MODUL 1 SKENARIO 2
KELOMPOK 5
Alfaa Fahmi Azizi Saras Eka M. Rizky Amalia B Baptista Apriyana Heny Hastuti Nur Ridha Ayuni Tenri Anugrawati Krismayanti Sam Indra Prasta K1A109018 K1A109028 K1A109051 K1A111003 K1A111008 K1A111015 K1A111019 K1A111027 K1A111050 Dwi Wulandari Enha muthia Sulistyaningsih B. Ichsan Wardana Afdalia Narjianti Resti Rama W. Moh. Suriyawal Sidratul Akbar Agung Hariadi K1A111067 K1A111048 K1A111075 K1A111059 K1A111037 K1A111080 K1A111043 K1A111063 K1A111078
SKENARIO
Seorang laki-laki umur 25 tahun, diantar oleh keluarganya ke puskesmas karena tadi pagi tiba-tiba matanya kuning dan merasa lemah. Pada anamnesis didapat keterangan bahwa gejala tersebut tidak disertai demam. Menurut keluarganya satu hari sebelumnya penderita disengat serangga.
KATA KUNCI
Laki-laki 25 tahun Mata kuning Merasa lemah Tidak ada riwayat demam Sehari sebelumnya disengat serangga
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PERTANYAAN Apa itu anemia dan klasifikasi anemia ? Bagaimana proses terjadinya Hematopoiesis (Eritropoiesis, Granulopoiesis, Trombopoiesis ) ? Jelaskan metabolisme Sel Darah Merah ! Jelaskan struktur dan fungsi hemoglobin ! Jelaskan patomekanisme gejala pada skenario ? Apa Differential Diagnosis pada skenario ? Bagaimana Langkah langkah penegakan diagnosis ! Bagaimana penatalaksanaan dari Diferential Diagnosis Banding pada skenario?
ANEMIA
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
1. 2. 3.
KLASIFIKASI ANEMIA
Etiologi Karena kehilangan darah (blood loss). Misalnya pada perdarahan akut dan massif Penurunan produksi eritrosit ( misalnya Anemia def. Fe, anemia megaloblastik, anemia aplastik) Proses penghancuran eritrosit yang meningkat (anemia hemolitik intrakorpuskuler dan anemia hemolitik ekstrakorpuskuler) Morfologi
Besarnya sel: - anemia normositik: MCV 80 - 96 3 (fl) - anemia mikrositik : MCV < 80 3 (fl) - anemia makrositik: MCV > 96 3 (fl) Konsentrasi hemoglobin: - anemia normokrom: MCHC 32 - 38 %/MCH 27-32 pg - anemia hipokrom : MCHC < 32 % /MCH < 27 pg
KLASIFIKASI ANEMIA
I. Anemia Normositik Normokrom a. Anemia pasca perdarahan akut b. Anemia aplastik c. Anemia hemolitik didapat d. Anemia akibat penyakit kronik e. Anemia pada gagal ginjal kronik f. Anemia pada sindrom mielodisplastik g. Anemia pada keganasan hematologi
KLASIFIKASI ANEMIA
II. Anemia Makrositik Normokrom a. Anemia Megaloblastik - Anemia defisiensi asam folat - Anemia defisiensi vitamin B 12 b. Anemia Non-Megaloblastik Anemia pada penyakit hati kronik Anemia pd hipotiroidisme Anemia pd sindrom mielodisplastik
III. Anemia Mikrositik Hipokrom a. Anemia defisiensi besi b. Thalasemia mayor c. Anemia akibat penyakit kronik d. Anemia sideroblastik
HEMOPOIESIS
Tempat terjadinya hemopoeisis
0-2 Bulan ( kantung kunuing telur ) 2-7 Bulan ( hati, limpa ) 5-9 Bulan Sumsum Tulang
Janin
Bayi
Sumsum tulang
Dewasa
Vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sakrum dan pelvis, ujung proximal femur
HEMOPOEISIS
HEMOGLOBIN
Besi
Hem Hemoglobin Globin Porphirin Protein
Plasma Hemoglobin tersusun dari 4 molekul protein (globulin chains) Hemoglobin normal orang Hemoglobin pada bayi dalam dewasa (HbA) kandungan atau yang sudah lahir 1. 2 alpha-globulin (HbF) chains 1. 2 rantai alfa 2. 2 beta-globulin chains 2. 2 rantai beta
FUNGSI HEMOGLOBIN
Mengatur pertukaran O2 dengan CO2 didalam jaringan-jaringan tubuh Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh Membawa O2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolism ke
PATOMEKANISME GEJALA
Anemia
Eritrosit & HB
O2
Pucat
Cell Metabolisme
an Aerobic Metabolisme
Hipoksia Otak
Energi
Kekurangan ATP
Asam Laktat
Pusing
Kelemahan
Lelah
Toksin
Eritrosit Hemoglobin
Heme
Globin
Fe
Porifrin
Enzim Biliverdin Biliverdin
Karena tadi banyak eritrosit yang pecah karena toksin dari serangga maka akan terjadi hemolisis sel darah merah yang tidak terkendali, akhirnya banyak bilirubin indirect yang mengalir dalam darah. Sebagai akibatnya muncul warna kuning pada mata dan kulit
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
ANEMIA HEMOLITIK
ANEMIA APLASTIK
ANEMIA MEGALOBLASTIK
ANEMIA HEMOLITIK
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis.hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya(sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari
GEJALA KLINIS
Gejala klinik anemia hemolitik dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Gejala umum anemia 2. Gejala hemolisis baik ekstravaskuler maupun intravaskuler 3. Gejala penyakit dasar
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Anemia Megaloblastik ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Sel Megaloblast adalah sel precursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kesenjangan
ETIOLOGI
PATOMEKANISME
Timbulnya Megaloblast => maturasi sel => gangguan
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang biasanya muncul pada Anemia Megaloblastik adalah
sebagai berikut :
a. b. c. d. Tubuh lemah, tidak bertenaga dan pucat. Anemia karena eritropoiesis yang efektif Ikterus ringan akibat pemecahan globin Glositis dengan lidah berwarma merah, halus seperti daging, stomatitis angularis, dan nyeri
sel
ETIOLOGI
Penyebab sekunder bahan kimiawi narkoba insectisid ionizing radiasi infeksi paroxysmal nocturnal hemoglobin
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui :
PATOFISIOLOGI
DASAR KELAINAN: gangguan/kerusakan:
1. Stem cell pluripotensial: - jumlah & fungsi menurun proliferasi & diferensiasi
2. Microenviroment (marrow enviroment): - kelainan mikrovaskuler - kelainan faktor humoral - bahan penghambat pertumbuhan sel
jaringan sumsum tlg tidak mampu bertumbuh & berkembang
PENATALAKSANAAN
ANEMIA HEMOLITIK
PENATALAKSANAAN
Terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi. Jika terjadi anemia yang mengancam hidup, transfusi darah harus diberikan dengan hati-hati. Apabila prednison tidak efektif dalam menanggulangi kelainan ini, atau penyakit mengalami kekambuhan dalam periode tapering offdari prednison, maka dianjurkan untuk dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif. Imunoglobulin dosis tinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini hanya sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan dengan prednison merupakan kontraindikasi.
PENATALAKSANAAN
ANEMIA MEGALOBLASTIK
PENATALAKSANAAN
ANEMIA APLASTIK
tranfusi sel darah merah atau trombosit perlu dilakukan untuk mengantikan sel darah merah yang hilan
sangat baik jika dilakukan pada penderita anak2. Saudara kandung atau saudara kembar atau orang tua biasanya memiliki kecocokan sumsum tulang lebih besar dari pada pendonor yang tidak memiliki hubungan darah. Usia dan kecocokan sumsum tulang akan sangat menentukan keberhasilan transplantasi hingga 80%
terapi imusupresif dengan mengomsumsi obat, misal antithymocyte globulin, siklosporin A dan oxymethalone menjadi pilihan terbaik.