A. Pendahuluan 1. Definisi Lanjut Usia Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh (Arisman, 200). !erdasarkan "#$ (%etianto,200&), lansia dibagi menjadi tiga golongan' a. (mur lanjut (elderly) ' usia )0-&* tahun b. (mur tua (old) ' usia &)-+0 tahun ,. (mur sangat tua (very old) ' usia - +0 tahun 2. Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia .esehatan lansia dipengaruhi proses menua. /roses menua didefenisikan sebagai perubahan yang terkait 0aktu, bersifat uni1ersal, intrinsik, progresif, dan detrimental. .eadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup berkurang. /roses menua setiap indi1idu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degeneratif (%etiati,2000) /roses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan infeksi. #al ini digambarkan pada 2abel 3.
2
a!el 1 Ke"unduran dan Kele"ahan Lansia N# Ke"unduran dan Kele"ahan Lansia
3. 2. 4. . *. ). &. 5.
+.
/ergerakan dan kestabilan terganggu 6ntelektual terganggu 6solasi diri (depresi) 6nkontinensia 7efisiensi imunologis 6nfeksi, konstipasi, dan malnutrisi 6atrogenesis dan insomnia .emunduran penglihatan, pendengaran, penge,apan, pembauan, komunikasi dan integritas kulit .emunduran proses penyembuhan %umber' Masalah kesehatan pada golongan lanjut usia, oleh 8.!oedhi 7armodjo (Arisman, 200)
$. Status Gi%i &ada Lansia %tatus gi9i merupakan keseimbangan antara asuapan 9at gi9i dan kebutuhan akan 9at gi9i tersebut. %tatus gi9i juga didefenisikan sebagai keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh (%upariasa, !akri, : ;ajar, 2002). %tatus <i9i pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. /erubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memi,u terjadinya berbagai masalah gi9i pada lanjut usia (/otter:/ierry, 200*). 1. Peru!ahan 'isi#l#(is )an( Me"&en(aruhi Status Gi%i &ada Lanjut Usia 7engan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ tubuhnya makin besar. /eneliti Andres dan 2obin (dalam .ane, $uslander, : !rass, 200) menjelaskan bah0a fungsi organ- organ akan menurun sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 40 tahun. /enurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gi9i yang seringkali 3
terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan fisiologis (7armojo,2030). Adapun perubahan fisiologis tersebut sebagai berikut' a. .omposisi 2ubuh .omposisi tubuh dapat memberikan indikasi status gi9i dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. /ada abad ke-3+ ditemukan berbagai senya0a kimia0i yang ternyata ada pula pada jaringan dan ,airan tubuh (7armojo,2030). Akibat penuaan pada lansia massa otot berkurang sedangkan massa lemak bertambah. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak ),4=, sedangakan sebanyak 2= massa lemak bertambah dari berat badan perdekade setelah usia 40 tahun. >umlah ,airan tubuh berkurang dari sekitar )0= berat badan pada orang muda menjadi *= dari berat badan 0anita usia lanjut.(.a0as : !rookmeyer, 2003? Arisman,200 ) /enurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan kebutuhan energi yang terlihat pada lansia. .eseimbangan energi pada lansia lebih lanjut dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang menurun. /emahaman akan hubungan berbagai keadaan tersebut penting dalam membantu lansia mengelola berat badan mereka (7armojo,2030). b. <igi dan Mulut <igi merupakan unsur penting untuk pen,apaian derajat kesehatan dan gi9i yang baik. /erubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai perubahan pada gingi1a anak-anak. %etelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen. /ada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, ber0arna lebih gelap, dan bahkan sebagian gigi telah tanggal (Arisman,200). 4
7engan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan ba0ah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal dapat men,apai 400 poinds per s@uare in,h dapat men,apai *0 pound per s@uare in,h. %elain itu, terjadinya atropi gingi1a dan pro,esus al1eolaris yang menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan rasa sakit semakin memperparah penurunan daya kunyah. /ada lansia saluran pen,ernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum (7armojo,2030). ,. 6ndera /enge,ap dan /en,ium 7engan bertambahnya umur, kemampuan menge,ap, men,erna, dan mematobolisme makanan berubah. /enurunan indera penge,ap dan pen,ium pada lansia menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat lagi menikmati aroma dan rasa makanan. <angguan rasa penge,ap pada proses penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah Ataste budsA atau tunas penge,ap pada lidah. Bherie Long (3+5)) dan 8uslijanto (3++)) dalam 7armojo (2030) menyatakan 50= tunas penge,ap hilang pada usia 50 tahun. "anita pas,a monopause ,enderung berkurang kemampuan merasakan manis dan asin. .eadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan.<angguan rasa penge,ap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia disebabkan kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi seng (%eymour,200)).
5
d. <astrointestinal Motilitas lambung dan pengosongan lambung menurun seiring dengan meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia menipis. 7i atas usia )0 tahun, sekresi #BL dan pepsin berkurang. Akibatnya penyerapan 1itamin dan 9at besi berkurang sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia pada lansia. Csofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur se,ara khusus untuk fungsi tersebut (<uyton:#all,200). /ada manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif dengan adanya makanan. #al ini menyebabkan kemampuan peristaltik esofagus mendorong makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat (7armojo,2030) !erat total usus halus (di atas usia 0 tahun) berkurang, namun penyerapan 9at gi9i pada umumnya masih dalam batas normal, ke,uali kalsium dan 9at besi (di atas usia )0 tahun). 7i usus halus juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri pada lansia dengan gastritis atrofi yang dapat menghambat penyerapan 1itamin !. %elain itu, motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan konstipasi sering terjadi pada lansia (%etiati,2000). e. #ematologi !erbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua pada sistem hematopoetik. !erdasarkan pengamatan klinik dan laboratorik, didapatkan bukti bah0a pada batas umur tertentu, sumsum tulang mengalami in1olusi, sehingga ,adangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun. !eberapa 1ariabel dalam pemeriksaan darah lengkap (full blood count) seperti kadar hemoglobin, indeks sel darah merah (MBD,MB#,MB#B), hitung leukosit,trombosit menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan umur. 6
Anemia kekurangan 9at besi adalah salah satu bentuk kelainan hematologi yang sering dialami pada lansia . /enyebab utama anemia kekurangan 9at besi pada usia lanjut adalah karena kehilangan darah yang terutama berasal dari perdarahan kronik sistem gastrointestinal akibat berbagai masalah pen,ernaan seperti tukak peptik, 1arises esofagus, keganasan lambung dan kolon(7armojo,2030). Menurunnya ,airan saluran ,erna (sekresi pepsin) dan en9im-en9im pen,ernaan proteolitik mengakibatkan pen,ernaan protein tidak efisien. 2. Pen(ukuran Status Gi%i &ada Lanjut Usia .eadaan gi9i seseorang mempengaruhi penampilan, pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. /engkajian status gi9i adalah proses yang digunakan untuk menentukan status gi9i, mengidentifikasi malnutrisi (kurang gi9i atau gi9i lebih) dan menentukan jenis diet atau menu makanan yang harus diberikan pada seseorang. Mengkaji status gi9i usia lanjut sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter sehingga hasil kajian lebih akurat. /engkajian status gi9i pada usia lanjut dapat dilakukan dengan ,ara sebagai berikut ' a. Anamnesis #al-hal yang perlu diketahui antara lain' 6dentitas, orang terdekat yang dapat dihubungi, keluhan dan ri0ayat penyakit, ri0ayat asupan makanan, ri0ayat operasi yang mengganggu asupan makanan, ri0ayat penyakit keluarga, akti1itas sehari-hari, ri0ayat buang air besar atau buang air ke,il, dan kebiasaan lain yang dapat mengganggu asupan makanan (%upariasa, !akri, : ;ajar, 2002).
7
b. /engukuran Antropometri /engukuran antropometri adalah pengukuran tentang ukuran, berat badan, dan proporsi tubuh manusia dengan tujuan untuk mengkaji status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh serta mendeteksi adanya masalah-masalah nutrisi pada seseorang. (Eura,hmah,2003). /engukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan status gi9i pada lansia meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut (knee high), lingkar betis, tebal lipatan kulit (pengukuran skinfold), dan lingkar lengan atas. Bara yang paling sederhanan dan banyak digunakan adalah dengan menghitung 6ndeks Massa 2ubuh (6M2) (;atmah,2030). Adapun beberapa pengukuran antropometri yang dapat dilakukan pada lansia adalah sebagai berikut' 3) 2inggi !adan 2inggi !adan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. /ada keadaan normal, 2! tumbuh seiring dengan pertambahan umur. 2inggi !adan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan !! terhadap 2! (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan. /engukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan microtoise dengan kepekaan 0,3 ,m dengan menggunakan satuan sentimeter atau in,i. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki.
8
2) !erat !adan Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan. /engukuran berat badan juga dapat memberikan gambaran status gi9i seseorang dengan mengetahu indeks massa tubuh. /engukuran berat badan ini menggunakan timbangan injak seca. 4) 2inggi Lutut 2inggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan bisa didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. 2inggi lutut dapat dilakukan pada usia lanjut yang tulang punggungnya mengalami osteoporosis, sehingga terjadi penurunan tinggi badan (;atmah, 200)). 7ari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus persamaan Bhumlea (3+55)'
%umber' prediksi tinggi badan lansia berdasarkan tinggi lutut dalam ;atimah (2030)
) 2ebal lipatan .ulit /engukuran ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu ,ara menentukan presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui kadar lemak dalam tubuh ./engukuran lipatan kulit men,erminkan lemak pada jaringan subkutan, massa otot dan status kalori. /engukuran ini dapat juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrsi, berat badan normal atau obesitas (Eura,hmah,2003) 2inggi !adan (laki-laki) F ),3+- (0,0-usia dalam tahun) G(2,02 H tinggi lutut dalam ,m) 2inggi !adan (perempuan) F 5,55 - (0,2-usia dalam tahun) G(3,54 H tinggi lutut dalam ,m) 9
(ntuk menentukan tebal lipatan kulit digunakan sebuah jangka lengkung (,aliper) yang dijepit pada bagian-bagian kulit yang telah ditentukan. Adapun standar tempat pengukuran Skinfold menurut #ey0ard Di1ian # dan %tolar,9yk L.M. dalam %upariasa, !akri, : ;ajar, (2002) ada sembilan tempat, yaitu dada,subs,apula, midaIilaris, suprailiaka, perut, trisep, bisep, paha, dan betis. 2abel 2 menunjukkan tempat-tempat dan petunjuk pengukuran skinfold. a!el 2 e"&at*e"&at dan Petunjuk Pen(ukuran Skinf#ld N# e"&at Arah Li&atan Pen(ukuran 3.
2.
4.
.
*.
).
&.
5.
+. 7ada
%ubskapula
Midaksila
%uprailiaka
Abdominal
2risep
!isep
/aha
!etis 7iagonal
7iagonal
#ori9ontal
Miring
#ori9ontal
Dertikal
Dertikal
Dertikal
Dertikal Lipatan diambil antara axilla dan puting susu, setinggi mungkin, sejajar dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 3 ,m diba0ah jari tangan. Lipatan diambil sepanjanggaris ,lea1age tepat diba0ah s,apula dengan ukuran 3 ,m diba0ah jari tangan. Lipatan diambil pada garis midaxillaris tepat pada pertemuan xiphisternal Lipatan diambil ke arah belakang garis midaIilaris dan ke atas ilia,, dengan ukuran 3 ,m di ba0ah jari tangan Lipatan 4 ,m disamping tali pusat dan 3 ,m ke pusat umbili,us Lipatan kulit diambil dengan arah 1ertikal pada jarak antara penonjolan lateral dari prosessus a,ronial dan batas inferior dari prosessus ole,ranon dan diukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut +0 0 menggunakan pita pengukur. 2itik tengah ditandai pada sisi samping lengan. /engukuran diambil 3 ,m diatas tanda tersebut. Arah lipatan kulit diambil se,ara 1ertikal diatas bisep bra,hii yang sejajar dengan trisep di bagian belakang. /engukuran dilakukan 3 ,m di ba0ah jari. Lipatan diambil pada tengah paha, antara lipatan inguinal dan batas dari patella. /engukuran dilakukan 3 ,m di ba0ah jari. Lipatan diambil pada lingkaran betis yang paling lebar, pada bagian tengah dari betis dengan lutut bersudut +0 0 . %umber '#ey0ard Di1ian #. 7an %tolar,k9yk L.M.3++) Applied ody composition Assesment dalam %upariasa, !akri, : ;ajar (2002)
10
#asil pengukuran tebal lipatan lemak ba0ah kulit pada empat sisi tubuh yakni trisep, bisep, suprailiaka, dan subskapula dapat digunakan untuk melihat presentase lemak tubuh melalui rumus matematis menurut 7urmin : "ormersley dalam !udiharjo, 8omi, : /rakosa (200). /ersen lemak tubuh ' F 300 J j 4,95 D [ 4,S = 1uu X_ 4,95 1,1567- _0,0717 xIog_ trIscp+bIscp+subskapuIa + supraIIIaka ]] _ 4,S .eterangan ' 7F 7ensitas badan, nilai 3,3*)& dan 0,0&3& adalah ketetapan body density %umber' 7urmin : "ormersley ody !at Assessed from total body "ensity and its estimation from skinfold #hickness dalam !udiharjo, 8omi, : /rakosa (200)
#asil dari persentase lemak tubuh berdasarkan rumus matematis dari 7urmin : "ormersley kemudian dibandingkan dengan kategori nilai presentasi lemak tubuh berdasarkan jenis kelamin dan umur pada tabel berikut (Morro0 et al,200*) a!el + Klasifikasi Presentase Le"ak $a,ah Kulit /ria (mur (tahun) 35-2* 2)-4* 4)-* )-** *)-)* ))G .urang Eormal Lebih -34 3-23 22-4& 5-35 3+-2 2*-4& 30-23 22-2) 2&-45 32-24 2-25 2+-45 3*-2 2*-25 2+-45 3*-24 2-2& 25-45 "anita (mur (2ahun) 35-2* 2)-4* 4)-* )-** *)-)* ))G .urang Eormal Lebih 34-24 2-25 2+-4 34-24 2-40 43-5 3*-2) 2&-42 44-5 35-25 2+-4 4*-+ 35-40 43-4) 4&-) 3)-2+ 40-4* 4)-0 %umber' ody !at $ercentage for Men and %omen Morro0 et al (200*) 11
8umus persamaan prediksi persentasi total lemak tubuh yang ditemukan oleh 7urmin : "ormersley dengan pengukuran tebal lemak ba0ah kulit berdasarkan empat titik pada tubuh ini telah banyak digunakan dalam penelitian luar maupun dalam negeri. Manandhar, Anklesaria, dan 6smail (3++&) dalam penelitiannya tentang karakteristik gi9i pada lansia di Mumbai 6ndia, menggunakan persamaan matematis dari 7urmin : "ormersley untuk mengetahui total lemak tubuh pada lansia prasejahtera di 6ndia. /enelitian lain yang menggunakan persamaan persentasi total lemak tubuh ini adalah Kusof et al (200&) yang melakukan sur1ey status gi9i di %emenanjung <rik, Malaysia. !udiharjo, 8omi, : /rakosa (200) juga menggunakan persamaan 7urmin : "ormersley untuk melihat pengaruh latihan fisik terhadap persentase lemak tubuh 0anita lanjut usia di Kogyakarta. %elain itu, penelitian tentang berbagai persamaan yang biasa dilakukan untuk memprediksikan total lemak tubuh oleh Disser, #eu1el, : 7eurenberg (3++4) menunjukkan bah0a persamaan 7urmin : "ormersley merupakan persamaan yang 1alid dan bisa digunakan untuk memprediksi persentase total lemak tubuh termasuk pada golongan lanjut usia. *) Lingkar lengan atas Lingkar lengan atas merupakan pengkajian umum yang digunakan untuk menilai status nutrisi. /engukuran LLA dilakukan dengan menggunakan sentimeter kain (tape around). /engukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan (Eura,hmah,2003). Menurut 7epkes 86 (3++), nilai normal lingkar lengan atas pada lansia adalah 23 hingga 22 ,m.
12
)) 6ndeks Massa 2ubuh 6M2 merupakan indikator status gi9i yang ,ukup peka digunakan untuk menilai status gi9i orang de0asa diatas umur 35 tahun dan mempunyai hubungan yang ,ukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh (;atmah, 2030). 6M2 juga merupakan sebuah ukuran Lberat terhadap tinggiM badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang de0asa ke dalam kategori &nder'eight (kekurangan berat badan), (ver'eight (kelebihan berat badan) dan $besitas (kegemukan). 8umus atau ,ara menghitung 6M2 yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kgNm2) (Andaka,2005).
