Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KONSEP KETUHANAN AGAMA ISLAM


KELOMPOK 2
NAMA : FAHRINA A. ABJAN
AUJI FANKA AMANA
SAGITA WULANDARI
ALIA RAMADHANI
SURIYANI HALIK
ADEWIA A. RASID
JUAN FARHAN DJALALLUDIN
RIZAL
KELAS : 1C
PRODI : MANAJEMEN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi mah
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Konsep ketuhanan agama islam.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan media soaial sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca dan pendengar agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata berharap semoga makalah ini tentang “konsep ketuhanan
agama islam” dapat memberikan manfaat inspirasi terhadap pembaca.
A. SIAPA TUHAN ITU ?
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai
untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya dalam QS.45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu: “Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?”Dalam QS. 28 (Al-
Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan
Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku.”Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa
perkataan ilah bias mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau
keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi
dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal
(mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun).
Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting)
oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas.
Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan
dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Ibnu
Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut: Al-ilah ialah yang dipuja
dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya
(M.Imaduddin,1989:56) Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa
saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis,
tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia
pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang
komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi
atau angan-angan (utopia) mereka.
B. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan

  Pemikiran Barat
 Yang dimaksud dengan konsep Ketuhanan menurut
pemikiran manusia adalah hasil pemikiran tentang Tuhan baik melalui
pengalaman lahiriah maupun batiniah dari penelitian rasional, maupun
pengalaman batin.

Max Muller berpendapat bahwa konsep pemikiran barat tentang


Tuhan mengalami evolusi yang diawali dengan Dinamisme, Animisme,
Politeisme, Henoteisme, dan puncak tertingginya monoteisme (Nisbi).
Pemikiran tentang Tuhan sebagaimana di atas, hasil pendekatannya
adalah budaya, Arnold Toynbe mengatakan: “Monoteisme bukan hasil
akhir dan proses pemikiran tentang Tuhan, sebab orang yang sudah
maju dalam intelektualitasnya sangat mungkin justru berputar
mundur dalam bertuhan, yakni animistis”.
 Pemikiran Islam
Pemikiran tentang Tuhan dalam islam melahirkan ilmu kalam,
ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin dikalangan umat Islam, setelah
wafatnya Nabi Muhammad Saw. Aliran-aliran tersebut ada yang
bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga
corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan
(teologi) dalam Islam. Aliran-aliran tersebuut adalah:
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang
sangat menekankan penggunaan akal dalam memahami semua
ajaran Islam. Dalam menganalisis masalah ketuhanan, mereka
memakai bantuan ilmu logika guna mempertahankan keimanan.
2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia
memiliki kebebasan berkehendak dan berbuat.1[5] Manusia berhak
menentukan dirinya kafir atau mukmin sehingga mereka harus
bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam
perbuatan manusia.
C. Tuhan menurut agama-agama lain
 Islam, menyebutkan nama Tuhan dengan sebutan Allah. Nama allah dapat
dilihat pada surat Al Ikhlas ayat 1 dan 2. Dapat dilihat juga pada surat Al Fatihah
ayat 1, Al-Hajj ayat 73 dan ayat-ayat lain
 Katolik dan Kristen
Ajaran ketuhanan dalam Kristen termasuk Gereja Romawi Katholik adalah
sebagaimana tercantum dalam Kredi imam Rasuli yaitu Tri Tunggal yang terdiri dari
Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus, ketiganya adalah pribadi Allah.
 Hindu
 Ajaran ketuhanan sebagaimana tertuang dalam Rg veda 1.1164, mereka menyebut
Tuhannya dengan Indra, Mitra, Waruna, Agni. Dalam istilah Tuhan Yang Maha Esa,
disebut Dewa. Dewa mengandung dua pengertian yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan
Dewa yang diciptakan yang paling tinggi
 Budha
Budha adalah sebutan bagi orang yang mencapai kesempurnaan. Orang yang
mencapai kesempurnaan adalah Sidharta Gautama.
 D. Pembuktian wujud tuhan

  Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan

Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi


Islam, yaitu Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah
swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak
selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah
yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda,
tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan bumi, surga dan
neraka.

Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa


dirinya ada dan percaya pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik,
semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan
yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya
ada dan percaya pula bahwa alam ini juga ada. Jika kita
percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita
harus percaya tentang adanya penciptaan alam semesta.
Pernyataan yang mengatakan “Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang
tidak benar”.

Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu


yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala
sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan
pencipta itu tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita
yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini
adalah Allah Swt.
 Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali.
Dalam pengertian lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini
jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hokum
kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum
keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan
energi panas yang membuktikan bahwa adanya alam ini
mungkin azali.

Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu


berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak
panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni
energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak
panas berubah menjadi panas. Perubahan energy yang ada
dengan energi yang tidak ada.
 Argumentasi Qur’ani

Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya
“Seluruh puja dan puji hanyalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”. Lafadz Rabb
dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah Allah Swt. Allah Swt sebagai
“Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la ayat 2-3, yang
terjemahannya “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan, yang
menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”.

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya,
yaitu alam semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan memberi
petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu
Allah Swt. Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam
adalah jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode
dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.
Allah berfirman

Dalam menciptakan sesuatu memang Allah


tinggal berfirman Kun Fayakun yang artinya jadilah maka
jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan Allah
berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu
enam periode. Hal ini agar manusia dapat meneliti
dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga
muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.
Kesimpulan

Konsep tentang Ketuhanan, menurut pemikiran manusia, berbeda


dengan konsep Ketuhanan menurut ajaran Islam. Konsep Ketuhanan
menurut pemikiran manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme,
tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti
ajaran Allah tidak fungsional. Paham panteisme meyakini Tuhan berperan,
namun yang berperan adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya. Sedangkan konsep
ketuhanan dalam Islam justru intinya adalah konsep ketuhanan secara
fungsional. Maksudnya, fokus dari konsep ketuhanan dalam Islam adalah
bagaimana memerankan ajaran Allah dalam memanfaatkan ciptaan-Nya.
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam.

Anda mungkin juga menyukai