Mutazilah
Mutazilah (itazala) Memisahkan Diri Merujuk pada 2 golongan: Golongan I Golongan ll
Golongan l
Muncul sebagai respon politik murni, dalam arti bersikap lunak mengnai pertentangan antara Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, Aisyah dan Abdullah bin Zubair. Diantara sahabat yang demikian antara lain Saad bin Abi Waqash, Abdullah bin Umar, Muhammad bin Maslamah, Usamah bin Zaid, Suhaib bin Sinan dan Zaid bin Tsabit
Golongan ll
Muncul dari persoalan teologis yang muncul di kalangan Khawarij dan Murjiah akibat peristiwa tahkim. Perbedaan pendapat tentang status kafir kepada orang yang berbuat dosa besar.
Pendapat Al-Syahrastani
Pemberian nama Mutazilah berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Ata, Amr bin Ubaid, han Hasan Al-Basri di Basrah. Pada suatu majelis ada jamaah yang bertanya kepada Hasan Al-Basri tentang orang yang berdosa besar
Hasan Al-Basri masih berfikir kemudian Wasil mengemukakan pendapatnya. Saya berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukanlah mukmin dan tidak kafir, tetapi berada pada dua posisi diantara keduanya tidak mukmin tidak pula kafir (almanzilah bain al manzilatain).
Kemudian Wasil berdiri dan menuju ke sudut Masjid. Kemudian Hasan al-Basri mengatakan itazala anna Washil (Wasil telah memisahkan diri dari kita).
Mutazilah tidak mengakui adanya sifat pada Allah Al-Quran adalah makhluk Tuhan tiidak dapat dilihat dengan mata kepala Tuhan tidak sama dengan makhluk
Mutazilah sangat menekankan bahwa tuhan itu adil dan tidak akan berlaku zalim kepada manusia. Tuhan tidak menghendaki keburukan bagi manusia. Karena itu jika manusia berbuat baik akan diberi pahala begitu juga sebaliknya. Dari prinsip ini timbul ajaran mutazilah dengan nama al-shalah wa al shalah
Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Al makruf adalah apa yang diterima Allah, sebaliknya al munkar adalah sesuatu yang tidak dikenal, tidak diterima, atau buruk. Perbedaan mazdhab mutazilah dengan mazdhab lain mengenai ajaran ke lima ini terletak pada pelaksanaanya. Jika memang diperlukan Kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut.