Anda di halaman 1dari 29

MENINGITIS

OLEH
GHITA ATIKA SULAM (151501087)
EMELIYANI BR. GINTING (151501089)
JOULE DCM (151501225)
NABILA DELI SYAFARINA LUBIS (151501226)
SALMA IRADATILLAH (151501242)
INDRI P. SEMBIRING (151501252)
ESTER FEBRINA HUTABARAT (151501257)
SYLVIA PANDIANGAN (151501259)
ATIKA FIRMANSYAH (141501150)
ARFAH NURHAZ SIREGAR (141501148)
Meningitis

 Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meninges, suatu


membran yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang
belakang). Meningitis dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus,
fungi, juga karena kejadian non-infeksi seperti inflamasi karena
pengobatan, cochlear implant, atau keganasan.

 Proses penting dalam masuknya bakteri meningitis adalah


kolonisasi nasofaringeal pada host oleh bakteri patogen. Bakteri
tersebut pada awalnya menempel pada sel epitel nasofaringeal
kemudian fagositasi ke sirkulasi darah host.
 Meningitis merupakan
peradangan pada selaput
otak (meningen).
 Fungsi utama dari
meningen adalah untuk
melindungi system saraf
pusat-otak dan sumsum
tulang belakang.
Etiologi
Meningitis Merupakan Penyakit yang menyerang otak manusia,
menyebabkan peradangan pada meninges. Meningitis
disebabkan 5 faktor utama:

1. Meningitis akibat bakteri


Penyebab umum meningitis akibat bakteri berdasarkan
usia dan faktor resiko
2. Meningitis akibat virus

Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran


darah dan bergerak menuju meninges atau selaput pelindung otak dan
saraf tulang belakang. Ketika telah sampai di meninges, virus pun
dapat menyebabkan radang atau meningitis.
Berikut ini adalah beberapa contoh virus yang dikenal bisa
menyebabkan meningitis :

 Entero viruses : biasanya menyebabkan infeksi perut


 Virus herpes simplex : penyebab herpes genital
 Virus cacar air
 Virus campak
 Virus influenza
 Virus penyakit gondong (Mumps)
3. Meningitis akibat jamur
Meningitis jamur termasuk penyakit yang langka. Penyebab umum
meningitis jamur adalah Cryptococcus. Jamur tersebut akan menyebar dalam
aliran darah dan masuk ke sumsum tulang belakang.

4. Meningitis akibat parasit


Meningitis parasit atau primary amebic meningoencephalitis yang biasanya
disebabkan amuba dan mematikan. Naegleria fowleri merupakan jenis
amuba yang umumnya menjadi penyebab meningitis parasit.

5. Meningitis non-infeksi
Meningitis jenis ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
 Kanker
 Penyakit lupus
 Beberapa obat
 Cedera kepala
 Pembedahan otak
Patologi

 Fraktur tengkorak dengan kerusakan SSP merupakan penyebab utama


meningitis. Infeksi yang dekat dengan meningen berpotensial menimbulkan
meningitis seperti sinusitis , mastoiditis , otitis media (infeksi telinga tengah) ,
dan osteomeolitis pada tulang tengkorak. Infeksi menyebar secara limfogen
(melalui kelenjar limfa ke medula spinalis atau retroperitonial.

 Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ


atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringitis, tonsilitis,
pneumonia, broncho pneumonia dan endokarditis. Penyebaran bakteri/virus
dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang
ada di dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis,
trombosis sinus kavernosus dan sinusitis.
 Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam
ruang sub-araknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah
meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang
sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam
ruang sub-arakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari
terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel
plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar
mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan
dalam terdapat makrofag.

 Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks
dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-
purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis yang disebabkan
oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.
GEJALA
PENYAKIT
MENINGITIS :
• Gelisah
• Demam tinggi
• Kaku pada leher
• Terlihat bingung dan
kurang responsif
• Mudah mengantuk
• Ruam merah
• Sensitif terhadap
cahaya
• Sakit pada sendi
• Muntah
• Kejang
Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddath (2002), gejala meningitis diakibatkan dari


infeksi dan peningkatan tekanan intra kranial :

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering).


Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai
akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama ada
perjalanan penyakit.

2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,


dan koma dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit. Perubahan
yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respon
individu terhadap proses fisiologi.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb
 Rigiditas nukal (kaku leher), upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
 Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna
 Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.

4. Mengalami fotophobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya, akibat


iritasi syaraf-syaraf kranialis

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan tekanan intra
kranial akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda
perubahan karakterisitik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal, terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam
ptekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang
luas

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam


tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan
tanda koagulapati intravaskuler diseminata

8. Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasikan


melalui biakan kuman pada cairan serebrospinal dan darah.
Counter Immuno Electrophoresis (CIE) digunakan secara luas
untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya
cairan serebrospinal dan urine.
Stadium

Gejala klinik meningitis berdasarkan stadium adalah sebagai berikiut:

• Stadium I : Stadium prodomal berlangsung lebih kurang 2 sampai 3


bulan. Permulaan penyakit ini bersifat sub akut, sering panas atau kenaikan
suhu yang ringan atau hanya dengan tanda-tanda infeksi umum, tak ada nafsu
makan, muntah-muntah, murung, berat badan turun, tak ada gairah, mudah
tersinggung, cengeng, tidur terganggu dan gangguan kasadaran berupa apatis,
gejala-gejala tadi lebih sering terlihat pada anak kecil. Anak yang lebih besar
mengetahui nyeri kepala, tak ada nafsu makan, obstipasi, muntah-muntah,
pola tidur terganggu; pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
nyeri kepala, konstipasi, tak ada nafsu makan, foto fobia, nyeri punggung,
halusinasi, delusi dan sangat gelisah.

.
 Stadium II : Gejala-gejala terlihat lebih berat, terdapat kejang umum atau
fokal terutama pada anak kecil dan bayi. Tanda-tanda rangsangan meningeal
mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku dan timbul opistotonus,
terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, ubun-ubun menonjol
dan muntah lebih hebat. Nyeri kepala bertambah berat dan progresif
menyebabkan si anak berteriak dan menangis dengan nada yang khas yaitu
meningeal cry. Kesadaran makin menurun Terdapat gangguan nervus kranial
antara lain : N II, III, IV, VI, VII dan VIII. Dalam stadium ini dapat terjadi
defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, hemiplegia karena infark otak dan
rigiditas deserebrasi. Pada funduskopi dapat ditemukan atrofi N. II dan koroid
dan ukurannya sekitar setengah diameter papil.
• Stadium III: Dalam stadium ini suhu tidak teratur dan semakin
tinggi yang disebabkan oleh terganggunya regulasi pada diensefalon.
Pernapasan dan nadi juga tidak teratur dan terdapat gangguan dalam
bentuk cheyne-stokes atau kussmaul. Gangguan miksi berupa retensi atau
inkontinesia urin. Di dapatkan pula adanya gangguan kesadaran makin
menurun sampai koma yang dalam. Pada stadium ini penderita dapat
meninggal dunia dalam waktu 3 minggu bila tidak memperoleh
pengobatan sebagaimana mestinya.
Prognosis

 Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang


menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis
meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin
jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.

 Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis


purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle
(akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan
perkembangan mental, dan 5 – 10%penderita mengalami kematian.
Prognosis

 Pada meningitis tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian


pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua.
Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan
pada stadium berapa penderita mencari pengobatan. Penderita
dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.

 Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan


gejala klinis yang lebih ringan, penurunan kesadaran jarang
ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh
lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan
dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
Treatment

a. Non Farmakologi
1. Konsumsi cairan sebanyak mungkin
Gejala awal munculnya penyakit meningitis biasanya adalah dehidrasi
secara berlebihan. Untuk mengatasi gejala yang satu ini, bisa
mengonsumsi banyak cairan. Mulai dari air putih, teh, jus jeruk ataupun
minuman yang mengandung banyak isotonik. Jika biasanya manusia
memerlukan konsumsi cairan sebanyak minimal 8 gelas, akan tetapi
untuk penderita penyakit meningitis memerlukan konsumsi cairan yang
lebih banyak dari 8 gelas.
2. Istirahat secara total
Istirahat total ini sangat diperlukan bagi penderita penyakit meningitis,
terutama istirahat dari aktivitas-aktivitas berat yang memerlukan banyak
tenaga dan pikiran. Istirahat yang terbaik bagi penyakit meningitis adalah
dengan tidur sebanyak mungkin.
Treatment
3. Diet makanan
Makanan yang dikonsumsi oleh penderita penyakit meningitis, haruslah
berbeda dengan makanan yang dikonsumsi oleh masyakat pada
umumnya. Adapun makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita penyakit meningitis antara lain seperti kacang-kacangan,
buah, sayur dan sereal. Selain makanan jenis tersebut, usahakan untuk
mengurangi atau menghindari sebisa mungkin.

