Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

DISUSUN OLEH: WAHYULI ARISKANINGSIH 17211910 2EA27

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin .

Bekasi, 20 Mei 2013

Wahyuli A.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN A. B. C. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan .......................................................................... iii Pembatasan Masalah ..................................................................................................................... iv Tujuan ............................................................................................................................................. iv

BAB II PEMBAHASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI ..................................................... 1 1. 2. 3. 4. 5. Pendahuluan .................................................................................................................................... 1 Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ........................................................................................ 3 Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) ................................................... 5 Kompetensi Yang Diharapkan Pkn............................................................................................. 10 Kontribusi Pkn Terhadap Masyarakat, Bangsa Dan Negara ................................................... 11

BAB III PENUTUP Kesimpulan ............................................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan. Kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai era pengisian kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Semangat perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah telah terbukti pada Perang Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Semangat perjuangan bangsa tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan YME dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan fisik merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi. Dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk mengisi kemerdekaan, kita memerlukan perjuangan non-fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Perjuangan non-fisik sesuai bidang profesi masing-masing tersebut memerlukan saran kegiatan pendidikan bagi warga negara Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada khususnya yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti yang kita ketahui, setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari para orang-orang terdahulu yang dinama terdapat banyak nilai-nilai nasionalis, patriolis dan lain sebagainya yang pada saat itu menempel erat pada setiap jiwa warga negaranya. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat, nilai-nilai tersebut makin lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu bangsa, oleh karena itu perlu adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus menyatu dalam setiap warga negara agar setip warga negara tahu hak dan kewajiban dalam menjalankan kehidupan berbangasa dan bernegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilainilai hak dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan. Karena di nilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar menghasikan penerus penerus bangsa yang berompeten dan siap menjalankan hidup berbangsa dan bernegara.

iii

B. Pembatasan Masalah 1. Apakah tujuan adanya Pendidikan kewarganegaraan? 2. Bagaimanakah sejarah Pendidikan kewarganegaraan? 3. Kompetensi apa saja yang diharapkan pada Pendidikan kewarganegaraan? 4. Apa saja kontribusi yang diharapkan dari Pendidikan kewarganegaraan?

C. Tujuan Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa. 2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara. 3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara. 4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara. 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara. 6. Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

iv

BAB II PEMBAHASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

1. Pendahuluan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan merupakan bagian dari

konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara. Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (bahasa Inggris: Civics) yang diberikan di sekolah-sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan

pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD sampai Perguruan Tinggi. Menurut Mendiknas, Prof. Muhammad Nuh, pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang, la juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal ini saat berbicara pada pertemuan Pimpinan Pascasarjana LPTK Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Auditorium Universitas Negeri Medan (Unimed), Sabtu (15/4/2010). Dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 mengamanatkan bahwa visi Pendidikan Nasional 2014 adalah terselenggaranya layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk insan Indonesia Cerdas Komprehensif dalam hal manusia cerdas tidak hanya pengetahuan dan keterampilan saja, yang paling penting berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berbudaya, kreatif, inovatif serta yang berkarakter bangsa. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Pembekalan kepada peserta didik di Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai, sikap dan kepribadian yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, menumbuhkan sikap cinta tanah air, serta berwawasan kebangsaan yang luas dan dapat diandalkan oleh bangsa dan negaranya melalui Pendidikan Kewarganegaraan, yang merupakan salah satu mata pembelajaran wajib bagi sekolah mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. o Kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan, bahwa kurikulum terdiri dari: 1. Kurikulum Inti 2. Kurikulum Institusional Kurikulum Inti terdiri dari beberapa kelompok mata kuliah, yang terdiri dari: 1. Kelompok MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) 2. Kelompok MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan) 3. Kelompok MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya) 4. Kelompok MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) 5. Kelompok MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat)

MPK adalah kelompok mata kuliah yang memuat bahan kajian untuk mengembangkan bangsa Indonesia yang beriman dan ber - taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kelompok MPK juga merupakan bagian dari kurikulum inti, maka wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) terdiri dari: Pendidikan Pancasila Pendidikan Agama Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kesimpulan dari uraian di atas bahwa Pendidikan Kewargane- garaan (PKn) adalah bagian dari kelompok Mata kuliah Pengembang- an Kepribadian sekaligus bagian dari kurikulum inti. Sehingga PKn harus ditempuh oleh setiap mahasiswa dari semua program studi. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada Bab X tentang Kurikulum, khususnya pasal 37 (2) yang menegaskan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat: 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 3. Bahasa Indonesia Pada penjelasan pasal 37(2) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

2. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan


1. UU No. 2, 1989 tentang system pendidikan nasional dalam pasal 39 yang memuat klosul jenisjenis kurikulum pendidikan antara lain kurikulum pendidikan kewarganegaraan. 2. Penjelasan tentang pasal 39 khusus mengenai pendidikan kewarganegaraan dikatakan: a. Ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah hubungan warga Negara, warga Negara dengan Negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara. b. Ayat 2 mengatakan untuk Perguruan Tinggi melalui Pendidikan Kewiraan 3

3. UU No. 20, 1989 tentang Pokok-Pokok Negara, dalam pasal 17, 18 ataupun pada UU No. 3 tahun 2000 memberikan penjelasan tentang kewajiban warga Negara untuk membela Negara melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang terbagi dalam dua tahapan, yaitu: a. PPBN tahap awal diberikan dari tingkat TK-SMA b. PPBN tahap lanjutan diberikan di Perguruan Tinggi disebut Kewiraan 4. Tuntutan Reformasi tentang Supremasi Hukum. Berdasarkan acuan diatas maka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional menganggap perlu mengadakan penyesuaian GBPP di perguruan tinggi, yaitu: a. Kurikulum pendidikan agama, kurikulum pendidikan pancasila dan kurikulum pendidikan kewarganegaraan dari kelompok mata kuliah umum (MKDU)menjadi Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian (MKPK) b. GBPP pendidikan kewiraan menjadi GBPP poendidikan kewarganegaraan. 5. KEP. MENDIKNAS No. 232/U/2000 tanggal 20 desember 2000 tentang Pedoman Penyusunan kurikulum DIKTI dan Penilaian Hasil Belajar, Kurikulum pendidikan tinggi meliputi KURIKULUM INTI dan KURIKULUM INSTITUSIONAL yang berisikan: a. Kurikulum inti merupakan kelompokbahan kajian pelajaran yang harus dicakup dalam satu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. b. Kurikulum instutional merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikn tinggi, terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dan kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta cirri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. c. KUTI, MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian) d. MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan) e. MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya) f. MPB (Mata Kuliah Prilaku Berkarya)

g. MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat) h. KUNAL : Keseluruhan atau sebagian dari KUTI 6. Keputusan Direktorat Pendidikan Tinggi No. 38/U/2002 tentang rambu-rambu substansi kajian Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian meliputi anatara lain: a. Pengantar Penting Kewarganegaraan, b. Pemahaman Kenegaraan

Di

Indonesia

pelajaran Civics telah

dikenal

sejak jaman

Hindia

Belanda

dengan

nama "Burgerkunde". Pada zaman tersebut ada dua buku yang digunakan sebagai sumber pelajaran, yaitu: Indische Burgerschapokunde dan Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen). Pada tahun 1950 dalam suasana Indonesia telah merdeka kedua buku ini menjadi pegangan guru Civics di Sekolah Menengah Atas. Perjalanan mata perubahan istilah yang pelajaran Civics setelah Indonesia merdeka mengalami beberapa kali

digunakan. Perubahan-perubahan tersebut sangat berkaitan dengan

kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu dan kurikulum sekolah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 istilah yang digunakan yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum 1961 berubah menjadi CIVICS lagi, kemudian pada kurikulum 1968 menjadi Pendidikan Kewargaan Negara (PKN). Selanjutnya kurikulum 1975 menjadi PMP-KN. Pada kurikulum 1994 berubah lagi menjadi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Pada kurikulum 2006 KTSP berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan sampai sekarang. Perubahan-perubahan istilah mata pelajaran PKn atau Civics dikalangan sekolah dasar dan menengah tersebut di atas, juga terjadi dikalangan Perguruan Tinggi di Indonesia. Civic

