Andini (221041007)
Ammar Banyu Kasyfillah (221041003)
Anggi Della Aulia (221041008)
Elika Savitri (221041017)
Febiola (221041022)
Puteri Imfiana Alya Faizah (221041037)
Raniah Dwi Puspita (221041040)
Vaulentina Nurliayeni Pare'ant (221041054)
Wahyu widiawati (221041055)
0
1
HEMOROID
Apa Itu Hemoeroid?
Prevalensi hemoroid, yang juga dikenal sebagai wasir, bervariasi secara signifikan di seluruh
dunia tergantung pada beberapa faktor termasuk gaya hidup, diet, dan akses ke perawatan
medis. Berikut adalah beberapa poin umum mengenai prevalensi hemoroid:
Tingkat Global: Diperkirakan bahwa sekitar 40% hingga 50% populasi dewasa akan mengalami
beberapa bentuk hemoroid pada satu waktu dalam hidup mereka.
Faktor Risiko: Beberapa faktor risiko utama untuk hemoroid termasuk konstipasi kronis,
kehamilan, obesitas, dan gaya hidup yang tidak aktif.
Perbedaan Usia dan Jenis Kelamin: Hemoroid cenderung lebih sering terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua, meskipun bisa muncul di usia berapa pun.
Geografis: Area dengan prevalensi diet tinggi daging dan rendah serat cenderung memiliki
tingkat hemoroid yang lebih tinggi.
Akses ke Perawatan: Tingkat deteksi dan laporan hemoroid juga tergantung pada akses ke
layanan kesehatan.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan
pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran
darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices)
yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena
dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa
nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal. Hemoroid interna
terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya
sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang
lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi. Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak
merah kebiruan, jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku
(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
Contoh Kasus
Tn. D, usia 57 thn masuk ke IGD dengan keluhan sulit BAB selama 4 hari bila
BAB keluar darah nyeri terdapat benjolan yang keluar pada anus, diagnosa
dokter menunjukkan bahwa pasien menderita hemoroid internal grade 4 (prolaps
(+) inkarserta). I minggu sebelum masuk RS pasien sangat takut untuk makan
apabila makan akan bab riwayat penyakit pasien pernah terkena stroke 3 bulan
yang lalu namun selama 1 bulan terakhir keadaan semakin membaik hanya
bicara masih belum jelas, kebiasaan makan Tn. D. terutama untuk sayuran hanya
dikonsumsi i kali per minggu @50 gram karena pasien tidak suka konsumsi
sayuran (sayuran yang sering dikonsumsi bayam, kol dan wortel) buah-buahan
yang sering dikonsumsi pisang dan pepaya 2 kali per minggu sebanyak 1 potong
sedang konsumsi kopi tanpa gula 4 gelas perhari konsumsi air putih kurang lebih
500 ml per hari hasil perhitungan SQFFQ selama 3 bulan terakhir termasuk ke
dalam kategori defisit berat yaitu energy978, 6 Kkal, protein 39,7 gram, lemak
11, 2 gram dan karbohidrat 180, 1 gram serta serat 4,7 gram saat dilakukan
pengukuran antropometri diperoleh hasil TB-157 cm dan BB-46 kg
0
2
DIVERTIKULOSIS
Apa Itu Divertikulosis?
Divertikular disease merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang timbul karena adanya
penonjolan berbentuk kantung dari dinding kolon dengan besar bervariasi dari beberapa millimeter
sampai beberapa sentimeter. Divertikula biasanya merupakan manifestasi motalitas yang abnormal.
Divertikulum dapat terjadi di mana saja sepanjang saluran gastrointestinal. (Sabiston, 2000).
Divertikular disease adalah penyakit yang terjadi karena adanya herniasi pada kolon yang menyerupai
kantung yang terbentuk melalui defek pada lapisan otot tertentu. (Brunner, 2016)
Etiologi
Deverticular disease biasanya disebabkan kan kare kurangnya supan serat pada tubuh. Penyebab timbulnya
divertikula diduga karena faktor makanan. Penelitian klinik dan eksperimental telah melibatkan diet-rendah-
serat sebagai faktor radiologic yang menonjol. Diet yang kurang serat sayuran diduga merupakan
predisposisi untuk timbulnya divertikula akibat motilitas kolon terganggu. Terdapat bukti bahwa penderita
divertikula menimbulkan respon kontraktil berlebihan terhadap makanan dan stimuli hormonal.
Secara anatomi, divertikula membentuk titik”lemah” dimana pembuluh darah nutrient (vasa recta)
menembus lapisan otot sirkular ke mukosa. “perforasi” pembuluh darah ini cenderung menembus dinding
kolon sepanjang tepi mesenteric kedua taenia antimesentrik. Divertikula dapat terjadi dilokasi manapun
diusus kecil maupun kolon sigmoid. Diverkulosis terjadi apabila terdapat beberapa divertikula tanpa disertai
inflamasi atau gejala. Kasus ini paling sering dijumpai pada lansia usia lebih dari 80 tahun. Asupan rendah
serat diet yang rendah merupakan faktor predisposisi utama.
Prevalensi Divertikulosis?
Divertikulitis adalah kondisi yang terjadi ketika kantong-kantong kecil atau divertikula yang terbentuk di dinding
kolon menjadi meradang atau terinfeksi. Prevalensi divertikulitis bervariasi berdasarkan faktor geografis, usia,
dan diet, dan cenderung lebih tinggi di negara-negara industri atau Barat, yang banyak dikaitkan dengan diet
rendah serat.
Prevalensi Global
Di Negara Barat: Divertikulitis lebih umum di negara-negara Barat, di mana diperkirakan sekitar 50% orang di
atas usia 60 tahun memiliki divertikula. Dari mereka yang memiliki divertikula, sekitar 10-25% akan
mengembangkan divertikulitis.
Di Negara Asia dan Afrika: Prevalensi divertikulitis cenderung lebih rendah di negara-negara Asia dan Afrika,
yang mungkin dikaitkan dengan pola diet yang tinggi serat dari biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran.
Faktor Risiko
Usia: Risiko divertikulitis meningkat dengan usia, terutama setelah usia 40 tahun.
Diet: Diet rendah serat dan tinggi daging merah dikaitkan dengan peningkatan risiko divertikulitis.
Gaya Hidup: Faktor lain termasuk obesitas dan gaya hidup sedentari.
Patofisologi Divertikulosis?
Patofisiologi divertikulitis melibatkan beberapa langkah kunci yang berkaitan dengan peradangan dan infeksi
dari divertikula, yaitu kantong-kantong kecil yang terbentuk di dinding kolon:
Pembentukan Divertikula: Divertikula terbentuk karena peningkatan tekanan dalam kolon, yang
mendorong lapisan mukosa dan submukosa melewati titik lemah di dinding kolon.
Retensi dan Infeksi: Divertikula dapat menangkap feses dan bakteri. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi
bahan fekal yang menyebabkan inflamasi dan potensi infeksi di dalam divertikula.
Perforasi dan Komplikasi: Inflamasi yang berkelanjutan dapat melemahkan dinding divertikula sehingga
menyebabkan perforasi. Perforasi memungkinkan materi fekal dan bakteri bocor ke rongga peritoneal,
yang dapat menyebabkan peritonitis, abses, atau fistula. Secara keseluruhan, divertikulitis berkembang
dari tekanan kolonik yang tinggi, pembentukan divertikula yang menangkap materi fekal, diikuti oleh
peradangan, infeksi, dan potensi komplikasi serius akibat perforasi.
THANKS