4. Mandi air hangat


Hal ini bertujuan agar meminimalisir sakit kepala yang disebabkan oleh
peradangan di selaput otak. Usahakan untuk mandi dengan air hangat
di atas suhu 35 derajat celcius setiap harinya.
B. Treatment Farmakologi

1. Terapi Meningitis Bakteri

Antibiotik
Antibiotik empiris harus dimulai segera, bahkan sebelum hasil pungsi
lumbal dan analisis CSF diketahui. Pilihan pengobatan awal tergantung pada
jenis bakteri yang menyebabkan meningitis di tempat tertentu dan populasi.
Misalnya, di Inggris pengobatan empiris terdiri dari cefalosporin generasi
ketiga seperti cefotaxime atau ceftriaxone. Di Amerika Serikat, dimana
resistensi terhadap cefalosporins semakin ditemukan pada streptokokus,
penambahan Vankomisin untuk pengobatan awal dianjurkan. Kloramfenikol,
baik tunggal atau dalam kombinasi dengan ampicillin, dapat diberikan dengan
pertimbangan tertentu.
Terapi Meningitis Bakteri
Terapi Antibiotik Spesifik
Treatment Farmakologi

 Pemberian antibiotik harus tepat dan cepat sesuai dengan


bakteri penyebabnya dalam dossis yang cukup tinggi. Sambil
menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotik dengan
spectrum luas. Antibiotik diberikan selama 10-14 hari atau
sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian
antibiotik sebaiknya secara parental.

 Pemilihan obat-obatan antibiotika, harus terlebih dahulu


dilakukan kultur darah dan Lumbal Punksi guna pembrian
antibiotika disesuaikan dengan kuman penyebab.
 Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama
sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila
tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka
seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan
seluruhnya 10 hari.

 Jika tidak ada perbaikan:


a) Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural
atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
b) Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.
c) Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik
setelah 3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan
CSS

 Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB


dapat ditambahkan.
Treatment Farmakologi
Steroid
 Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri,
mengurangi tekanan intrakranial, akan tetapi pemberian steroid dapat
menurunkan penetrasi antibiotika ke dalam abses dan dapat memperlambat
pengkapsulan abses, oleh karena itu penggunaaan secara rutin tidak
dianjurkan. Oleh karena itu kortikosteroid sebaiknya hanya digunakan
untuk tujuan mengurangi efek masa atau edema pada herniasi yang
mengancam dan menimbulkan defisit neurologik fokal.

1) Prednison
Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat
diberikan deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3
minggu.
2) Deksamethason
Pemberian terapi deksamethason dapat terjadi potensi penurunan
tekanan CSF, peningkatan kadar glukosa CSF dan penurunan kadar
protein CSF. Dianjurkan bahwa pemberian deksamethason hanya
pada penderita dengan resiko tinggi, atau pada penderita dengan
status mental sangat terganggu, edema otak atau tekanan intrakranial
tinggi. Hal ini mengingat efek samping penggunaan deksamethason
yang cukup banyak seperti perdarahan traktus gastrointestinal,
penurunan fungsi imun seluler sehingga menjadi peka terhadap
patogen lain dan mengurangi penetrasi antibiotika kedalam CSF.
2. Terapi meningitis virus
Meningitis virus biasanya hanya membutuhkan terapi suportif.
Meningitis virus cenderung lebih jinak dari meningitis bakteri.
Herpes simplex virus dan varicella zoster virus mungkin responsif
dengan obat-obat antivirus seperti aciclovir, tetapi tidak ada uji klinis
yang telah secara khusus membahas apakah pengobatan ini efektif.
Kasus meningitis virus ringan dapat diobati di rumah dengan
langkah-langkah yang konservatif seperti cairan, bedrest dan
analgesik.

3. Terapi meningitis jamur


Meningitis jamur, seperti cryptococcal meningitis, diobati dengan
antijamur dosis tinggi, seperti Amfoterisin B dan flusitosin.

Anda mungkin juga menyukai