi lapis tipis, harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik awal terhadap jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik awal aplikasi. Dengan suatu rumusan, keterangan tersebut dinyatakan sebagai :
Rf = Jarak yang digerakkan senyawa
Jarak yang digerakkan pelarut KERANGKA KONSEP METODE PENELITIAN • Desain penelitian penelitian eksperimen • Populasi jamu pegal linu sachet yang beredar di kabupaten Bojonegoro. • Sampel jamu pegal linu sachet yang beredar di pasar Dander kabupaten Bojonegoro • Teknik sampling cluster sampling • Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilakukan dengan pengumpulan sampel di pasar Dander kabupaten Bojonegoro, dimulai bulan Februari 2020. Dan dilanjutkan penelitian sampel di laboratorium Aksmi Husada Utama Bojonegoro. • Variabel bebas jamu pegal linu sachet. • Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kandungan parasetamol. METODE PENELITIAN Definisi Operasional • Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. (Wicaksena, 2013) • Bahan Kimia Obat adalah bahan kimia yang dicampurkan kedalam jamu. BKO dapat di identifikasi secara spesifik dengan uji laboratorium. Selain itu, adanya BKO dapat dicurigai bila pada penggunaan obat tradisional cepat dirasakan pengaruh/efeknya, dimana hal ini jarang terjadi pada penggunaan obat bahan alam • Parasetamol / acetaminophen adalah salah satu obat analgesik dan antipiretik yang paling populer dan paling umum digunakan di seluruh dunia, tersedia tanpa resep, baik dalam persiapan mono dan multi-komponen. Parasetamol adalah obat yang ditoleransi dengan baik dan menghasilkan sedikit efek samping pada saluran pencernaan (Bebenista, 2014). • Pegal (Myalgia) adalah gambaran nyeri otot dan nyeri, yang dapat melibatkan ligamen, tendon, dan fascia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ. Luka, trauma, terlalu sering digunakan, tegang, obat-obatan dan penyakit tertentu semuanya dapat menyebabkan myalgia (John Hopkins,2019). METODE PENELITIAN Instrumen • Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bejana KLT, neraca analitik, seperangkat alat soxhlet, lampu dan alat-alat gelas yang dipakai dalam laboratorium kimia analisis. • Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamu pegal linu, baku parasetamol, kalium hidroksida etanolik 10%, kloroform, etil asetat, ferri klorida (FeCl3), plat KLT silika gel F254. METODE PENELITIAN Prosedur pengumpulan data • Pengambilan sampel Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari jamu pegal linu berbagai merek yang beredar di pasar Dander kabupaten Bojonegoro. • Ekstraksi jamu Sampel jamu (30g) diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak cair disisihkan sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam flakon. Sisa ekstrak cair ditambah 10 ml KOH etanolik 10% kemudian disaring menggunakan glasswool. Hasil saringan diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental untuk analisis lebih lanjut. • Pembuatan larutan baku parasetamol Larutan dibuat dengan menimbang 10 mg baku parasetamol dan dilarutkan dengan etanol 96% sampai volume 50 ml. METODE PENELITIAN Analisis kualitatif dengan KLT •Larutan uji ditotolkan pada fase diam lempeng KLT silika gel F 254 berukuran 3x10 cm, demikian juga dengan larutan baku parasetamol dengan jarak 1,5 cm dari tepi bawah lempeng. •Kemudian lempeng KLT tersebut dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak kloroform : etil asetat (6:4). Elusi dilakukan sampai batas yang telah ditentukan. •Kemudian lempeng dikeluarkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. •Deteksi bercak dilakukan dengan pengamatan dibawah lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta direaksikan dengan FeCl 3. •Bercak yang muncul dihitung nilai Rf nya dan dibandingkan antara Rf bercak sampel dan Rf baku parasetamol. METODE PENELITIAN Analisis Data Analisis data dengan cara menghitung nilai Rf sampel dan baku standar. Jika nilai Rf keduanya sama, maka dapat dipastikan jamu tersebut mengandung BKO parasetamol. METODE PENELITIAN Kerangka penelitian TERIMA KASIH