Anda di halaman 1dari 8

Perspektif

Perawatan Paliatif

Ns. Nita Sukamti, M.Kep.


1. Perspektif Pelegalan Euthanasia di Indonesia

 Menurut Suetonis dalam bukunya Vita Ceasarum yang di


kutip oleh Vitasari merumuskan bahwa Euthanasia adalah
mati cepat tanpa derita, Pada perkembangan selanjutnya,
istilah Euthanasia diartikan sebagai pengakhiran kehidupan
karena belas kasihan (mercy killing) dan membiarkan
seseorang untuk mati (mercy death). Kemudian, ada juga
yang mengartikannya sebagai good or happy deaths.
 Menyinggung masalalı kematian, dari berbagai literatur
diketahui bahwa menurut cara terjadinya, kematian
digolongkan ke dalanı tiga jenis kematian, yakni
 Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi karena suatu
proses alamiah.
 Dysthanasia, yaitu suatu kematian yang terjadi secara
tidak wajar.
 Euthanasia, yaitu suatu kematian yang terjadi dengan
pertolongan atau tidak dengan pertolongan tenaga medis
 Belanda menerbitkan undang-undang yang mengizinkan euthanasia.
Undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April
2002, yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia
yang melegalisasi praktik euthanasia. Pasien-pasien yang mengalami
sakit menahun dan tak tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri
penderitaannya.
 Tetapi perlu ditekankan, bahwa dalam Kitab Hukum Pidana Belanda
secara formal euthanasia dan bunuh diri berbantuan masih
dipertahankan sebagai perbuatan kriminal.
 Sedangkan di Indonesia, di dalam KUIP tidak ditemukan pasal yang
secara eksplisit mengatur tentang Euthanasia. Pasal rujukan yang
digunakan mengenai pelarangan akan tindakan Euthanasia adalah Pasal
344 KUHP yaitu mengenai pembunuhan yang dilakukan dengan
permintaan sangat dan tegas olch korban. Bunyi Pasal 344 KUHP yaitu:
"Barangsiapa menghilangkan jiva orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dun dengan sungguh-
sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.“
 Selain itu, Pemberlakuan kriteria dan SOP tindakan Euthanasia yang
telah di praktekan di Belanda dapat diberlakukan tetapi tidak mungkin
pada hukum Indonesia di masa mendatang, untuk melegalkan tindakan
Euthanasia, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku
di Indonesia. Salalı satınya ialalı Ideologi Pancasila, merupakan dasar
dari semua Tindakan (Vitasari, 2020),
Perspektif Global Mengenai Perawatan Paliatif

 Menurut Pereira dkk. Dalam jurnal Nursing education on palliative


care across Europe: Results and recommendations from the EAPC
Taskforce on preparation for practice in palliative care nursing across
the EU based on an online-survey and country reports 2021
menyatakan bahwa setiap tahun, lebih dari 29 juta orang di seluruh
dunia meninggal karena penyakit yang membutuhkan perawatan
paliatif. Sebagian besar orang dewasa yang membutuhkan perawatan
paliatif meninggal karena kanker.
 Menurut perkiraan Institut Kanker Nasional AS (2019), jumlalı kasus
kanker baru per tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 23,6 juta
pada tahun 2030. Perawatan paliatif onset dini bersamaan dengan
pengobatan kuratif dapat mengurangi penggunaan layanan kesehatan
dan medis serta rawat inap yang tidak perlu (Pereira, dkk.2021).
 Adapun penelitian-penelitian yang dilakukan di negara yang
berbeda dan dari perspektif yang berbeda menyimpulkan bahwa
kurang dari 8% kematian pasien di rumah sakit atau rawat inap di
rumah sakit di tahun terakhir kehidupan berpotensi tidak tepat dan
dapat dihindari.
 Hal ini menunjukkan perlunya agenda penelitian untuk bergerak
menentukan bagaimana rumah sakit dapat dioptimalkan untuk
lebih memenuhi kebutuhan orang-orang dengan penyakit yang
membatasi kelúdupan dan keluarganya.
 Menurut Robinson dkk. Dalam Jurnal. A qualitative study exploring
the benefits of hospital admissions from the perspectives of patients
with palliative care needs, Menentang pandangan yang berlaku
balıwa orang dengan kebutuhan perawatan paliatif tidak ingin berada
di rumah sakit; sebaliknya, mereka sering melihat rumah sakit
sebagai 'tempat yang aman dan mengidentifikasi sejumlah manfaat
yang terkait dengan penerimaan.
 Dalam studi lanjutan, penulis menenumkan bahwa orang yang tinggal
di daerah kekurangan melaporkan lebih banyak manfaat dari masuk
rumah sakit daripada mereka yang tinggal di daerah yang lebih kaya.
Hal ini menunjukkan perlunya memperhatikan faktor struktural yang
mempengaruhi harapan dan pengalaman individu rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai