Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN INDIVIDU

1. Pengertian Perbedaan Individu Individu adalah sesuatu kesatuan yang memiliki ciri khasnya masing-masing, dan karena itu tidak ada individu yang sama persis meskipun kembar, satu dengan yang lainya berbeda. Ini dapat dikatakan sebagai kepastian, keragaman individu bukan keseragaman. Seorang pendidik yang baru pertama kali berada di muka kelas, mungkin baru menyadari bahwa dari sekian banyak siswa yang dihadapi itu ternyata beragam dalam hal karakteristik fisiknya, kecerdasan (kecakapan), gaya dan cara belajar, komunikasi, mengerjakan tugas, cara menyelesaikan problem, kepribadian, pola kepemimpinan keluarga, penyesuaian sosial dan emosional dan lain sebagainya. Bagi para pendidik, sangat penting memahami berbagai keragaman yang dimiliki oleh siswa tesebut. Antara siswa satu dengan yang lainya berbeda kecakapan, jasmani, sosial dan emosinalnya. Ada siswa yang tampak dapat bertindak secara cepat, tepat, dan dengan mudah, lazimnya siswa itu disebut cakap. Ada siswa yang belajarnya lamban, kurang tepat, dan bahkan mengalami kesukaran dalam belajarnya. Ada siswa yang kecil dan ada pula yang besar badannya, ada yang mampu menjadi pemimpin kelompok dan ada yang menyendiri, ada yang mampu dengan cepat mendapati problem dan ada yang kesulitan menghadapi problem, dan masih banyak perbedaan lainya, yang merupakan kelebihan atau kekurangan. Ada dua faktor yang menyebabkan adanya perbedaan individual, yakni faktor warisan karena kelahirannya dan faktor perkembangan dan pengalamannya (lingkungan). Antara kedua faktor tersebut terjadi konvergensi. Mungkin pada satu individu faktor keturunan lebih dominan, sedangkan individu yang lain justru faktor lingkungan lebih dominan. Perbedaan individual dapat dikembalikan kepada interaksi antara kedua faktor tersebut.

2. Jenis-jenis Perbedaan Individual Perbedaan individual menunjukan banyaknya variasi dan variabilitas. Ada baiknya kiranya perbedaan-perbedaan itu ditinjau lebih jauh dan lebih khusus, terutama pada beberapa jenis aspek perbedaan serta ciri-cirinya.
1

a. Kecakapan Individu memiliki kecakapan tertentu bukan karena warisan dari keturunan semata-mata, melainkan juga karena perkembangan dan pengalamannya. Dengan demikian kecakapan individu dapat berupa kecakapan dasar (potensial ability) maupun kecakapan nyata (actual ability). Kecakapan potensial, menunjukkan kepada aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan yang diperolehnya secara herediter, yang mungkin dapat berupa abilitar dasar umum (general inteligence) maupun abilitar dasar khusus dalam bidang tertentu (bakat, attitudes). Sedangkan kecakapan nyata, menunjukkan kepada aspek yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena hasil usaha atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahkan dalam hal-hal tertentu yang telah dijalaninya (achievement, prestasi). Inteligensi dan bakat (kecakapan potensial) itu hanya dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikatomya yang dimanifestasikan dalam kualifikasi perilaku seperti yang telah dipaparkan terdahulu. Witherington menunjukkan lebih rinci manifestasi dari indikator-indikator perilaku inteligen itu antara lain: 1) Kemudahan dalam menggunakan bilangan (facility in the use of the numbers); 2) Efisiensi dalam berbahasa (language efficiency); 3) Kecepatan dalam pengamatan (speed of perception); 4) Kemudahan dalam mengingat (facility in memorizing); 5) Kemudahan dalam memahami hubungan (facility in comprehending relationships); 6) Imajinasi (imagination) Selanjutnya kecakapan versi Gardner dikenal dengan kecakapan majemuk (multiple intellegences).

