Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA

KONSEPTUAL

KELOMPOK 6

BHESTARI FERINI PUTRI


MAULIDAYNA ANJALY
EMILIANA LUMINATA FATRI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
M. DHANU SURYA PRATAMA NAMA PROGRAM STUDI MANAJEMEN
1 KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual akuntansi merupakan sekumpulan


konsep-konsep yang mendasari pelaporan keuangan. Yang
dimaksud konsep-konsep dasar pelaporan keuangan yaitu
gagasan-gagasan serta ide mengenai apa yang seharusnya
dilaporkan dalam laporan keuangan serta bagaimana
melaporkannya.
Kumpulan gagasan dan ide-ide tersebut menjadi pedoman
dalam menentukan informasi-informasi apa saja yang perlu
disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum
(general-purpose financial statements).
2
Mengapa tetap dibutuhkan suatu
kerangka konseptual ?

Adanya kerangka konseptual diharapkan membuat standar-standar


akuntansi yang diterbitkan menjadi konsisten. Dengan begitu,
diharapkan tidak ada standar akuntansi yang saling bertentangan dalam
hal klasifikasi akun atau peristiwa ekonomi (dicatat sebagai
pendapatan, beban, aset, kewajiban, atau ekuitas).
Kerangka konseptual akuntansi membantu berbagai pihak dalam
memahami dan menginterpretasi standar-standar akuntansi yang ada.
Karena standar-standar akuntansi dikembangkan dengan berdasar pada
kerangka konseptual, maka interpretasi atas standar-standar akuntansi
tersebut tidak akan jauh dari konsep-konsep dalam kerangka
konseptual tersebut.
3 PERUMUSAN KERANGKA
KONSEPTUAL
1. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi :
• Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai
tentang aktivitas binis dan ekonomi untuk membuat keputusan
investasi serta kredit.
• Untuk membantu investor yang ada potensial, serta pemakai
lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan.
• Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhdap sumber daya
trsbt, dan perubahan didalamnya.
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan,
profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan umum.
2. Karatarestik kualitatif informasi Akuntansi
(Yaitu informasi akuntansi yang memiliki 2 kualitas adalah kualitas
primer & kualitas sekunder)

Kualitas Primer  Relevensi dan keandalan yang harus melekat


pada informasi Akuntansi.
 Relevansi. Informasi yang mampu mempengaruhi pengambilan
keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil,
jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
 Keandalan. Informasi yang dianggap andal jika dapat diverifikasi,
Netral, disajikan secara tepat serta bebas dari kesalahan dan Bia
(Penyimpangan).
 Keberdayaujian. Informasi yang dapat di Uji kebenarannya.
 Kenetralan. Informasi Akuntansi dimaksud untuk memenuhi tujuan
berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari
usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok
tertentu.
 Kejujuran Penyajian. Adanya kesesuain antara fakta dan Informasi
yang disampaikan.
Kualitas Sekunder, Yang memiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan dan Konsistensi.
A) Elemen laporan Keuangan
Aset, Kewajiban, Ekuitas, Investasi Pemiliki, Distribusi kepada Pemilik,
Laba Komprenshif, Pendapatan, beban ,Keuntungan, Kerugian.

