Anda di halaman 1dari 15

SURVEILANS DIFTERI

KELOMPOK 3
ASTINA, S.K.M
IRDAWATI, SKM
NURMAYANG SARI, SKM
NOVIANTI, Am.Keb
ANITA NURUL, SKM
MONIKA, SKM
DARMIATI, SKM
Penugasan IHB 2

1. Gejala dan tanda

a. Jelaskan definisi dari kasus difteri


Kasus difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphterae strain toksigentik.
Penularannya secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan atau kontak erat
langsung dari lesi dikulit. Komplikasi yang biasa terjadi yaitu tersumbatnya saluran pernafasan, peradangan dan
kelumpuhan otot jantung serta kematian
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit difteri
- Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit lepas dan mudah berdarah jika dilepas atau dimanipulasi
- Demam atau tanpa demam
- Sakit waktu menelan terjadi pada 94% kasus difteri mengenai tonsil dan faring
- Sesak nafas disertai bunyi
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher
2. Penemuan kasus
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus difteri
1. Adanya infeksi saluran pernafasan atas (faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis atau kombinasinya
2. Demam atau tanpa demam
3. Adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau
dilakukan manipulasi
b. Bagaimana klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
4. Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri dengan hasil kultur positi strain toksigenik
5. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus suspek difteri yang mempunyai hubungan
epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
6. Kasus kompatibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium negatif atau tidak diambil
spesimen atau tidak dilakukan tes toksigenesitas dan tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan
kasus konfirmasi laboratorium
7. Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh ahli tidak memenuhi kriteria
suspek difteri
c. Jelaskan proses penemuan kasus difteri dan lakukan wawancara memastikan hal tersebut
1. Kasus difteri dapat ditemukan dipelayanan statis (puskesmas dan RS) maupun kunjungan
lapangan diwilayah kerja puskesmas
2. Setiap kasus difteri yang ditemukan dilakukan pelacakan epidemiologi dengan format individual
(DIF-1)
3. Penderita dirujuk kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut dan dilakukan
pencarian kasus tambahan dan karier
4. Melakukan komunikasi resiko ke masyarakat
Form DIF-01 :
Pasien 3
Analisa deskriptif
DISTRIBUSI KASUS PROBABLE DIFTERI BERDASARKAN TEMPAT DI UPTD PUSKESMAS O MINGGU 1 - 21 TAHUN 2015

4
Jumlah Kasus

1 1 1

0
X Y Z

Desa/Kel
DISTRIBUSI KASUS PROBABLE DIFTERI BERDASARKAN UMUR DI UPTD PUSKESMAS O
MINGGU 1 - 21 TAHUN 2015

2
Jumlah Kasus

1 1 1
1

0
0
1- 5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun

Umur
DISTRIBUSI KASUS PROBABLE DIFTERI BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI UPTD PUSKESMAS O
MINGGU 1 - 21 TAHUN 2015

34%

Laki-Laki
Perempuan

66%
TREN KASUS PROBABLE. DIFTERI BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI UPTD PUSKESMAS O MINGGU 1 - 21 TAHUN 2015
8

5
JUMLAH KASUS

2
2

1
1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3. Dari Kasus Tersebut, Apakah benar telah
terjadi kasus KLB Difteri ? Dasar Apa yang di
pakai untuk penetapan KLB ?
Dari skenerio kasus di atas, menurut kelompok
kami blm terjadi KLB Difteri. Alasannya adalah
bahwa dasar dalam penentuan kasus KLB
Difteri jika di ditemukan satu kasus suspek
difteri dengan konfirmasi laboratorium kultur
positif atau jika di temukan satu suspek difteri
yang mempunyai hubungan epidemiologis
dengan kasus konfirmasi laboratorium kultur
positif sedangkan pada skenario di atas di
sebutkan bahwa hasil laboratorium belum
keluar serta tidak di sebutkan juga bahwa
suspek mempunyai hubungan epidemiologis
dengan kasus konfirmasi kultur positif yang lain.
4. Apa Tindakan
saudara sebagai petugas surveilans
puskesmas setelah tau bahwa telah terjadi KLB Difteri?

1. Melakukan penyelidikan epidemiologi KLB difteri


2. Melakukan pencegahan penyebaran KLB Difteri dengan :
a. Perawatan dan pengobatan kasus secara adekuat
b. Penemuan dan pengobatan kasus tambahan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat dari kasus suspek
difteri
3. Komunikasi risiko tentang difteri dan pencegahannya terhadap
Masyarakat
4. Menentukan luas wilayah terjangkit melalui identifikasi kasus
suspek difteri tambahan
5. Pelaksanaan Outbreak Response Imunization (ORI) di daerah
KLB Difteri
5. Informasi apa saja yang harus di kumpulkan untuk melengkapi laporan KLB Difteri

1. Laporan Penyelidikan epidemiologi sesuai 3. Data distribusi Kasus meliputi :


Form Dif-01 yang memuat informasi :
a. Geografi
a. Identitas Penderita
b. Kelompok Umur
b. Riwayat sakit
c. Jenis Kelamin
c. Riwayat pengobatan
d. Status imunisasi
d. Riwayat Kontak
e. Kontak kasus

2. Data Cakupan Imunisasi Rutin Difteri


periode tertentu untuk memperkirakan 4. Data hasil cakupan pelaksanaan ORI
Kelompok rentan berdasarkan geografi
kelompok umur, dan jenis kelamin
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB Difteri berakhir ?

1. Ori tetap di lajutkan sampai 4. Komunikasi Resiko


dengan selesai walaupun status tentang penyakit difteri
KLB Difteri sudah di nyatakkan kepada masyarakat
berakhir

2. Untuk dapat memberikan 5. Berkoordinasi dengan petugas


kekebalan komunitas imunisasi agar senantiasa
optimal maka cakupan meningkatkan cakupan
ORI harus >90 % imunisasi rutin dan lanjutan

3. Penguatan Surveilans 6. Tetap mempertahankan


Difteri surveilans PD3I
Thank You

Anda mungkin juga menyukai