Lima wilayah yang meliputi kemampuan Mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Secara rinci lima wilayah kecerdasan dijelaskan sebagai berikut: 1. Meliputi kemampuan mengenali emosi diri 2. Kemampuan mengelola emosi 3. Kemampuan memotivasi diri sendiri 4. Kemumpuan mengenali emosi orang lain
2

5. Kemampuan membina hubungan

Kecakapan emosional sebenarnya merupakan cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari perkembangan kepribadian anak, IQ merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun demikian, sekarang muncul alat yang lain yang dikenal dengan EQ (Emotional Quotions) yang dianggap baik untuk mengukur kecakapan emosional anak. Lawrence, menyatakan bahwa kecakapan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan,(b) optimisme, (c) motivasi diri, dan (d) antusiasme. Kecakapan emosional seseorang merupakan kataktristik pribadi atau "karakter' orang yang bersangkutan. Oleh karena itu kecakapan emosional atau kecerdasan emosional (EQ) pengukurannya tidak didasarkan pada kepintaran (IQ) seseorang anak, tetapi melalui apa yang disebut katakteristik pribadi atau "karakter". Kecakapan emosional (EQ) bukanlah lawan dari kecakapan IQ atau kecakapan kognisi, namun keduany a saling berinteraksi secara dinamis, baik dalam tataran konseptual maupun di dalam dunia nyata. Ideal memang bila seseorang dapat menguasai ketrampilan kognisi (IQ) sekaligus kecakapan emosional dan social.

b. Perbedaan Kepribadian Dalam konsepsi Psikologi, belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi "kepribadian", sehingga banyaknya definisi kepribadian sebanyak ahli yang mencoba merumuskannya. "Kepribadian" menurut Allport adalah sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Sedangkan menurut Pervin dan John kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-polapikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Sedangkan menurut Adler adalah gaya hidup individu atau cara yang khas dari individu tersebut dalam memberikan respons terhadap masalah-masalah hidup. Sedangkan menurut Chaplin kepribadian adalah integrasi dari dan sifat-sifat tertentu yang dapal diselidiki dan dijabarkan untuk menyatakan kualitas yang unik dari individu. Dari berbagai defenisi tersebut dapat dipahami bahwa kepribadian itu merupakan karakteristik atau keunikan individu yang meliputi pola-pola pikiran, perasaan, perilaku dan cara merespon sesuatu masalah yang dihadapi. Tiap-tiap anak atau peserta didik memiliki kepribadian unik. Anak memiliki sifatsifat khas yang dimiliki dirinya sendiri dan tidak dimiliki oleh orang lain (aku bukan dia, aku
3

adalah aku). Keunikan yang demikian ini sudah barang tentu hams diperhatikan oleh guru, sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien. Kepribadian manusia menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele terbagi menjadi 9 tipe. Pertama perfeksionis. Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah, Kedua, penolong. Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan. Ketiga pengejar prestasi, Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan, Keempat romantis. Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja, Kelima pengamat. Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban, Keenam pencemas. Orang tipe initermotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak, Ketujuh petualang. Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan dan terhindar dari derita dan dukacita, Kedalapan pejuang. Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah, dan Kedelapan pendamai. Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik. Dengan memahami kepribadian masing-masing peserta didik akan dapat diketahui seperti apa sesungguhnya diri masing-masing peserta didik. Perkembangan kepribadian anak atau peserta didik ditentukan oleh keturunan/ heredity, lingkungan/ environment, dan diri/self). Faktor bawaan, menurut Mendel bahwa, sifat-sifat induk diwariskan kepada anaknya. Ini artinya anak memperoleh warisan sifat-sifat pembawaan dari keduanya yang merupakan potensi-potensi tetentu.. Faktor lingkungan, dapat berupa lingkungan fisik; cuaca, suhu, geografis, dan Ian-lain. Sedangkan lingkungan sosial dan budaya dapat berupa sikap, perilaku orang di sekitar anak, kebiasaan makan, berjalan, berpakaian, dan Iain-lain. Sedangkan faktor diri yaitu tentang kehidupan kejiwaan seseorang yang meliputi; perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap dan anggapan yang akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan seharihari.
4

Adapun gangguan kepribadiaan dikelompokkan menjadi tiga: 1. Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadiaan paranoid, skizoid, dan skizotipal. 2. Kelompok B : Orang dengan perilaku yang terlalu dramatis, emosional, atau eratik (tidak menentu). Kelompok ini terdiri dari gangguan kepribadiaan antisosial, ambang, histrionik, dan narsisistik. 3. Kelompok C : Orang yang sering kali tampak emas atau ketakutan. Kelompok ini mencakup gangguan kepribadiaan menghindar, dependen, dan obsesif komplusif.

c. Perbedaan Gaya Belajar Setiap anak atau peserta didik memiliki cara belajar sendiri-sendiri yang dipandang efektif dalam bel ajar. Cara belajar atau kesenangan belajar yang sering juga disebut gaya belajar (learning style) diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi tersebut. Gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama Gaya belajar visual; yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan alat indera penglihatan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar visual ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti dan menyukai metode demontrasi serta kurang menyukai metode ceramah. Kedua Gaya belajar auditorial; yaitu gaya belajar yang lebih banyak mengguakan indera pedengaran untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tetapi mudah bercerita, senang bersuara keras ketika sedang membaca, lebih menyukai gurauan daripada membaca buku, dan menyukai metode ceramah. Ketiga gaya belajar kinestetik; yaitu gaya belajar yang lebih menekankan gerak atau praktik langsung atas apa yang sedang dipelajari. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung, banyak bergerak, ketika membaca suka meggunakan jari sebagai penunjuk, menyukai permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu mclakiikan sesuatu. Dengan adanya tiga gaya belajar tersebut, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar peserta didiknya, sehingga dapat

memberikan layanan kepada peserta didiknya sesuai dengan gaya belajar rnasing-masing terdidik. Dengan demikian masing-masing peserta didik dapat belajar secara optimal.

4.

Perbedaan Individu dalam Aktivitas Belajar Dari sebagian besar perbedaan karakteristik kemampuan siswa dalam belajar dan

mengingat, kami hanya akan membahas empat masalah kognitif penting yang mempengaruhi kemampuan belajar dan mengingat. Pertama, karena pemikiran populer mengenai hubungan IQ dan kemampuan belajar maka kita perlu memperhatikan pemikiran mengenai intelijensi. Selain itu juga dibahas style kognitif, strategi pembelajaran dan kemampuan mengingat. 1. Kemampuan (Intelijensi) Uji perbedaan individu memungkinkan perhatian publik pada pengukuran kemampuan seseorang yang tentunya menghasilkan skor nilai IQ. Pada tahun 1920-an, pengujian ini sangat berguna sekali dilakukan. Banyak pendukung gerakan ini di Amerika yang kemudian dirasa bahwa seseorang yang memiliki IQ sedang hingga tinggi yang hanya dibolehkan untuk lebih produktif dibanding mereka yang memiliki keterbelakangan mental dan kelompok

keterbelakangan mental ini biasanya dihindari. Baru-baru ini pengujian yang sama ini juga dipandang sebagai instrument yang menimbulkan prasangka. Sebagian alasan untuk kedua pengukuran intelijensi ini telah menimbulkan pembingungan tentang permasalahan apa yang harus diukur. Beberapa evaluator telah membuat konsepsasi intelijensi sebagai kemampuan untuk belajar dengan cepat. Pandangan intelijensi lainnya mengindikasikan adanya tingkat kesulitan permasalahan atau soal-soal yang diberikan pada individu sesuai dengan usianya dalam mengukur kemampuan mereka menyelesaikan soal. Terkadang defenisi ini jauh lebih luas dan lebih menekan kapasitas glogal seseorang sebagai contoh kemampuan bertindak, kemampuan berpikir rasional dan kemampuan berpikir efektif dalam menanggapi seseorang. Selain itu banyak para penguji lainnya terus melawan arah pengujian ini secara lebih luas dengan mengangkat permasalahan umum dan pendefenisian operasional intelijensi secara total, seperti kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan baik pada uji intelijensi atau apapun model ujiannya. Bagaimana pun intelijensi, hal yang mungkin paling penting di sini adalah mengindikasikan sesuatu yang belum ada. Misalnya pernyataan yang tidak benar yang dikorelasikan dengan tingkat intelijensi dari kemampuan belajar seseorang. Penelitian mengenai tingkat kemampuan belajar seseorang mengindikasikan
6