Postulate (Prinsip dan Keterbatasan), Tingkat 3 kerangka konseptual


terdiri dari konsep yang diapakai untuk mengimplementasi tujuan dasar
dari tingkat pertama.
 Asumsi dasar, anggapan yg digunakan oleh para akuntan agar
akuntansi dapat dipraktikan.
Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri
sendiri dan terpisahdari pihak-pihak
yang memiliki kepentingan pemilik, kreditor, karyawan, dan
lainnya.
 Going Concern Kontinuitas Usaha
Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana yang psati bahwa
perusahaan akan dibubarkan,maka kegiatan perusahaan dianggap akan
berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. “implikasi dari
asumsi ini adalah
 Kontinuitas usaha memerlukan laporan keuangan Periodik
sebagai evaluasi kinerja perusahaan jangka pendek.
 Laporan keuangan periodic bersifat tentative, yang hanya
menyajikan informasi Sementara untuk satu periode
tertentu.
 Laporan Laba Rugi hanya menunjukan hasil usaha dalam
Jangka Pendek.
 Neraca menunjukan potensi jasa yang masih dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan pendapatan periode
Berikut.
KERANGKA KONSEPTUAL INDONESIA
4
Kerangka Konseptual di Indonesia pertam kali di kenal pada bulan
September tahun1994. Karena pada saat itu juga Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) memutuskan untuk mengadopsi kerangka
konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard
Committee atau yang biasa dikenal dengan sebutan IASC sebagai
dasar penyusunan, penyajian dan informasi keuangan di
Indonesia. Kebijakan tersebut disetujui oleh Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan
oleh pengurus IAI pada tanggal 7 September 1994. Dan IAI
menamakan kerangka konseptual Indonesia dengan istilah
“Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”
atau disingkat dengan KDPPLK. Dan juga merupakan hasil suatu
proses penalaran dan pemikiran akuntansi yang diharapkan
berlaku dalam lingkungan dan kondisi tertentu yang merupakan
pemilihan faktor-faktor dan konsep-konsep yang relevan.
A. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL
Tujuan krerangka konseptual adalah untuk menmbantu berbagai
pihak dalam mencapai tujuan tertentu yang berkaitan dengan
masalah akuntansi yang muncul. Keguanaan dari kerangka konseptual
dapat digunakan oleh beberapa pihak untuk menjalankan
kegiatannya yaitu sebagai berikut:
 Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan
tugasnya.
 Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah-
masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi
keuangan.
 Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
 Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkaninformasi
yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi keuagan.
B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Menurut IAI tujuan lapoaran keuangan KDPPLK adalah “menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan , kinerja, dan perubahan posisi
keuangan satu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Dan IAI juga mengidentifikasi para
pemakai laporan keuangan yaitu:
 Investor: mengenai kemampuan perusahaan membayar dividen.
 Kreditor: untuk membantu mereka memutuskan apakah pinjaman dan
bunganya dapay diabyar pada waktu jatuh tempo.
 Karyawan: mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, dan
Kemampuan memberi pensiun dan kesempatan kerja.
 Pelanggan: tentang kelangsungan hidup perusahaan terutama bagi
mereka Yang memiliki perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
 Pemerintah: mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
Pajak, dan untuk menyusun statistik pendatan nasional dan lain-lain.
 Masyarakat: tentang kecenderungan dan perkembangan terakhir
Kemakmuran perusahaan serta berbagai aktivitas yang menyertainya.
C. ASUMSI DASAR
Asumsi dasar adalah prinsip-prinsip dasar yang membentuk landasan
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Secara umum, asumsi
dasar dalam akuntansi mencakup beberapa konsep kunci:
 Asumsi Kelangsungan Usaha (Going Concern): Mengasumsikan
bahwa perusahaan akan terus beroperasi dalam waktu yang dapat
diprediksi, sehingga laporan keuangan disusun dengan
mempertimbangkan keberlanjutan usaha. Jika ada keraguan tentang
kelangsungan usaha, laporan keuangan harus disusun dengan metode
yang berbeda.
 Asumsi Nilai Historis (Historical Cost): menyatakan bahwa aset dan
kewajiban harus diukur berdasarkan biaya historis saat mereka
diperoleh atau dibebankan. Ini berarti bahwa nilai aset dan
kewajiban tidak selalu mencerminkan nilai pasar saat ini.
 Asumsi Periode Akuntansi (Accounting Period): Asumsi ini mengacu
pada praktik membagi waktu ke dalam periode akuntansi, biasanya
satu tahun, untuk menyusun laporan keuangan. Hal ini memudahkan
perbandingan dan analisis kinerja perusahaan dari tahun ke tahun.
 Asumsi Konsistensi (Consistency): Asumsi ini mengharuskan
perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang sama
dari tahun ke tahun, kecuali jika ada alasan yang cukup untuk
mengubahnya. Konsistensi memastikan bahwa laporan keuangan
dapat dibandingkan dari satu periode ke periode lainnya.
 Asumsi Realisasi (Realization): mengatakan bahwa pendapatan
harus diakui ketika suatu transaksi atau peristiwa telah terjadi
dan dapat diukur secara andal. Ini berarti bahwa pendapatan
tidak selalu diakui pada saat uang diterima, tetapi pada saat hak
untuk menerima pendapatan telah terwujud.
Asumsi-asumsi dasar ini adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan
dalam akuntansi untuk menciptakan dasar yang konsisten dan
relevan dalam penyusunan laporan keuangan. Prinsip-prinsip ini
membantu memastikan bahwa informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan memiliki kualitas yang baik dan dapat
dipercaya untuk pengambilan keputusan.
D. KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN
KENDALA INFORMASI
Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Tentang
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan, Karakteristik kualitatif
laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya atau menghasilkan informasi yang berkualitas. empat
karakteristik kualitatif yaitu :
 Relevan, Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut
memiliki manfaat sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan
oleh pemakai laporan keuangan.
 Keandalan suatu informasi sangat trgantung pada kebenaran
dan kemampuan suatu informasi untuk menggambarkan
secara wajar keadaan yang sebenarnya.
 Dapat Dibandingkan, Pengguna harus dapat membandingkan
laporan keuangan entitas antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan
serta membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya
secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa dilakukan secara konsisten.
 Dapat Dipahami, Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah dikatakan dapat dipahami jika
pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan
dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat
dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap
pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi
dalam laporan keuangan pemerintah harus menggunakan
format/bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna.
E. ELEMEN LAPORAN KEUANGAN
Elemen laporan keuangan adalah  Pendapatan (Revenue) adalah
komponen-komponen utama yang arus masuk ekonomi yang
digunakan untuk menyajikan dihasilkan oleh entitas sebagai
informasi keuangan dalam laporan hasil dari aktivitas
keuangan. Berikut penjelasan operasionalnya, seperti
singkat mengenai setiap elemen penjualan produk atau jasa.
laporan keuangan:  Biaya (Expenses) adalah
 Aset (Assets) adalah sumber pengeluaran atau pengurangan
daya ekonomi yang dimiliki oleh ekonomi yang terkait dengan
entitas yang diharapkan aktivitas operasional entitas.
memberikan manfaat ekonomi di 
Laba atau Rugi (Profit or Loss)
masa depan.
adalah selisih antara pendapatan
 Kewajiban (Liabilities) adalah dan biaya. Jika pendapatan
kewajiban finansial entitas melebihi biaya, hasilnya adalah
kepada pihak lain yang harus laba. Jika biaya melebihi
dipenuhi di masa depan. pendapatan, hasilnya adalah
 Ekuitas (Equity) mewakili bagian rugi.
residual dari aset entitas setelah
dikurangkan dengan kewajiban.
F. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Pengakuan dan pengukuran (recognition and measurement) adalah
prinsip-prinsip penting dalam akuntansi yang mengatur bagaimana entitas
harus mengenali (mengakui) dan mengukur elemen-elemen dalam laporan
keuangan. Berikut penjelasan singkat tentang kedua konsep ini:
 Pengakuan (Recognition) mengacu pada proses formal di mana suatu
elemen keuangan (seperti aset, kewajiban, pendapatan, atau biaya)
diakui atau dicatat dalam laporan keuangan. Pengakuan menentukan
kapan suatu peristiwa atau transaksi harus diakui dalam laporan
keuangan. Prinsip pengakuan ini memastikan bahwa elemen-elemen
yang signifikan dan relevan diakui sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku.
 Pengukuran (Measurement) mengacu pada cara nilai nominal atau
jumlah yang harus diberikan pada elemen yang diakui. Terdapat
beberapa metode pengukuran yang digunakan dalam akuntansi,
termasuk nilai historis (historical cost), nilai wajar (fair value), biaya
perolehan yang diizinkan (allowed cost), dan nilai sekarang (present
value). Metode pengukuran yang digunakan akan bergantung pada
jenis elemen dan asumsi dasar yang relevan.
5 KRITIK KERANGKA KONSEPTUAL

Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek


konseptual. Karena banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak
semua,tetapi sebagian dapat dikatakan berhasil dalam proyek rerangkak
onseptual ini, namun keberhasilan proyek rerangka konseptual
tersebutberjalan agak lambat. $nalisis terhadap kritik tersebut akanmem
ungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa kerangka
konseptual tersebut berkembang lambat. Hal tersebut hendaknya
menjadiperhatian dan membantu pengembangannya di indonesia atau
memperbaiki bagian-bagian yang masih memiliki kelemahan tersebut
secara terencana dan kontinyu.
Teori Akuntansi Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin). Ada dua
pendekatan yang dapat digunakan
dalam analisis tersebut. Pertama adalah dengan menganggap bahwa
Kerangka konseptual seharusnya merupakan PendekataN ”Ilmiah”
(scientific),yang didasarkan pada metoda-metoda yang umumnya
digunakan dalam penelitian ilmiah dan kedua Pendekatan Profesional
(godjali 2001,147),
 Kerangka konseptual seharusnya merupakan pendekatan ilmi
ah yang mampu membenarkan observasi berdasarkan
logika dan bukti empiris. focus dalam kritik ilmiah
terbagi dalam 3 bagian yaitu :
•asumsi ontology dan epistimologi
•Kerancuan penalaran
•Disiplin yang tidak ilmiah.

 Pedekatan yang dipusatkan pada pemilihan tindakan yang


dianggap paling baik berdasarkan nilai-
nilai professional riset positif. Focus nilai professional dibagi
3 bagian yaitu :
•Riset positif
•Kerangka konseptual sebgai dokumen kebijakan
•self preservation
MAMPUKAH KERANGKA KONSEPTUAL
MENYELESAIKAN SEMUA MASALAH? 6
Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek kerangka konseptual FASB
merupakan proyek yang dianggap paling maju menciptakan “konstitusi
akuntansi”. Agar efektif, kerangka tersebut harus bisa diterima secara
umum, menggambarkan perilaku kolektif, dan melindungi kepentingan
publik di bidang kegiatan yang dipengaruhi oleh pelaporan keuangan.
Kerangka konseptual mungkin tidak mampu menyelesaikan semua
masalah yang berkaitan dengan penentuan standar akuntansi.
Kerangka konseptual harus dapat dipraktikan dan dapat diterima oleh
semua pihak yang berkepentingan. Kemampuan kerangka konseptual
untuk dapat dipraktikan mungkin dihadapkan pada masalah yang
berkaitan dengan tingkat “keabstrakan” dari karakeristik kualitatif dan
rekomendasi lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menentukan keberterimaan kerangka konseptual adalah dengan
memastikan kelayakan (soundness) atas penalaran yang melandasi
elemen kerangka konseptual (Belkaoui, 1993: p.213).
Jadi kerangka konseptual harus betul-betul dapat digunakan untuk
memecahkan isu-isu akuntansi yang kontroversial. Yang terakhir, dalam
kaitannya dengan masalah penilaian aktiva, Dopuch dan Sunder
menyimpulkan bahwa tidak ada kerangka konseptual yang mampu mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam praktik terutama yang berkaitan
dengan masalah reliabilitas (keandalan).
Isu lain yang berkaitan dengan kerangka konseptual dapat dilihat pada
bagian berikut ini.
Pertama, kerangka konseptual telah dianggap sebagai bentuk konstitusi.
Meskipun demikian ada perbedaan yang mendasar antara kerangka
konseptual dengan konstitusi. Solomon (1986) mengajukan perbedaan
tersebut sebagai berikut :
 Konstitusi memiliki kekuatan hukum. Sedangkan kerangka konseptual
tidak memiliki otoritas pelaksanaan.
 Konstitusi terdiri dari elemen yang bersifat arbitrer, seperti jangka waktu
pemilihan, jumlah anggota parlemen dan lain-lain. Sedangkan dalam
kerangka konseptual tidak ada ruang untuk sesuatu yang bersifat arbitrer.
 Ada perbedaan yang signifikan diantara berbagai negara di dunia dalam
merancang konstitusi. Sedangkan untuk kerangka konseptual mungkin
perbedaan tidak begitu material.
Kedua, Miller (1985) mengatakan bahwa ada 8 mitos
yang berkaitan dengan kerangka konseptual, yaitu :
 Accounting Principles Board  Kerangka konseptual FASB
mengalami kegagalan karena hanya mencakup status quo
badan tersebut tidak dari praktik akuntansi.
memiliki kerangka 
Proyek kerangka konseptual
konseptual.
membutuhkan dana yang
 FASB tidak akan berhasil lebih besar dari yang
kalau tidak memiliki seharusnya.
kerangka konseptual.  FASB akan merevisi standar
 Kerangka konseptual akan yang ada, agar konsisten
menghasilkan standar yang dengan kerangka konseptual.
konsisten.  FASB telah membatalkan
 Kerangka konseptual dapat kerangka konseptual.
mengatasi standar yang
berlebihan (overload).

Anda mungkin juga menyukai