Anda di halaman 1dari 3

Tips Menulis Prakata (Bukan Kata Pengantar) untuk Sebuah Buku

OPINI | 06 August 2011 | 20:19 5253 12 6

Jika semua naskah sudah terselesaikan, biasanya penulis buku akan diminta oleh penerbit untuk menuliskan prakata atau pengantar. Prakata adalah ungkapan hati dari penulis buku tentang proses kepenulisan bukunya. Oleh karena itu, prakata harus ditulis penulis secara pribadikarena tentunya ia menjadi orang yang paling menguasai isinya. Dalam sebuah buku, prakata tidak harus dicantumkan, terkhusus buku-buku teks atau pelajaran. Prakata sering ditulis dan digunakan untuk buku-buku umum dan fiksi. Itu teramat berbeda dengan kata pengantar. Bagian ini ditulis oleh penerbit. Kata pengantar ditulis berdasarkan strategi pemasaran penerbit. Oleh karena itu, kata pengantar sering diisi dengan menuliskan kelebihan-kelebihan buku daripada kekurangannya. Bahkan, kata pengantar melengkapinya dengan menuliskan pembeda bukunya dengan buku-buku yang telah ada. Ungkapan lain: menyebut keistimewaan buku. Menulis prakata bukanlah perkara mudah karena mengeluarkan isi pikiran secara lisan dan jujur tentu akan menemui banyak kendala. Biasanya kendala itu berbentuk kekurangan kosakata yang berasa atau berkonotasi. Oleh karena itu, perkenankanlah sore ini saya berbagi pengalaman sembari berbagi tips menulis prakata. Tulisan soreku: Tips Menulis Prakata. Bagian prakata terletak pada bagian awal buku setelah sampul atau cover dalam. Prakata mempunyai empat bagian utama, yaitu ucapan syukur, kelebihan buku, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf serta harapan penulis. Berikut tips menuliskannya. Tips 1: Menuliskan Ucapan Syukur Bagian ini menjadi paragraph pembuka. Oleh karena itu, penulis perlu menulisan ucapan syukur kepada Tuhan. Namun, penulis perlu berhati-hari. Sebaiknya penulis tidak menuliskanpertama atau pertamatama pada awal paragraf. Pertama merupakan penyebutan bilangan untuk menyatakan urutan. Tentunya penulis juga harus menuliskan kedua jika menggunakanpertama. Selain itu, penulis sebaiknya tidak menggunakan kata ulang pertama-tama.Penggunaan kata ulang itu terasa inkonsistensi jika digunakan pada kalimat keduanya. Tentunya penulis tidak akan menuliskan kedua-dua. Lucu, kan? Lalu, bagaimanakah penulis harus mengatasi kondisi tersebut? Penulis hendaknya menggunakan frasa terlebih dahulu sebagai pembuka paragraph. Frasa terlebih dahulu lebih terasa fleksibel daripada kata pertama atau pertama-tama. Frasa terlebih dahulu pun dapat diikuti sembarang kalimat penjelas. Lebih terasa mudah, bukan? Tips 2: Menuliskan Kelebihan Buku Paragraf kedua berisi kelebihan buku. Penulis adalah orang yang paling mengenal dan menguasai isi buku. Tentunya penulis pula mengetahui kelebihan isi buku dibandingkan buku-buku yang telah ada. Oleh karena itu, penulis perlu menjelaskan kelebihan atau keistimewaan buku dengan bahasa yang persuasive agar mengena pada diri calon pembeli atau pembaca. Tips 3: Menuliskan Ucapan Terimakasih Penulis dapat merampungkan kepenulisan buku karena pasti dibantu orang lain. Kepenulisan buku itu tidak mungkin terlakukan secara lancar jika tidak dibantu orang lain. Oleh karena itu, penulis harus menyampaikan apresiasi atau rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya. Ucapan terima kasih perlu ditulis dengan mengurutkan orang yang paling berjasa hingga biasa-biasa saja. Penulisannya sebaiknya menggunakan kata sapaan bapak, ibu, saudara, istri, anak dan lain-lain. Tips 4: Menuliskan Permohonan Maaf dan Harapan Tiada gading yang tak retak. Selagi buatan manusia dan makhluk, tentu ciptaannya pasti berkekurangan. Nasihat itu selalu diingat penulis buku dengan sebaik-baiknya. Mengapa? Karena penulis menyadari bahwa naskah bukunya tentu masih mempunyai kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu, penulis perlu meminta maaf sembari berharap pembaca agar berkenan memberikan kritikan. Selain itu, penulis pun tentu berharap agar bukunya dapat membantu pembaca yang memang membutuhkan bukunya tersebut. Jika keempat tips itu sudah ditulis penulis buku dengan baik, penerbit akan menelitinya. Jika ditemukan kekurangan, biasanya penerbit akan memanggil penulis untuk dilakukan perbaikan. Namun, itu jarang

dilakukan karena prakata merupakan bagian yang kurang penting dalam sebuah buku. Berikut ini adalah contoh prakata yang pernah saya gunakan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin. Terima kasih. Selamat Sore Lampiran: Contoh Prakata

Lampiran Prakata tertulis pula dalam buku Mahir Bercerita ini.

PRAKATA Alhamdulillahirabbilaalamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah naskah buku ini terselesaikan tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Penulis benar-benar merasa tertantang untuk mewujudkan naskah buku ini sebagai bagian untuk mempertahankan slogan pribadi banyak memberi banyak menerima. Buku ini ditulis berdasarkan keinginan penulis yang sering mengamati perilaku siswa di sekolah. Para siswa begitu gemar bercerita, baik saat berjumpa kawan maupun saat pembelajaran. Itu adalah salah satu bentuk kemampuan berbahasa lisan yang mereka miliki. Kebiasaan negatif ini sebenarnya dapat diarahkan untuk menuju kepada keterampilan berbahasa lisan. Terlebih, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Bahasa Indonesia SMP/MTs dan SMA/ MA/ SMK juga mencantumkan materi tentang berbicara atau bercerita. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis berusaha menyusun buku ini dengan memuat beragam teknik bercerita. Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) karena telah memberikan Beasiswa Unggulan Program Doktoral (S3). Dengan kepercayaan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan datang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sragen, dan Bupati Sragen. Semua bentuk kemudahan yang telah diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada segenap pengelola Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Doktoral (S3) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk semua bantuan, motivasi, dan saran-sarannya. Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, penulis menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan

menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat menginspirasi generasi bangsa ini agar menjadi generasi yang tanggap dan tangguh. Jadilah generasi yang bermartabat, kreatif, dan mandiri. Solo, Juni 2010 Penulis, JW

Anda mungkin juga menyukai