bahwa ada beberapa faktor pembelajaran yang diperlukan untuk memprediksikan berbagai tugas pembelajaran yang dihadapi siswa. Sejumlah model khusus dari faktor-faktor yang diperlukan ini tergantung dari jenis-jenis tugas yang diukur meliputi keahlian motorik, kemampuan belajar verbal, kemampuan mengkonsep pembelajaran, kemampuan memahami sebuah konsep dan sebagainya yang digunakan sebagai variabel uji dalam penelitian khusus. Pendeknya, kita bisa katakan di sini tidak ada pengukuran terhadap kemampuan pembelajaran tunggal yang bisa menyebabkan ketidaktepatan dalam menginterprestasikan skor IQ sebagai refleksi dari tingkat kemampuan seseorang. Fakta ini memperlihatkan bahwa orang pertama mempelajari tugas mereka dengan lebih cepat dibanding orang kedua yang bukan berarti bahwa tingkat pembelajaran mereka dapat disamakan ketika kedua orang ini dihadapkan pada tugas yang berbeda. Secara mekanismenya, siswa bisa mempelajari bagaimana mengoperasikan sebuah mesin yang kompleks dengan kecepatan lebih dibanding bagian-bagian yang berorientasi pada pemahaman akademik. Haruslah dicatat bahwa nilai IQ berhubungan dengan ukuran belajar di sekolah. Model tes dalam Tradisi Binet masih efektif mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai berbagai kesulitan menuju keberhasilan di sekolah tradisional. Kita harus catat bahwa fakta ini tidak perlu menyiratkan bahwa tingkat kecerdasan/inteligen adalah faktor penyebab menentukan tingkat pencapaian. Orang bisa membalikkan argumentasi itu dan mengatakan bahwa semakin seorang anak mencapai sekolah yang lebih tinggi IQ nya berperanan. Sesungguhnya, anak-anak yang belajar lebih tinggi di sekolah cenderung untuk meningkatkan tes kecerdasan/inteligen mereka beberapa tahun ini. Hal yang penting untuk tujuan kita bukanlah yang mana, juga bukan tentang variabel-variabel penyebab variabel lain, tidak ada jawaban akhir yang mungkin. Melainkan, adalah penting untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat sedang antara kedua variabel. Ini berarti bahwa mengetahui tingkatan intelijensi perorangan akan membuat kita dapat meramalkan dengan derajat kesaksamaan beberapa tingkatan prestasi akademis, dan sebaliknya. Akhir yang harus dibuat mengenai kemampuan khusus ini adalah bahwa, walaupun mereka berbeda, mereka cenderung untuk berhubungan dengan kecerdasan/inteligen umum sampai taraf tertentu. 2. Cognitive Styles Teori yang berhubungan erat kepada permasalahan dalam keserasian untuk belajar adalah tipe kognitif. Keserasian perorangan mungkin dipandang sebagai suatu tingkatan dari capaian intelektual, sedangkan tipe kognitif mengacu pada cara capaian atau bagaimana sesuatu
7

menyelesaikan tugas-tugas intelektual. Sebagai contoh, individu berbeda pilihan atau kemampuan untuk belajar dari suatu cara yang dilakukan berhubungan dengan perasaan spesifik. Sebagian orang merasa paling baik belajar dari material tertulis, sedang sebagian orang yang lain merasa lebih efisien belajar dari pengolahan indera pendengar dengan isi yang sama melalui ceramah atau siaran ulang tv dari video. Perbedaan individu sepanjang dimensi ini ditaksir oleh suatu persepsi tugas yang mempertemukan tes figur umum yang harus memilih enam pekerjaan yang sangat serupa yang mana persisnya seperti suatu figur target. Hanya satu menit dalam mencari jawaban yang benar dan salah. Ukuran waktu tanggapan untuk masing-masing individu diambil seperti halnya score ketelitian. Orang yang lebih lambat dibanding rata-rata dan siapa yang membuat lebih sedikit kesalahan dibanding rata-rata Walaupun penggolongan ini meliputi kebanyakan pengambil test, tetapi tidak meliputi semua. Beberapa individu membuat banyak kesalahan sungguhpun mereka pelan-pelan, sedang individu lain bisa bekerja dengan cukup cepat tanpa membuat banyak kesalahan. Banyak tipe kognitif lain telah diusulkan dan diselidiki. Sebagai contoh, pembedaan di dalam tipe telah dibuat didasarkan pada tingkat dimana seseorang bereaksi pada suatu stimulus kompleks secara keseluruhan dibanding pada analisa bagian komponen (ketergantungan bidang dan kebebasan bidang) dan tingkat mana perorangan (berhenti untuk mengabaikan perubahan di dalam rangsangan berikutnya dari waktu ke waktu (pengatur dan mempertajam). Apa yang secara khas ditemukan adalah bahwa tipe kognitif seseorang terkait tidak hanya kepada bagaimana ia belajar, tetapi juga pada keputusan penting seperti pilihan suatu lapangan kerja atau perguruan tinggi utama 3. Gaya Belajar Strategi Belajar sebagai tambahan terhadap perbedaan di dalam karakteristik global yang mempengaruhi pelajaran, suatu faktor penentu penting dari suatu capaian individu pada tugas yang diberikan adalah strategi spesifik yang diambil untuk tugas itu. Strategi berbeda telah secara ekstensif menyelidiki dalam berbagai pelajaran dan memori tugas. Salah satu dari dua metoda secara khas digunakan untuk belajar perbedaan individu di dalam konteks ini: pokok materi di dalam eksperimen manapun hanya disangsikan menyangkut strategi mereka menggunakan suatu perbedaan dan strategi spesifik di dalam kemampuan mereka untuk menerapkan strategi itu. Di dalam prosedur yang terdahulu, strategi mungkin
8

secara khas ditetapkan dengan mengadakan percobaan sebelum mulai eksperimen dan diatur menurut derajat tingkat kompleksitas mereka. Sebagai contoh, di dalam belajar, suatu strategi memerlukan konstruksi yang menghubungkan stimulus dan tanggapan istilah yang diatur seperti strategi yang paling rumit, sedang pengulangan boleh jadi dipandang memerlukan proses paling sedikit dengan pokok materi dan dengan begitu dapat diatur sedikit kompleks. Studi yang menggunakan prosedur kedua sudah mencoba untuk menentukan efek instruksi untuk menggunakan jenis strategi tertentu tentang pelajaran individu yang berbeda. Yang sering terjadi, perumpamaan dan penyelesaian sengketa dengan strategi lisan telah dibandingkan dengan satu sama lain dan dengan instruksi untuk menggunakan rotasi pengulangan. Kedua perumpamaan atau instruksi penyelesaian sengketa dengan penengahan lisan mengakibatkan pelajaran dengan mantap lebih cepat dibanding instruksi dihafal dan tidak ada instruksi spesifik: Instruksi Perumpamaan juga mempunyai suatu dampak lebih besar dibanding instruksi lisan, walaupun efek nya relatif kecil. Perbedaan Individu dalam strategi daya ingat telah pula diselidiki baru-baru ini. Dari diskusi yang lebih awal dari memori dan pelajaran lisan, kamu dapat mengantisipasi bahwa suatu perbedaan penting antar pokok di dalam tugas jenis ini adalah kemampuan mereka secara subyektif mengorganisir material. Perbedaan individu antar pelajar mempunyai suatu dampak pada tingkat yang mana pelajaran terjadi: Pemilihan dari strategi yang berbeda menggunakan konteks ini, seperti memusatkan konservatif dan fokus berjudi, dihubungkan dengan kesanggupan ingatan pokok materi dan kecerdasan/inteligen umum. Paradigma Pemilihan untuk konsep pelajaran secara khas dipekerjakan untuk mengamati penggunaan dari strategi yang berbeda ini. 4. Memory Ability Perbedaan kesanggupan ingatan individu tidak hanya di dalam kemampuan mereka untuk memperoleh informasi, tetapi juga di dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan informasi apapun yang mereka peroleh. Beberapa tahun terakhir, psikolog berbeda mengukur kecerdasan. Beberapa yang paling menarik untuk pekerjaan ini telah dilaksanakan oleh suatu regu peneliti dipimpin oleh Earl Hunt, seorang psikolog dan Clifford Lunneborg seorang psychometrician. Pendekatan dasar yang diambil oleh Earl Hunt dan Lunneborg telah menguji para siswa perguruan tinggi berbagai tugas memori. Para mahasiswa terpilih untuk masuk di dalam studi pada dasar score ekstrim mereka pada tes kecerdasan. Mereka membatasi para
9

mahasiswa peringkat puncak yang keempat atau keempat terakhir di kelas mereka di dalam gabungan kedua-duanya yang lisan dan gabungan yang kwantitatif pada suatu pengujian pintu masuk. Penelitian Earl Hunt dan Lunneborg's mengungkapkan dua penemuan basis dasar,: satu mengenai implikasi perbedaan di dalam kemampuan lisan dan lain mengenai implikasi variasi yang berbeda di dalam kemampuan kwantitatif. Pada dasarnya, pembedaan sepertinya di dalam fungsi jenis memori pada kemampuan yang berhubungan Pertama, kemampuan lisan tinggi secara khas menyiratkan bawah lebih besar efisiensi akan lebih besar memori jangka pendek. Sebagai contoh, mempertimbangkan apa yang terjadi ketika pokok ditampilkan dengan satu set digit dan kemudian menanyakan sesuatu sangat ringkas apakah digit tertentu adalah di dalam memori menetapkan atau bukan. Kemampuan kwantitatif tinggi dan rendah tidak berbeda dalam seberapa cepat mereka menjawab tugas ini. Bagaimanapun, kemampuan lisan tinggi mempunyai waktu untuk bereaksi lebih cepat (atau pencarian/menilai lebih cepat) dibanding kemampuan lisan rendah. Fakta ini, bersama-sama dengan penemuan serupa di dalam sejumlah tugas lain, menyatakan bahwa kemampuan lisan tinggi dihubungkan dengan kecepatan pengolahan informasi lebih besar, terutama sekali di dalam situasi yang menekankan memori jangka pendek. Kedua, kemampuan kwantitatif tinggi yang secara khas menyiratkan pembalasan lebih besar untuk melupakan campur tangan. Sebagai contoh, mempertimbangkan capaian Peterson dan Tugas Peterson, yang mana digunakan untuk menilai efek dari pengacauan tugas pada memori jangka pendek. Sehubungan dengan pokok kwantitatif rendah, pokok kwantitatif tinggi mempertunjukkan daya ingat yang jauh lebih tinggi mengingat kembali informasi yang telah diperkenalkan sebelumnya. Campur tangan juga ditunjukkan pada tugas menuntut ingatan informasi jangka panjang. Sebagai contoh, walaupun kemampuan lisan adalah peramal yang lebih baik tentang berapa lama untuk memperoleh informasi yang lisan secara khas yang digunakan tugas ini, kemampuan kwantitatif yang manakah yang lebih baik dalam memperkirakan berapa banyak informasi dalam lima minggu kemudian. Dengan mengetahui kemampuan lisan seseorang, kamu dapat menaksir bahwa orang belajar tingkat tarip, sedangkan pengetahuan tentang kemampuan kwantitatif mengijinkan suatu perkiraan ingatan Hasil ini menarik, sebab tes kecerdasan dan tugas teori yang digunakan di sini berbeda dengan pokok materi. Ini terutama sekali terjadi pada kasus kemampuan lisan. Pertanyaan pada pengujian masuk perguruan tinggi yang digunakan untuk menilai kemampuan lisan yang pada
10

dasarnya menyinggung kepada isi dari memori jangka panjang. Sebagai contoh, seperti kebanyakan tes standar, ada mempertanyakan mengenai definisi kata-kata dan isi dari prosa,: Pada dasarnya, tes ini sedang menyelidiki isi dari memori jangka panjang. Di dalam kontras tugas teori, yang mana perbedaan tinggi dan rendahnya verbal pokok, tergantung pada tingkat pengolahan informasi di dalam memori jangka pendek, bukannya pada informasi spesifik yang menyimpan memori jangka panjang. Orang bisa mengadakan hipotesa, meskipun demikian, tidak sama sekali dibuktikan, bahwa pengolahan yang efisien dari informasi berikutnya oleh pokok lisan tinggi mengakibatkan dasar pengetahuan mereka lebih besar di dalam memori jangka panjang

5. Kesimpulan Pembelajaran berbasis perbedaan individual lebih menekankan pengakuan terhadap keunikan masing-masing peserta didik, peserta didik rnemungkinkan mencapai hasil belajar yang optimal, meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, sikap peserta didik yang positif terhadap bahan pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis perbedaan individual, guru berperan besar mendorong keberhasilan siswa secara individual, lebih menekankan interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari.

11

DAFTAR PUSTAKA
Ichsan, Januari 2009, Pembelajaran Berbasis Perbedaan Individual. Mukaddimah, Volume XV, No.26.http://digilib.uinsuka.ac.id/8622/1/ICHSAN%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20PERBEDAAN%20INDIVID UAL.pdf

Ustadi, Noor Hamid, dan Utami, Ratnasari Diah, Mei 2005, Analisis Perbedaan FaktorFaktor Individual Terhadap Persepsi Perilaku Etis Mahasiswa. Jurnal Akuntood & Auditing, Volume 01, No. 02. http://eprints.undip.ac.id/13861/1/Analisis_Perbedaan_Faktor Faktor_Individual....by_Noor_Hamid_Ustadi_%26_Ratnasari_Diah_Utami_(OK).pdf

12

Anda mungkin juga menyukai