MAULIDAYNA ANJALY EMILIANA LUMINATA FATRI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS M. DHANU SURYA PRATAMA NAMA PROGRAM STUDI MANAJEMEN 1 KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual akuntansi merupakan sekumpulan
konsep-konsep yang mendasari pelaporan keuangan. Yang dimaksud konsep-konsep dasar pelaporan keuangan yaitu gagasan-gagasan serta ide mengenai apa yang seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan serta bagaimana melaporkannya. Kumpulan gagasan dan ide-ide tersebut menjadi pedoman dalam menentukan informasi-informasi apa saja yang perlu disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum (general-purpose financial statements). 2 Mengapa tetap dibutuhkan suatu kerangka konseptual ?
Adanya kerangka konseptual diharapkan membuat standar-standar
akuntansi yang diterbitkan menjadi konsisten. Dengan begitu, diharapkan tidak ada standar akuntansi yang saling bertentangan dalam hal klasifikasi akun atau peristiwa ekonomi (dicatat sebagai pendapatan, beban, aset, kewajiban, atau ekuitas). Kerangka konseptual akuntansi membantu berbagai pihak dalam memahami dan menginterpretasi standar-standar akuntansi yang ada. Karena standar-standar akuntansi dikembangkan dengan berdasar pada kerangka konseptual, maka interpretasi atas standar-standar akuntansi tersebut tidak akan jauh dari konsep-konsep dalam kerangka konseptual tersebut. 3 PERUMUSAN KERANGKA KONSEPTUAL 1. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi : • Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas binis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit. • Untuk membantu investor yang ada potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. • Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhdap sumber daya trsbt, dan perubahan didalamnya. Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan umum. 2. Karatarestik kualitatif informasi Akuntansi (Yaitu informasi akuntansi yang memiliki 2 kualitas adalah kualitas primer & kualitas sekunder)
Kualitas Primer Relevensi dan keandalan yang harus melekat
pada informasi Akuntansi. Relevansi. Informasi yang mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan. Keandalan. Informasi yang dianggap andal jika dapat diverifikasi, Netral, disajikan secara tepat serta bebas dari kesalahan dan Bia (Penyimpangan). Keberdayaujian. Informasi yang dapat di Uji kebenarannya. Kenetralan. Informasi Akuntansi dimaksud untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu. Kejujuran Penyajian. Adanya kesesuain antara fakta dan Informasi yang disampaikan. Kualitas Sekunder, Yang memiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan dan Konsistensi. A) Elemen laporan Keuangan Aset, Kewajiban, Ekuitas, Investasi Pemiliki, Distribusi kepada Pemilik, Laba Komprenshif, Pendapatan, beban ,Keuntungan, Kerugian.
Postulate (Prinsip dan Keterbatasan), Tingkat 3 kerangka konseptual
terdiri dari konsep yang diapakai untuk mengimplementasi tujuan dasar dari tingkat pertama. Asumsi dasar, anggapan yg digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikan. Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisahdari pihak-pihak yang memiliki kepentingan pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya. Going Concern Kontinuitas Usaha Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana yang psati bahwa perusahaan akan dibubarkan,maka kegiatan perusahaan dianggap akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. “implikasi dari asumsi ini adalah Kontinuitas usaha memerlukan laporan keuangan Periodik sebagai evaluasi kinerja perusahaan jangka pendek. Laporan keuangan periodic bersifat tentative, yang hanya menyajikan informasi Sementara untuk satu periode tertentu. Laporan Laba Rugi hanya menunjukan hasil usaha dalam Jangka Pendek. Neraca menunjukan potensi jasa yang masih dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan periode Berikut. KERANGKA KONSEPTUAL INDONESIA 4 Kerangka Konseptual di Indonesia pertam kali di kenal pada bulan September tahun1994. Karena pada saat itu juga Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) memutuskan untuk mengadopsi kerangka konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee atau yang biasa dikenal dengan sebutan IASC sebagai dasar penyusunan, penyajian dan informasi keuangan di Indonesia. Kebijakan tersebut disetujui oleh Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh pengurus IAI pada tanggal 7 September 1994. Dan IAI menamakan kerangka konseptual Indonesia dengan istilah “Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan” atau disingkat dengan KDPPLK. Dan juga merupakan hasil suatu proses penalaran dan pemikiran akuntansi yang diharapkan berlaku dalam lingkungan dan kondisi tertentu yang merupakan pemilihan faktor-faktor dan konsep-konsep yang relevan. A. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL Tujuan krerangka konseptual adalah untuk menmbantu berbagai pihak dalam mencapai tujuan tertentu yang berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul. Keguanaan dari kerangka konseptual dapat digunakan oleh beberapa pihak untuk menjalankan kegiatannya yaitu sebagai berikut: Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah- masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkaninformasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuagan. B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN Menurut IAI tujuan lapoaran keuangan KDPPLK adalah “menyediakan informasi mengenai posisi keuangan , kinerja, dan perubahan posisi keuangan satu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Dan IAI juga mengidentifikasi para pemakai laporan keuangan yaitu: Investor: mengenai kemampuan perusahaan membayar dividen. Kreditor: untuk membantu mereka memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapay diabyar pada waktu jatuh tempo. Karyawan: mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, dan Kemampuan memberi pensiun dan kesempatan kerja. Pelanggan: tentang kelangsungan hidup perusahaan terutama bagi mereka Yang memiliki perjanjian jangka panjang dengan perusahaan. Pemerintah: mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan Pajak, dan untuk menyusun statistik pendatan nasional dan lain-lain. Masyarakat: tentang kecenderungan dan perkembangan terakhir Kemakmuran perusahaan serta berbagai aktivitas yang menyertainya. C. ASUMSI DASAR Asumsi dasar adalah prinsip-prinsip dasar yang membentuk landasan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Secara umum, asumsi dasar dalam akuntansi mencakup beberapa konsep kunci: Asumsi Kelangsungan Usaha (Going Concern): Mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus beroperasi dalam waktu yang dapat diprediksi, sehingga laporan keuangan disusun dengan mempertimbangkan keberlanjutan usaha. Jika ada keraguan tentang kelangsungan usaha, laporan keuangan harus disusun dengan metode yang berbeda. Asumsi Nilai Historis (Historical Cost): menyatakan bahwa aset dan kewajiban harus diukur berdasarkan biaya historis saat mereka diperoleh atau dibebankan. Ini berarti bahwa nilai aset dan kewajiban tidak selalu mencerminkan nilai pasar saat ini. Asumsi Periode Akuntansi (Accounting Period): Asumsi ini mengacu pada praktik membagi waktu ke dalam periode akuntansi, biasanya satu tahun, untuk menyusun laporan keuangan. Hal ini memudahkan perbandingan dan analisis kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Asumsi Konsistensi (Consistency): Asumsi ini mengharuskan perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang sama dari tahun ke tahun, kecuali jika ada alasan yang cukup untuk mengubahnya. Konsistensi memastikan bahwa laporan keuangan dapat dibandingkan dari satu periode ke periode lainnya. Asumsi Realisasi (Realization): mengatakan bahwa pendapatan harus diakui ketika suatu transaksi atau peristiwa telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Ini berarti bahwa pendapatan tidak selalu diakui pada saat uang diterima, tetapi pada saat hak untuk menerima pendapatan telah terwujud. Asumsi-asumsi dasar ini adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam akuntansi untuk menciptakan dasar yang konsisten dan relevan dalam penyusunan laporan keuangan. Prinsip-prinsip ini membantu memastikan bahwa informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. D. KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN KENDALA INFORMASI Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) No 01 – Tentang Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan, Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya atau menghasilkan informasi yang berkualitas. empat karakteristik kualitatif yaitu : Relevan, Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki manfaat sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Keandalan suatu informasi sangat trgantung pada kebenaran dan kemampuan suatu informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan yang sebenarnya. Dapat Dibandingkan, Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara konsisten. Dapat Dipahami, Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah dikatakan dapat dipahami jika pengguna mengerti dengan informasi-informasi yang disajikan dan mampu menginterpretasikannya. Hal ini dapat terlihat dari manfaat informasi yang disajikan tersebut terhadap pengambilan keputusan. Untuk itu, penyajian informasi dalam laporan keuangan pemerintah harus menggunakan format/bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. E. ELEMEN LAPORAN KEUANGAN Elemen laporan keuangan adalah Pendapatan (Revenue) adalah komponen-komponen utama yang arus masuk ekonomi yang digunakan untuk menyajikan dihasilkan oleh entitas sebagai informasi keuangan dalam laporan hasil dari aktivitas keuangan. Berikut penjelasan operasionalnya, seperti singkat mengenai setiap elemen penjualan produk atau jasa. laporan keuangan: Biaya (Expenses) adalah Aset (Assets) adalah sumber pengeluaran atau pengurangan daya ekonomi yang dimiliki oleh ekonomi yang terkait dengan entitas yang diharapkan aktivitas operasional entitas. memberikan manfaat ekonomi di Laba atau Rugi (Profit or Loss) masa depan. adalah selisih antara pendapatan Kewajiban (Liabilities) adalah dan biaya. Jika pendapatan kewajiban finansial entitas melebihi biaya, hasilnya adalah kepada pihak lain yang harus laba. Jika biaya melebihi dipenuhi di masa depan. pendapatan, hasilnya adalah Ekuitas (Equity) mewakili bagian rugi. residual dari aset entitas setelah dikurangkan dengan kewajiban. F. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pengakuan dan pengukuran (recognition and measurement) adalah prinsip-prinsip penting dalam akuntansi yang mengatur bagaimana entitas harus mengenali (mengakui) dan mengukur elemen-elemen dalam laporan keuangan. Berikut penjelasan singkat tentang kedua konsep ini: Pengakuan (Recognition) mengacu pada proses formal di mana suatu elemen keuangan (seperti aset, kewajiban, pendapatan, atau biaya) diakui atau dicatat dalam laporan keuangan. Pengakuan menentukan kapan suatu peristiwa atau transaksi harus diakui dalam laporan keuangan. Prinsip pengakuan ini memastikan bahwa elemen-elemen yang signifikan dan relevan diakui sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pengukuran (Measurement) mengacu pada cara nilai nominal atau jumlah yang harus diberikan pada elemen yang diakui. Terdapat beberapa metode pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, termasuk nilai historis (historical cost), nilai wajar (fair value), biaya perolehan yang diizinkan (allowed cost), dan nilai sekarang (present value). Metode pengukuran yang digunakan akan bergantung pada jenis elemen dan asumsi dasar yang relevan. 5 KRITIK KERANGKA KONSEPTUAL
Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek
konseptual. Karena banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak semua,tetapi sebagian dapat dikatakan berhasil dalam proyek rerangkak onseptual ini, namun keberhasilan proyek rerangka konseptual tersebutberjalan agak lambat. $nalisis terhadap kritik tersebut akanmem ungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa kerangka konseptual tersebut berkembang lambat. Hal tersebut hendaknya menjadiperhatian dan membantu pengembangannya di indonesia atau memperbaiki bagian-bagian yang masih memiliki kelemahan tersebut secara terencana dan kontinyu. Teori Akuntansi Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin). Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis tersebut. Pertama adalah dengan menganggap bahwa Kerangka konseptual seharusnya merupakan PendekataN ”Ilmiah” (scientific),yang didasarkan pada metoda-metoda yang umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah dan kedua Pendekatan Profesional (godjali 2001,147), Kerangka konseptual seharusnya merupakan pendekatan ilmi ah yang mampu membenarkan observasi berdasarkan logika dan bukti empiris. focus dalam kritik ilmiah terbagi dalam 3 bagian yaitu : •asumsi ontology dan epistimologi •Kerancuan penalaran •Disiplin yang tidak ilmiah.
Pedekatan yang dipusatkan pada pemilihan tindakan yang
dianggap paling baik berdasarkan nilai- nilai professional riset positif. Focus nilai professional dibagi 3 bagian yaitu : •Riset positif •Kerangka konseptual sebgai dokumen kebijakan •self preservation MAMPUKAH KERANGKA KONSEPTUAL MENYELESAIKAN SEMUA MASALAH? 6 Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek kerangka konseptual FASB merupakan proyek yang dianggap paling maju menciptakan “konstitusi akuntansi”. Agar efektif, kerangka tersebut harus bisa diterima secara umum, menggambarkan perilaku kolektif, dan melindungi kepentingan publik di bidang kegiatan yang dipengaruhi oleh pelaporan keuangan. Kerangka konseptual mungkin tidak mampu menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan penentuan standar akuntansi. Kerangka konseptual harus dapat dipraktikan dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Kemampuan kerangka konseptual untuk dapat dipraktikan mungkin dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan tingkat “keabstrakan” dari karakeristik kualitatif dan rekomendasi lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keberterimaan kerangka konseptual adalah dengan memastikan kelayakan (soundness) atas penalaran yang melandasi elemen kerangka konseptual (Belkaoui, 1993: p.213). Jadi kerangka konseptual harus betul-betul dapat digunakan untuk memecahkan isu-isu akuntansi yang kontroversial. Yang terakhir, dalam kaitannya dengan masalah penilaian aktiva, Dopuch dan Sunder menyimpulkan bahwa tidak ada kerangka konseptual yang mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam praktik terutama yang berkaitan dengan masalah reliabilitas (keandalan). Isu lain yang berkaitan dengan kerangka konseptual dapat dilihat pada bagian berikut ini. Pertama, kerangka konseptual telah dianggap sebagai bentuk konstitusi. Meskipun demikian ada perbedaan yang mendasar antara kerangka konseptual dengan konstitusi. Solomon (1986) mengajukan perbedaan tersebut sebagai berikut : Konstitusi memiliki kekuatan hukum. Sedangkan kerangka konseptual tidak memiliki otoritas pelaksanaan. Konstitusi terdiri dari elemen yang bersifat arbitrer, seperti jangka waktu pemilihan, jumlah anggota parlemen dan lain-lain. Sedangkan dalam kerangka konseptual tidak ada ruang untuk sesuatu yang bersifat arbitrer. Ada perbedaan yang signifikan diantara berbagai negara di dunia dalam merancang konstitusi. Sedangkan untuk kerangka konseptual mungkin perbedaan tidak begitu material. Kedua, Miller (1985) mengatakan bahwa ada 8 mitos yang berkaitan dengan kerangka konseptual, yaitu : Accounting Principles Board Kerangka konseptual FASB mengalami kegagalan karena hanya mencakup status quo badan tersebut tidak dari praktik akuntansi. memiliki kerangka Proyek kerangka konseptual konseptual. membutuhkan dana yang FASB tidak akan berhasil lebih besar dari yang kalau tidak memiliki seharusnya. kerangka konseptual. FASB akan merevisi standar Kerangka konseptual akan yang ada, agar konsisten menghasilkan standar yang dengan kerangka konseptual. konsisten. FASB telah membatalkan Kerangka konseptual dapat kerangka konseptual. mengatasi standar yang berlebihan (overload).
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda