Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami
berbagai fenomena alam secara sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran
IPA memiliki empat dimensi yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Sikap
berkaitan dengan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.
Proses berkaitan dengan prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan
metode ilmiah yang meliputi merumuskan hipotesis, merancang dan
melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta
menarik kesimpulan. Produk IPA meliputi konsep, prinsip, hukum, dan teori.
Aplikasi berkaitan dengan penerapan metode ilmiah dan produk IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Keempat dimensi di atas merupakan ciri IPA yang
utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.Oleh karena itu seyogyanya
pembelajaran IPA mencakup empat aspek di atas.
Pembelajaran IPA bukan hanya untuk menguasai sejumlah
pengetahuan sebagai produk IPA, tetapi juga harus menyediakan ruang yang
cukup untuk tumbuh berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses
pemecahan masalah, dan penerapan IPA dalam kehidupan nyata.
Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya
mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada
tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai sikap, proses, dan aplikasi tidak tersentuh
dalam pembelajaran.
Tantangan abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan teknologi
yang diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Fakta
menunjukkan bahwa berbagai tindakan manusia memberikan dampak yang
besar pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan cara


pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan
teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, dapat berargumentasi secara
benar, dan yang tidak kalah penting adalah kemampuan berpikir secara
komprehensif dalam memecahkan berbagai persoalan dalam kehidupan nyata.
Oleh karena itu, siswa dituntut menguasai IPA secara terpadu.
Secara yuridis formal, pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu
model implementasi kurikulum yang diharapkan dapat diaplikasikan di
SMP/MTs. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Mata
Pelajaran IPA di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran
salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu
yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu
karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksana. Selain itu, perlu juga adanya muatan imtaq di dalam pembelajaran
IPA untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.
Selanjutnya, dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 pada pasal 1
ayat 2 dinyatakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat
mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Isi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Standar Kompentesi Lulusan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan demikian,
dimungkinkan merancang pembelajaran dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi dasar (KD) yang baru untuk memperkaya SK/KD yang ada.
Dalam Permen Diknas No 41 Tahun 2007 butir II B dinyatakan bahwa
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Kemudian, dalam Butir II C nomor 5 dinyatakan
pengembangan RPP memperhatikan prinsip keterkaitan dan keterpaduan,
artinya penyusunan RPP harus memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,


indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar,
dan keragaman budaya. Mengacu pada Permen tersebut di atas, maka
dimungkinkan bagi satuan pendidikan untuk menyusun kurikulum
operasionalnya dengan menambah KD dan atau SKL. Dengan demikian,
penerapan pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs memiliki dasar hukum
yang kuat.

























BAB II
PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL INTEGRATED

A. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Lingkup IPA di tingkat SMP/MTs meliputi bidang kajian energi dan
perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, serta
materi dan sifatnya. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, lingkup IPA
tersebut dibelajarkan dalam satu mata pelajaran IPA. Konsekuensi logisnya
adalah bahwa dalam pembelajaran IPA, bidang kajian tersebut dikemas
menjadi satua kesatuan yang utuh. Pelaksanaan pembelajaran IPA seyogyanya
juga memberi penekanan pada pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat). Karena itulah mata pelajaran IPA harus disajikan
melalui pembelajaran IPA terpadu. IPA terpadu adalah sebuah pendekatan
integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang
kajian untuk memecahkan permasalahan. Dengan pembelajaran terpadu, siswa
diharapkan mempunyai pengetahuan IPA yang utuh (holistik) untuk
menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari secara kontekstual.
Agar siswa kompeten dalam pemecahan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup (life skills). Pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah adalah karakteristik lain dari pembelajaran IPA terpadu.
Keterampilan proses yang harus dilatihkan melalui pembelajaran
IPA terpadu, antara lain: mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan
(observasi), menyusun hipotesis, merancang dan melakukan penyelidikan, dan
merumuskan simpulan. Keterampilan inkuiri lain yang mewarnai
pembelajaran IPA terpadu adalah: mengukur, menggunakan peralatan,
menggolongkan atau melakukan klasifikasi, mengolah dan menganalisis data,
menerapkan ide pada situasi baru, serta mengkomunikasikan informasi dalam


berbagai cara, misalnya dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya.
Latihan keterampilan proses dapat mengembangkan sikap dan nilai, antara
lain: rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet, cermat,
disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan
bekerja sama dengan orang lain.
B. Model-model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial Diterapkan
Dari sejumlah model keterpaduan pembelajaran menurut Fogarty
(1991), terdapat tiga model yang potensial untuk diterapkan dalam pembela-
jaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, dan integrated. Tiga model
tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar
memberikan hasil yang optimal.
Tabel 1
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Model I ntegrated, Webbed, dan Connected

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Keterpaduan
(integrated)
Membelajarkan
beberapa KD yang
konsep-konsepnya
beririsan/
tumpang tindih

Pemahaman
terhadap konsep
lebih utuh
(holistik)
Lebih efisien
Sangat
kontekstual
KD-KD yang konsepnya
beririsan berada dalam
semester atau kelas yang
berbeda
Menuntut wawasan dan
penguasaan materi yang luas
Sarana-prasarana, misalnya
buku belum mendukung
Jaring laba-laba
(Webbed)
Membelajarkan
beberapa KD yang
berkaitan melalui
sebuah tema

Pemahaman
terhadap konsep
utuh
Kontekstual
Dapat dipilih
tema-tema
menarik yang
dekat dengan
kehidupan

KD-KD yang berkaitan
berada dalam semester atau
kelas yang berbeda
Tidak mudah menemukan
tema pengait yang tepat.
tema


Keterhubungan
(connected) Membelajarkan
sebuah KD,
konsep-konsep
pada KD tersebut
dipertautkan
dengan konsep
pada KD yang lain

Melihat perma-
salahan tidak
hanya dari satu
bidang kajian
Pembelajaran
dapat mengikuti
KD-KD dalam
SI, tetapi harus
dikaitkan dengan
KD yang relevan
Kaitan antara bidang kajian
sudah tampak tetapi masih
didominasi oleh bidang kajian
tertentu






































BAB III
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
MODEL INTEGRATED


Pembelajaran IPA terpadu melibatkan tiga kegiatan utama yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Di samping itu, pembelajaran IPA
terpadu memberikan beberapa implikasi terhadap guru, siswa maupun bahan ajar
yang digunakan.

A. Perencanaan
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu akan lebih
optimal jika guru dalam merencanakan pembelajaran tersebut
mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik serta kemampuan
sumberdaya pendukung lainnya. Kondisi dan potensi peserta didik tersebut
meliputi: minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan,
yang dimaksud dengan kemampuan sumberdaya pendukung meliputi:
kemampuan guru, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, serta
kepedulian stakeholders sekolah.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ada tiga model keterpaduan
yang potensial diterapkan dalam pembelajaran IPA di SMP/MTs, yaitu: model
keterpaduan secara connected, webbed, dan integrated. Model keterpaduan
manapun yang diterapkan oleh guru, semuanya berdasarkan pada keterkaitan
antar bidang kajian IPA. Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006,
SK dan KD sudah dituangkan secara terpisah dalam masing-masing bidang
kajian. Oleh karena itu, untuk pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu perlu
dilakukan pemetaan terlebih dulu. Namun, dengan model-model keterpaduan
di atas, harus diupayakan tidak satupun SK atau KD yang pencapaiannya
parsial tanpa mengaitkan atau memadukannya dengan SK atau KD lain yang
relevan.
Pemetaan dan penyusunan RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
sebagaimana ditunjukkan Gambar 1.



Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu:
1. Mengkaji dan memetakan semua SK dan KD dari bidang kajian yang akan
dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh, sehingga dapat dipilih model keterpaduan
connected, webbed, ataukah integrated yang akan diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu tersebut, sekaligus untuk
meyakinkan bahwa tidak ada satupun KD yang dicapai tanpa
mengaitkannya dengan KD lain.


















Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu
Secara lebih rinci, alur penyusunan rencana pembelajaran IPA terpadu yang
ditunjukkan pada Gambar 1 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

2. Menentukan model keterpaduan. Bila konsep pada suatu KD menjadi
materi utama, sedang konsep pada KD lain akan dikaitkan atau menjadi
terapannya, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah connected.
Bila beberapa konsep dari beberapa KD dipersatukan melalui sebuah tema,
maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah webbed. Bila beberapa
konsep dari beberapa KD yang beririsan diangkat menjadi topik, atau
dipilih suatu tema tertentu yang mewakili (bukan mengaitkan) konsep-
Merumuskan indikator
pembelajaran IPA
terpadu
Memetakan SK dan KD bidang
kajian IPA yang akan dipadukan
Menentukan
tema
pemersatu
Menyusun silabus
pembelajaran IPA
terpadu
Menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran
IPA terpadu
Menentukan jenis keterpaduan konsep-
konsep antar KD dalam bidang kajian IPA
Connected Webbed
Integrated
Menentukan
materi pokok
dan materi
yang dikaitkan
Menentukan
topik/konsep
yang beririsan
atau tema yang
mewakili


konsep yang beririsan tersebut, maka model keterpaduan yang dihasilkan
adalah integrated.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kaitan,
menentukan tema, atau memilih topik pada pembelajaran IPA terpadu
adalah:
a. Relevan dengan KD-KD yang dipadukan.
b. Memperhatikan isu-isu yang aktual dan menarik.
c. Kontekstual, yaitu dekat dengan pengalaman pribadi peserta didik
dan sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
3. Membuat matriks atau bagan keterhubungan konsep-konsep dalam
kompetensi dasar sesuai keterpaduan yang dipilih. Dengan matriks atau
bagan ini, hasil pemetaan KD atau SK dan model keterpaduan yang dipilih
menjadi semakin jelas.
4. Merumuskan indikator pencapaian hasil belajar sesuai KD-KD yang
dipadukan. Untuk model keterpaduan integrated, dimungkinkan
merumuskan KD sesuai karakteristik keterpaduannya.
5. Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu berdasarkan sejumlah
indikator yang telah dihasilkan. Setelah silabus tersusun, selanjutnya
dikembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada
pembelajaran IPA Terpadu, keterpaduan terletak pada kegiatan
pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.

B. Pelaksanaan Model Pembelajaran IPA Terpadu
Sesuai uraian sebelumnya, terdapat tiga model keterpaduan yang
berpotensi untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yakni
connected, webbed, dan integrated. Apapun model yang dipilih, pembelajaran
harus dijabarkan dari silabus menjadi RPP dan dikemas menjadi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.




1. Kegiatan Pendahuluan/Awal
Kegiatan pendahuluan untuk menciptakan suasana awal yang
kondusif, sehingga pembelajaran akan berjalan efektif dan peserta didik
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam
kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif
singkat, yaitu antara 5-10 menit.
Langkah-langkah dalam kegiatan pendahuluan antara lain:
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran, melakukan kegiatan motivasi, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai, dan menyampaikan cakupan materi, serta penjelasan
uraian kegiatan sesuai silabus. Dalam kegiatan pendahuluan ini guru
dapat pula melakukan penilaian awal (tes awal) secara lisan maupun
tertulis.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan inti dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Menurut Permen Diknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Pembelajaran, kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, meliputi proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta didik untuk:
(i) mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari; (ii) menggunakan beragam pendekatan pembela-
jaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; (iii) memfasilitasi


terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; (iv) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan (v)
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium atau
lapangan.
Dalam kegiatan elaborasi, guru: (i) membiasakan peserta didik
mencari literatur yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,
termasuk mencari informasi dari internet; (ii) memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas dan diskusi untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis; (iii) memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
(iv) berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; (iv)
membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik secara lisan maupun
tertulis, secara individual maupun kelompok; serta (v) melalui kegiatan-
kegiatan lain yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru: (i) memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah
terhadap keberhasilan peserta didik; (ii) melakukan konfirmasi terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi sehingga peserta didik memahami hasil-
hasil yang benar; serta (iii) melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

3. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sebagaimana waktu untuk kegiatan pendahuluan, waktu yang
tersedia untuk kegiatan penutup atau kegiatan akhir ini juga cukup singkat,
karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkannya secara efisien.
Kegiatan penutup antara lain: mengajak peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah diajarkan, melaksanakan tindak lanjut
pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan
di rumah, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta


didik, membaca materi pelajaran tertentu, mendiskusikan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan topik yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya, memberikan evaluasi secara lisan atau
tertulis, dan memberikan penghargaan kepada peserta didik yang
kinerjanya bagus.
Pembelajaran IPA terpadu secara connected, webbed, atau integrated
dapat dilaksanakan melalui model-model pembelajaran inovatif, misalnya
pembelajaran berdasarkan masalah, pembelajaran kooperatif, pengajaran
langsung, dan lain-lain. Tentu saja langkah-langkah atau sintaksnya
dimodifikasi sesuai model keterpaduan yang dipilih.

C. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran IPA terpadu dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Hakikat IPA. Penilaian tidak hanya ditekankan pada dimensi produk
(kognitif), tetapi juga harus menilai dimensi sikap, proses, dan aplikasi
secara proporsional. Penilaian tidak hanya menyangkut apa yang diketahui
oleh peserta didik, tetapi juga harus menilai apa yang dapat dilakukan oleh
peserta didik, melalui berbagai bentuk penilaian kinerja.
2. Model keterpaduan yang dipilih. Kriteria ketuntasan atau ketercapaian
KD pada model connected, webbed, atau integrated ditentukan mengacu
pada konsep-konsep KD yang dipadukan. Dengan demikian, konten atau
cakupan penilaian dapat berupa perpaduan berbagai bidang kajian atau
hanya mengaitkan bidang kajian tertentu dengan bidang kajian yang lain.
3. Sistem penilaian. Sesuai Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, penilaian
dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas,
ujian sekolah, dan ujian nasional. Penilaian harus memperhatikan prinsip-
prinsip: sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berke-
sinambungan, sistematis, beracuan kriteria, serta akuntabel. Penilaian


dilakukan dengan berbagai bentuk, teknik, dan menggunakan berbagai
instrumen penilaian sebagaimana ditunjukkan Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2
Klasifikasi Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian

No Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
1 Ujian tertulis
Soal pilihan: pilihan ganda,
benarsalah, menjodohkan, dll.
Soal isian: isian singkat dan uraian
2 Observasi (pengamatan)
Lembar observasi
(lembar pengamatan)
3
Ujian praktik (tes
kinerja)
Soal tulis keterampilan
Soal simulasi
Soal/soal petik kerja
4
Penugasan individual
atau kelompok
Pekerjaan rumah
Proyek
5 Ujian lisan Daftar pertanyaan
6 Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio
7 Jurnal Buku cacatan jurnal
8 Penilaian diri Kuesioner/lembar penilaian diri
9 Penilaian antarteman Lembar penilaian antarteman





















Daftar Pustaka


Fogarty, R. (1991). How to integrate the curricula. Palatine: IRI/Skylight
Publishing, Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Repubrik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
Tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk Satuan Pendidikan dasar
dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Proses Pendidikan untuk Satuan Pendidikan dasar dan
Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2006). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubrik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Repubrik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Pusat Kurikulum, Balitbang, Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembe-
lajaran IPA Terpadu, SMP/MTs.

Anda mungkin juga menyukai