/engukuran berat badan menggunakan timbangan dengan ketelitian hingga 0,* kg dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. /engukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,3 ,m. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki. %tatus gi9i ditentukan berdasarkan indeks 6M2. a!el - Kate(#ri Status Gi%i Lansia $erdasarkan IM .De&kes /I021123
Status Gi%i IM .k(4" 2 3 <i9i .urang O 35,*0 <i9i Eormal 35,*0-2*,00 <i9i Lebih - 2*,00 %umber' 7epkes 86 dalam ;atmah (2030)
!erat !adan 2inggi badan (m) 2
6M2 13
,. /emeriksaan !iokimia 7alam pengkajian nutrisi umumnya digunakan nilai-nilai biokimia seperti kadar total limposit, serum albumin, 9at besi, serum transferin, kreatinin, hemoglobin, dan hematokrit. Eilai-nilai ini, bersama dengan hasil pemeriksaan antropometrik akan membantu memberi gambaran tentang status nutrisi dan respon imunologi seseorang (Arisman,200). /emeriksaan laboratorium akan menunjukkan resiko status nutrisi kurang bila hasilnya menunjukkan penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limposit, serum albumin kurang dari 4,* gramNdl dan peningkatan atau penurunan kadar kolesterol (Eura,hmah,2003). 3) #emoglobin dan #ematokrit #emoglobin adalah protein yang kaya akan 9at besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oIihemoglobin di dalam sel darah merah. 7engan melalui fungsi ini maka oksigen diba0a dari paru-paru ke jaringan-jaringan (C1elyn, 200+). /engukuran #emoglobin (#b) dan #ematokrit (#t) adalah pengukuran yang mengindikasikan defisiensi berbagai bahan nutrisi. /ada malnutrisi berat, kadar hemoglobin dapat men,erminkan status protein. /engukuran hemoglobin menggunakan satuan gramNdesiliter dan hematokrit menggunakan satuan persen. Adapun kadar normal hemoglobin berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin menurut "#$ dalam Arisman (200) terdapat pada tabel diba0ah ini'
14
a!el 2 Kadar N#r"al He"#(l#!in Kel#"&#k U"ur Kadar N#r"al .(r4dl3 Anak ) bulan-) tahun 33,0 Anak ) tahun-3 tahun 32,0 /ria de0asa 34,0 H 3&,0 6bu #amil 33,0 "anita de0asa 32,0-3*,0 %umber' "#$ dalam Arisman (200)
2) 2ransferrin Eilai serum transferin adalah parameter lain yang digunakan dalam mengkaji status protein 1iseral. %erum transferin dihitung menggunakan kapasitas total ikatan 9at besi atau total iron binding ,apa,ity (26!B), dengan menggunakanrumus diba0ah ini (Eura,hmah,2003)
%atuan yang digunakan dalam rumus diatas adalah miligramNdesiliter. Eilai normal transferin serum adalah 3&0-2*0 mgNdl. 4) %erum Albumin Eilai serum albumin adalah indikator penting status nutrisi dan sintesa protein. .adar albumin rendah sering terjadi pada keadaan infeksi, injuri, atau penyakit yang mempengaruhi kerja hepar, ginjal, dan saluran pen,ernaan. ) .eseimbangan nitrogen /emeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk menentukan kadar peme,ahan protein di dalam tubuh. 7alam keadaan normal tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan dan mengeluarkannya melalui urine dalam jumlah yang relatif sama setiap hari.
2ransferrin %erum F (5 J 26!B)-4 15
.etika katabolisme protein melebihi pemasukan protein melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari maka keseimbangan nitrogen menjadi negatif. !ila nilai keseimbangan nitrogen yang negatif berlangsung se,ara terus menerus maka pasien beresiko mengalami malnutrisi protein (Eura,hmah,2003). d. Mini )utritional Assesment Mini )utritional Assesment (MEA) merupakan bentuk screening gi9i yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita dan atau pera0atan di rumah sakit. MEA ini merupakan metoda yang banyak dipakai karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. /enelitian yang dilakukan pada 200 pasien preoperasi gastrointestinal menunjukkan bah0a MEA dapat dilakukan oleh para klinis terlatih, mempunyai reprodusibilitas tinggi dapat menapis pasien yang mempunyai resiko menderita malnutrisi. .esimpulan pemeriksaan MEA adalah menggolongkan pasien dalam keadaan status gi9i baik, beresiko malnutrisi atau malnutrisi berat. MEA mempunyai 2 bagian besar yaitu screening dan assesment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan seorang lansia pada status gi9i baik, beresiko malnutrisi atau beresiko under'eight (7armojo,2030). e. /emeriksaan .linis /emeriksaan klinis adalah penilaian keadaan fisik yang berhubungan dengan adanya malnutrisi. /rinsip pemeriksaan yang digunakan adalah M,ephalo ,audalM atau Mhead to feetM yaitu dari kepala ke kaki. 2anda-tanda dan gejala- gejala klinik defisiensi nutrisi dapat dilihat pada tabel ).
16
a!el 5 anda*anda Klinik kekuran(an Nutrisi N# $a(ian u!uh anda Klinik Ke"un(kinan Kekuran(an 3. 2anda (mum a. /enurunan berat badan, lesu b. 7ehidrasi,haus a. .alori
b.Air 2. 8ambut .ekuningan, kekurangan pigmen,kusut /rotein 4. .ulit a. 7ermatitis b. 7ermatosis pada bayi a. niasin,ribofla1in,biotin b. lemak . Mata a. /hotopobia b. 8abun senja a. 8ibofla1in b. Ditamin A *. Mulut a. %tomatitis b. <lossitis a. 8ibofla1in b. Eiasin,asam foli,,1it !32 ). <igi <igi karies ;lour &. Eeuromuskular a. .ejang otot b. Lemah otot a. Ditamin 7 b. /otassium 5. 2ulang 8iketsia Ditamin 7 +. <astrointestinal a. Anoreksia b. Mual danNatau muntah a. 2hiamin b. <aram dapur (Ea,l) 30. Cndokrin <ondok 6odium 33. .ardio1askular a. /erdarahan b. /enyakit >antung ,. Anemia a. Ditamin . b. 2hiamin ,. /yridoIine dan 9at besi 32. %istem saraf .elainan mental dan kelainan saraf perifer Ditamin !32 %umber' tanda*tanda klinik kekurangan nutrisi, dalam ;undamental of nursing (.o9ier,!.,: erb,<.200)
4. Peran Penilaian Status Gi%i dala" Identifikasi Masalah Kesehatan Lansia di Mas)arakat /enilaian status gi9i pada kelompok indi1idu dalam suatu 0ilayah tertentu merupakan usaha mengumpulkan informasi mengenai status gi9i pada masyarakat dan indikator lain yang mempengaruhi status gi9i tersebut (%upariasa, !akri, : ;ajar, 2002). 17
7inamika masyarakat yang beragam serta tingkat pendidikan dan ekonomi yang tidak merata pada masyarakat menimbulkan adanya kelompok masyarakat ra0an gi9i. Menurut 7epkes 86 (2000), masyarakat yang termasuk kelompok ra0an gi9i adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, anak usia sekolah, dan lansia. 2imbulnya kerentanan terhadap masalah gi9i pada lansia disebabkan oleh penurunan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya. /enelitian studi komparatif yang dilakukan di daerah ja0a barat tentang masalah gi9i lansia menyebutkan lebih dari *0= lansia di daerah perkotaan dan pedesaan memiliki pola makan tidak baik. .ejadian status gi9i kurang, ,ukup tinggi pada lansia di pedesaan (2*,2=) (!ardosono,2000). <angguan kesehatan yang rentan terjadi pada usia lanjut menyebabkan lansia dapat mengalami masalah gi9i kurang se,ara mendadak. %elain itu, berbagai penyakit degenaratif yang angka kejadiannya semakin meningkat diketahui merupakan salah satu dampak dari masalah gi9i lebih yang juga sering terjadi pada manusia usia lanjut (Bhristiani,2004). /enilaian status gi9i yang dilakukan pada masyarakat termasuk lansia diharapkan mampu men,egah berbagai penyakit akibat berbagai masalah gi9i dan atau dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan inter1ensi-inter1ensi kesehatan sehubungan dengan penyakit yang telah diderita oleh indi1idu atau kelompok masyarakat tertentu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (%ukmaniah,200)
!ardosono, %. (2000). Studi Mengenai -ebiasaan Makan, Status +i,i dan $enyakit "egeneratif pada -elompok &sila di "aerah $erkotaan dan $edesaan di .a'a arat. !ina 7iknakes. Dol. 34. /. 3&-35.
Bhristiani, 8. (2004). Status +i,i dan $ola $enyakit pada /ansia. 7iakses pada tanggal 4 %eptember 2033,O http'NN000.p4gi9i.litbang.depkes.go.idN -
.ane,8.L., $uslander, ><., Abrass, 6!. (200). 1ssentials of 2linical +eriatric, ed.*. M,<ra0-hill ,ompanies' (nited states of Ameri,a
.a0as, B# : !rookmeyer, 8.( 2003) A Aging and the publi, health effe,ts of dementiaA, )e' 1ngland .ournal of Medicine, 1ol. 4 (3*), p. 33)0-33)3, diakses pada tanggal 0* september 2033, http'NN,ontent.nejm.orgN,giN,ontentNfullN4N3*N33)0
Morro0, >8. >a,kson,A. 7is,h,>. : Mood,7. (200*). Measurement and 1valuation in 3uman $erformance. 2hird Cdition. #uman .ineti,s'(%A Ohttp'NNbooks.google.,o.idNbook-
Eura,hamah,C. (2003). )utrisi dalam -epera'atan. %agung %eto' >akarta.