Education (Pendidikan Kewarganegaraan) sesung- guhnya bukan sesuatu yang baru, beberapa bentuk pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi telah lama dilakukan seperti: penataran P-4 dan mata kuliah Kewiraan yang kemudian berganti dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kenyataannya memang demikian, civic education (Pendidikan Kewarganegaraan) yang dilakukan

tersebut lebih banyak didistorsi oleh kepentingan kekuasaan semata. Sehingga pada era reformasi ini paradigma Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya bergeser ke arah yang lebihcivilized, Sobirin Malian (2003: 10). Munculnya gelombang reformasi memang telah mendorong Departemen Pendidikan Nasional menerbitkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 267 / DIKTI / KEP / 2000 untuk menyempurnakan mata kuliah kewiraan menjadi mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Pengertian Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn)


Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi sekarang ini diwujudkan dengan matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan SK Dirjen DiktiNo.267/Dikti/Kep/2000 tentang

Penyempurnaan Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Kemudian penjabaran operasional mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan lebih lanjut diatur dengan SK Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. 5

Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut "CIVIS" selanjutnya dari kata"CIVIS" dalam bahasa Inggris timbul kata "CIVIC" yang artinya warga negara atau kewarganegaraan. Akhirnya dari kata CIVIC lahir kata "CIVICS" yang artinya ilmu kewarganegaraan atau Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, menurut kansil (2002: 3).Civics atau Civic Education atau Pendidikan

Kewarganegaraan sebagian ahli berpendapat merupakan bagian dari ilmu politik. Seperti dijelaskan oleh Prof Dr. Achmad Sanusi, S. H. MPA, dalam Seminar Pengajaran Civics di Tawangmangu, Surakarta tahun 1972. Sejauh Civicsdapat dipandang sebagai disiplin dalam ilmu politik, maka fokus studinya adalah mengenai "kedudukan dan peran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dan sepanjang batas-batas ketentuan konstitusi negara yang bersangkutan (2002: 4), sehingga isi dan manfaat dari Civics menurut beliau yang merupakan bagian dari ilmu politik, diambil demokrasi politiknya. Sedangkan menurut undang-undang pendidikan yang lama, Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 menyebutkan bahwa "Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)".Sedang menurut UU Sisdiknas yang baru yaitu UUNo. 20 tahun 2003, pada penjelasan pasal 37 dijelaskan bahwa "Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air" (2003: 66) Shofiatun azmi (2006) dalam pengantar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mengatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata yaitu Pendidikan dan

Kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU No.20 Tahun 2003). Menurut Pasha (2002:12) pengertian Pendidikan Kewarganegaraan merupakan materi perkuliahan yang menyangkut pemahaman tentang persatuan dan kesatuan, kesadaran warga negara dalam bernegara, hak dan kewajiban warga negara dalam berbangsa dan bernegara, serta pendidikan bela negara. Lalu, Azra (2001:7) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokasi dan pendidikan HAM. Zamroni dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2001:7) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis. 6

Berbeda dengan pendapat di atas, Soemantri dalam Tim ICCE UINJakarta (2001:8) mengenai Pendidikan Kewarganegaraan sebagai kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah yang meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalammasyarakat demokratis. Sedangkan, menurut Civitas Internasional dalam TimICCE UIN Jakarta (2001:8) bahwa Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup pemahaman dasar tentang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya, tentang rule of law ,HAM, penguatan keterampilan partisipatif yang demokratis, pengembangan budaya demokrasi dan perdamaian. Dikemukakan oleh Puskur dalam Depdiknas (2003:2) bahwaKewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan Pancasila dan UUD 1945. Berkaitan dengan pengertian di atas seperti ditulis oleh Noor MS Bakry (2002: 2) dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, "Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia." Jadi tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional kepada siswa, mahasiswa, calon ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan seni yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Kemampuan warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilainilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu peserta didik seyogianya memiliki motivasi bahwa Pendidikan kewarganegaraan yang diberikan kepada mereka berkaitan erat dengan penanaman dan kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia mewujudkannya. Di dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (Kewiraan) ditulis oleh NoorMs Bakry (2002: 7) mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan secara umum adalah memupuk kesadaran bela

negara dan berpikir komprehensif integral di kalangan mahasiswa dalam rangka ketahanan Nasional dengan didasari: 1. Kecintaan kepada tanah air. 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara. 3. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan. 4. Keyakinan akan ketangguhan Pancasila. 5. Rela berkorban demi bangsa dan negara. 6. Kemampuan awal bela negara. Tujuan di atas sesuai dengan visi, misi dan kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan: 1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa mengembangkan

kepribadiannya selaku warga negara yang berperan aktif menegakkan demokrasi menuju masyarakat madani. 2. Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi mem bantu mahasiswa selaku warga negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuanganbangsa Indonesia serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan mahasiswa selaku warga negara RI memiliki masa depan cerah. o

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No. 267/ DIKTI /2000 adalah mencakup: a. Tujuan umum Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warga negara dengan Negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. b. Tujuan khusus

Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara republik Indonesiaterdidik dan bertanggung Jawab.

Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan ber masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab. Berlandaskan Pancasila, Wawasan nusantara dan Ketahanan nasional.

Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban demi nusa dan bangsa.

Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan Objek formalnya mencakup dua segi yaitu segi hubungan antara warga Negara dan Negara dan

Segi pembelaan Negara. Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 267/DIKTI/KEP/2000 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokok bahasan sebagai berikut: 1. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan mencakup: Hak dan Kewajiban Warga Negara Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Demokrasi Indonesia Hak Asasi Manusia

2. Wawasan Nusantara 3. Ketahanan Nasional 4. Politik dan strategi nasional 5. Proses Perumusan Pancasila sebagai dasar Negara 6. Otonomi Daerah o

Rumpun Keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antarbidang/ilmu) meliputi dari berbagai

disiplin ilmu, ilmu Hukum, ilmu politik, sosiologi, administrasi Negara, ilmu ekonomi, sejarah perjuangan bangsa dan ilmu filsafat. o Landasan ilmiah:

1. Sistematika tata urutan materi dari pengantar kewarganegaraan sampai sistemhankamrata 2. Objeknya hubungan warga negara dengan negara dan pendidikan pendahuluan bela Negara 9

3. Metode: multidisipliner berbagai ilmu pengetahuan 4. Tujuan: menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia berdasarkan nilainilai Pancasila dan UUD 1945

4. Kompetensi Yang Diharapkan Pkn


a. Dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban sebsgai warga negara terdidik dalam kehidupan bermasyarakat, brbangsa dan bernegara. b. Mampu memiliki / menguasai pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk menghadapi dan mengatasi beragam permasalahan dasar dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsep berpikir (pisau analisis) yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Jati Diri Bangsa. c. Mampu memupuk pola pikir, pola sikap dan pola tindakan atau tingkahlaku yang mencerminkan nilai-nilai kejuangan / patriotisme, rasa cinta tanah air, kesadaran, tekat, semangat, dan rela berkorban untuk bangsa dan negara. d. Mampu berlatih dan terbiasa berpikir utuh menyeluruh atau komprehensif integral, yitu penalaran intelektual dalam memecahkan persoalan bangsa dan negara dengan menggunakan pendekatan dan metode yang melibatkan berbagai aspek yang berhubungan secara fungsional. e. Sebagi kader pejuang dan calon pemimpin bangsa mampu memperluas cakrawala berpikir dalm menciptakan dan meningkatakan kesejahteraan dan keamanan nasional demi terwujudnya aspirasi pejuang serta menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara selama mungkin. Menurut Pokja Kewarganegaraan Lemhanas 2001 Kompetensi Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah bangsa,wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang: 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meng- hayati nilai-nilai Pancasila 2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara 4. Bersifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.

10

5. Kontribusi Pkn Terhadap Masyarakat, Bangsa Dan Negara


Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) yang dilakukan oleh berbagai negara bertujuan agar warga Negara bangsa tersebut mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah dan masa depan bangsa yang bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental (dasar negara) yang dianut bangsa yang bersangkutan. Sejalan dengan kenyataan tersebut pada hakikatnya PKn yang merupakan salah satu bagian dari mata kuliah kepribadian harus mengedepankan aspek afektif di kalangan mahasiswa. Landasan filosofis dan harapan di atas, kemudian perlu dicari relevansinya dengan kondisi dan tantangan kehidupan nyata dalam masyarakat, agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pemecahan permasalahan kemasyarakatan yang sedang dan akan dihadapi bangsa atau masyarakat Indonesia. Oleh karena itu apapun bentuk Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan di berbagai bangsa sangat perlu mengembangkan nilai- nilai fundamental bangsa (masyarakat) tersebut sesuai dengan dinamika perubahan sosial, agar nilai-nilai fundamental tersebut menemukan relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap masalah-masalah masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dikembangkan di Indonesia seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai fundamental masyarakat dengan dinamika sosial yang berubah secara cepat. Sehubungan dengan itu pengajaran PKn tidak boleh hanya bermateri pada persoalan-persoalan kognitif semata, tetapi harus memberikan sentuhan moral dan social

action. Sentuhan moral dan social action ini justru harus mendapat perhatian yang lebih besar, agar pembelajaran PKn mampu menuju sasaran dan tujuannya, yaitu untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Munculnya gelombang reformasi yang membawa harapan baru bagi perkembangan demokrasi dan perwujudan masyarakat madani Indonesia, di samping itu juga menyisakan masalah sosial sebagai masalah bangsa dan negara yang harus diselesaikan. Masalah tersebut antara lain: 1. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan 2. Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat 3. Memudarnya kehidupan kewargaan dan nilai-nilai komunitas 4. Pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan dan hak asasi manusia 5. Kerusakan sistem dan kehidupan ekonomi 6. Memudarnya nilai-nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa tolong- menolong 11

7. Melemahnya nilai-nilai dalam keluarga. Dengan pendekatan pembelajaran dengan sentuhan moral dan sosial actions di atas ,Pendidikan Kewarganegaraan akan mampu menanamkan nilai-nilai budaya bangsa dan moral yang tinggi kepada para mahasiswa agar kelak mereka mampu memahami dan memecah- kan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Lembaga-lembaga pendidikan sebagai salah satu elemen civil society

organization perlu menggalang

jaringan yang kuat agar gagasan civic education (Pendidikan

Kewarganegaraan) ini cepat meluas sebagai salah satu upaya recovery dari keterpurukan krisis multi dimensional sekaligus sebagai upaya perwujudan masyarakat madani Indonesia, seperti pendapat Askury Ibnu Chamim dalam Sobirin (2003: 14). Keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan dengan pendekatan tersebut di atas akan dapat melahirkan mahasiswa yang dapat mengembangkan diri menjadi warga negara kritis, cerdas, dan beradab atau warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Nilai Strategis tersebut pada gilirannya akan membuahkan tingkah laku yang sangat positif dari mahasiswa, yaitu keterlibatan atau partisipasi warga negara yang efektif dan bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas kehidupan sosial dan politik secara keseluruhan. Kontribusi pendidikan Kewarganegaraan terhadap mahasiswa keperawatan atau kebidanan akan melahirkan tenaga perawat atau bidan yang profesional, dapat menjadi sosok perawat atau bidan ideal senantiasa menjadi role model bagi perawat atau bidan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/kliennya. Hal ini dikarenakan perawat atau bidan profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi dapat bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang. ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan terhadap pasiennya menggunakan pendekatan ilmu keperawatan atau kebidanan tanpa mengesampingkan disiplin ilmu lainnya termasuk Pendidikan Kewarganegaraan. Semoga PKn mampu membentuk generasi penerus bangsa yang tangguh.

12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya. Kewarganegaraan merupakan bagian dari

konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional kepada siswa, mahasiswa, calon ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan seni yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Kemampuan warga negara untuk hidup berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya sangat tergantung pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlandaskan nilainilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar negara akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu peserta didik seyogianya memiliki motivasi bahwa Pendidikan kewarganegaraan yang diberikan kepada mereka berkaitan erat dengan penanaman dan kedudukan serta kepentingan mereka sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia mewujudkannya.

13

DAFTAR PUSTAKA
Sinar Grafika, Jakarta.Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

DaerahWahyono, Padmo, Prof. SH., 1980, Negara Republik Indonesia, Academica, Jakarta. 17 http://hamiddarmadi.blogspot.com/2011/11/pengantar-pendidikan-kewarganegaraan_23.html

14

Anda mungkin juga menyukai