Anda di halaman 1dari 24

“Perlindungan Hukum bagi Masyarakat”

Inisiasi Tuton : Ke-5


Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : FHISIP
 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mempunyai pemahaman tentang perlindungan
hukum bagi masyarakat (rechtsbescherming) terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh negara.

1. Kegiatan Belajar 1 mahasiswa akan membahas mengenai


pengertian dan ruang lingkup perlindungan hukum
2. Kegiatan Belajar 2  mahasiswa akan membahas secara
spesifik mengenai perlindungan hukum melalui peradilan tata
usaha negara (PTUN)
Pengertian dan Ruang Lingkup Perlindungan
Hukum

• Tindakan hukum pemerintah, baik publik maupun keperdataan


berpeluang munculnya perbuatan bertentangan dengan hukum
dan melanggar hak-hak warga. Oleh karenanya, hukum harus
memberi aspek perlindungan hukum bagi warga negara.
• Hukum berfungsi sebagai instrumen pengatur serta instrumen
perlindungan serta menciptakan suasana hubungan hukum
antarsubjek hukum secara harmonis, seimbang, damai dan adil.
• F.H van Der Burg  perlindungan hukum penting ketika
pemerintah melakukan atidak melakukan tindakan tertentu
terhadap sesuatu, yang karena kelalaiannya melanggar hak
warga negara.
• Perlindungan hukum dalam pembahasan ini terkait dengan
perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau perbuatan
hukum pemerintah berdasarkan hukum positif di Indonesia.
• Terdapat 3 (tiga) macam perbuatan hukum pemerintahan yang
harus dipastikan memberi aspek perlindungan hukum terhadap
warga negara:
1. Perbuatan pemerintah dalam bidang pembuatan peraturan per-
UU-an (regeling)
2. Perbuatan pemerintah dalam penerbitan keputusan
(beschikking) dan
3. Perbuatan pemerintah dalam bidang keperdataan (materiele
daad).
• Urgensi perlindungan terhadap warga negara karena negara
dalam menjalankan tugas-tugasnya, di era “negara penjaga
malam” menurut AM Donner dan Presthus, menyebut tugas
pokok negara adalah:
1. policy making: di pundak negara diberikan kewenangan untuk
menentukan arah kebijakan yang akan diambil negara
2. task executing: kebijakan menuju satu tujuan tertentu tersebut
dilakukan dalam tugas kedua.
• Philipus M Hadjon menyebut tugas pokok negara yang
sifatnya klasik:
1. Melindungi bangsa dan wilayah terhadap serangan dari luar
(pertahanan)
2. Melindungi bangsa dan wilayah terhadap kerusuhan dari dalam
(pembentukan dan pemeliharaan hukum dan polisi)
3. Penagihan uang pajak dan pengelolaan dana tersebut untuk
kepentingan pembiayaan tugas-tugas negara
Muchsan menyebutkan tugas dan fungsi negara:
1.Fungsi politik (political function): pemeliharan ketengangan
dan ketertiban (maintenance of peace and order) serta pertahanan
dan keamanan (security)
2.Fungsi diplomatik (ciplomatic function)
3.Fungsi yuridis (legal function)
4.Fungsi administratif (administrative function)
Sjahran Basah menyebutkan administrasi negara dalam
menjalankan fungsinya dengan cara:
1.Membentuk peraturan perundang-undangan (di bawah UU) dan
membuat keputusan (beschikking)
2.Menjalankan pemerintahan dalam kehidupan bernegara
3.Menjalankan fungsi pemerintahan
Perlindungan Hukum di Bidang Hukum Publik

• Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan yang berdasarkan


sifatnya menimbulkan akibat hukum.
• Karakteristik paling utama dalam tindakan hukum pemeirntah
merupakan keputusan pemerintah yang bersifat sepihak
(tergantung pada kehendak sepihak pemerintah, tidak
tergantung pada kehendak pihak lain, dan tidak diharuskan
ada persesuaian kehendak dengan pihak lain).
• Keputusan sepihak pemerintah inilah yang dapat menjadi
penyebab terjadinya pelanggaran hukum terhadap warga
negara. Terlebih dalam sistem negara hukum walfare state
yang memungkinkan negara mencampuri urusan kehidupan
warga negara.
• Sjahran Basah menyebutkan (1) perlindungan terhadap warga
negara terkait dengan pelaksanaan administrasi negara
menimbulkan kerugian terhadap warga negara (2)
perlindungan hukum terhadap administrasi negara dilakukan
terhadap sikap tindaknya dengan baik dan benar menurut
hukum baik tertulis maupun tidak tertulis.
• Dalam perlindungan hukum, peran AAUPB memiliki peranan
penting terkait dengan langkah mundur pembuat UU yang
memberikan kewenangan kepada administrasi negara untuk
membuat peraturan per-UU-an dan adanya kewenangan freis
ermessen yang dimiliki pemerintah.
• Freis ermsessen yang dimiliki pemerintah seperti pisau
bermata dua; dapat dijadikan relaksasi dari kekakuan dan
rigiditas UU namun juga dapat menjadi peluang terjadinya
pelanggaran kehidupan masyarakat oleh pemerintah.
• Terdapat dua macam perlindungan hukum bagi warga negara:
1. Perlindungan hukum preventif diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum surat
keputusan pemerintah secara definitif. Perlindungan ini untuk
menghindari sengketa.
2. Perlindungan represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa
• Urgensi Perlindungan hukum bagi warga negara:
1. warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada
keputusan pemerintah agar mendapat kepastian hukum dan
jaminan keamanan (misal, perizinan)
2. relasi pemerintah dan warga negara tidak dalam posisi sejajar.
Warga negara dalam posisi lemah dibandingkan pemerintah
3. perselisihan antara warga negara dan pemerintah terkait dengan
keputusan yang berdasarkan kewenangan bebas yang
berpotensi terjadinya pelanggaran hak-hak warga negara.
• Mekanisme perlindungan hukum akibat penerbitan peraturan
peru-UU-an di bawah UU melalui mekanisme juidicial review
melalui Mahkamah Agung (MA). Pasal 31 ayat (1) UU No
14/1985 ttg MA sebagaimana diubah dalam UU No 5/2004 dan
UU N0 3/2009 ttg perubahan kedua UU MA “MA mempunyai
kewennagan menguji secara materiil hanya terhadap peraturan
per-UU-an di bawah UU”.
• Perlindungan hukum akibat peraturan per-UU-an tingkat
daerah (kab/kota) alias Perda, melalui mekanisme pembatalan
spontan yakni pembatalan atas inisiatif sendiri dari organ yang
berwenang menyatakan pembatalan tanpa proses peradilan.
[Putusan MK atas uji materi Nomor 56/PUU-XIV/2016 terkait
pembatalan perda oleh gubernur dan menteri disebutkan
ketentuan pembatalan Perda Prov oleh Mendagri
inkonstitusional. Pembatalan Perda Prov melalui mekanisme
pengadilan].
• Perlindungan hukum akibat dikeluarkannya beschikking
ditempuh melalui dua cara:
1. peradilan administratif (administrative rechtspraak) 
menyangkut proses peradilan pada pemerintahan melalui
instansi yang merdeka
2. upaya administratif (administratieg beroep)  proses
peradilan di lingkungan administrasi oleh organ pemerintahan
dilengkapi dengan pertanggungjawaban pemerintahan. Dalam
konteks ini, upaya administratif ini tidak hanya dilihat dari
sudut pandang berdasarkan hukum namun juga dinilai aspek
kebijakannya.
• Upaya administratif dibagi menjadi dua:
1. banding administratif  penyelesaian sengketa tata usaha
negara dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari
yang mengeluarkan keputusan yang disengketakan
2. prosedur keberatan  Penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara yang dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara.
Perlindungan Hukum Melalui PTUN

• P. Nicolai dkk meyebutkan sarana penegakan hukum dalam


HAN berisi:
1. Pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan
ketaatan pada atau bedasarkan undang-undang yang ditetapkan
secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang
meletakkan kewajiban kepada individu.
2. Penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk
memaksakan kepatuhan.
• Pengawasan hukum dalam HAN menruut Paulus E Lotulung
1. Ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang
melaksanakan kontrol terhadap organ yang dikontrol; kontrol
intern dan kontril ekstern.
2. Ditinjau dari segi waktu pelaksanaanya: kontrol a-priori 
pengawasan dilakukan sebelum dikeluarkannya keputusan dan
kontrol a-posteriori  pengawasan setelah pelaksanaan
keputusan.
3. Ditinjau dari segi obyek: kontrol segi hukum (rechmatigheid)
dan kontrol dari segi kemanfaatan (dolematigheid)
• Pengawasan peradilan administrasi - suatu bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh badan peradilan melalui
sengketa menurut ketentuan hukum acara peradilan tata usaha
Negara.
• Tujuan pembentukan peradilan administrasi secara filosofis, 
untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak
perseorangan dan hak-hak masyarakat, sehingga tercapai
keserasian, kesimbangan dan keselarasan antara kepentingan
perseorangan dan kepentingan masyarakat atau kepentingan
umum
• Peradilan administrasi diadakan dalam rangka memberikan
perlindungan (berdasarkan keadilan, kebenaran, ketertiban dan
kepastian hukum) kepada masyarakat pencari keadilan yang
merasa dirinya dirugikan akibat suatu keputusan tata usaha
Negara, melalui pemeriksaan, pemutusan dan penyelesaikan
sengketa dalam bidang tata usaha Negara.
• Peradilan Administratif berfungsi menegakkan prinsip Negara
dan mempertahankan hukum administrasi matreiil. Dalam
mengidentifikasi tindakan administrasi Negara melalui upaya
korektif, pendisiplinan dan perbaikan terhadap tindakan
administrasi yang tidak sesuai dengan hukum
Ciri Peradilan Administratif
• (1) Asas praduga rechmatig (benar menurut hukum). Asas ini
mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa selalu
harus dianggap rechmatig sampai ada pembatalannya. Dengan
asas ini. Gugatan tidak menunda pelaksanaan KTUN yang
digugat.
• (2) Asas pembuktian bebas. Hakim yang menetapkan beban
pembuktian.
• (3) Asas Keaktifan Hakim (dominus litis). Mengimbangai para
pihak yang tidak berimbang. Karena tergugat adalah pejabat,
sedangkan penggugat warga biasa.
• (4) Putusan pengadilan menganut asas erga omnes, kekuatan
mengikat kepada semua pihak, tidak hanya bagi pihak yang
bersengketa.
Karakteristik Pengawasan Administratif

1. Pengawasan reaktif: sifat pengawasan di pengadilan adalah


pasif atau juga disebut sebagai pengawasan reaktif.
2. Pengawasan independen: Badan Peradilan administrasi
dijalankan oleh kekuasaan kehakiman yang tidak berada
dalam lingkungan pemerintah atau di bawah pengaruh
kekuasaan badan negara lainnya.
3. Pengawasan Terbatas. Secara yuridis wewenang peradilan
administrasi bersifat terbatas dalam Pasal Undang-Undang
Nomor 9 tahun 2004 menyebutkan secara umum :
”pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa,memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara”
• (4) Pengawasan Segi Hukum dan Kebijakan: Pengawasan
ini difokuskan pada pembentukan peraturan perundang-
undangan oleh pemerintah dan kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam hal ini terkait dengan
kewenangan yang dimiliki oleh pejabat Tata Usaha Negara
yang telah diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai