Anda di halaman 1dari 59

TUGAS PENDAHULUAN DAN HASIL DISKUSI

1. Parenteral Definisi sediaan


a. Menurut RPS 16,ba1.369
Pemberian dosis secara berturut-turut pada interval
tertentu dimana obat sarna sekali tidak meninggalkan tubuh
pada setiap interval pemberian dosis. Penggunaan prosedur
pada pengaturan dosis ganda digunakan pada pemberian obat
yang berulang-ulang dengan interval dosis yang konstan .
b. Menurut SDF, bal.203
Sediaan steril yang digunakan secara berulang atau
lebih dari satu kali dan dikemas dalam wadah 10 ml atau lebih
dan mengandung zat antibakteri .
c. Menurut History Parenteral Medication
Parenteral ialah pemberian obat yang tidak melalui usus
dan dengan pengertian ini tentu termasukjuga cara pemberian
obat melalui mata, telinga, hidung, uretra, vagina dan kulit.
Tetapi menurut pengertian umum sekarang ini yang dimaksud
dengan parentral ialah sediaan yang dimasukkan kedalam
tubuh melalui bawah kulit dengan pertolongan sebuah jarum .



d. Scovilles Hal.190
Parenteral adalah larutan atau suspensi dari obat untuk
disuntikkan dibawah atau menembus satu atau lebih lapisan
kulit atau membran mukosa .
e. Parrot Hal.283
Injeksi atau parenteral adalah sediaan steril yang
pemberiannya menembus satu atau lebih lapisan kulit.
f. Dom Martin Hal.968
Parenteral adalah sediaan farmasi steril yang bentuk
dosisnya dimaksudkan untuk pemberian dibawah melalui satu
atau lebih lapisan kulit ataumembran mucus
g. Lachman Hal.1292
Sediaan parenteral adalah merupakan sediaan yang
unik diantara bentuk obat terbagibagi, karena sediaan ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian
dalam tubuh
h. Ansel Hal.399
Parenteral adalah sediaan dengan pemberian lewat
suntikan, seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan
suntikan.


Kesimpulan
Parenteral dosis ganda adalah sediaan steril berupa emulsi,
suspensi, larutan dan serbuk yang dihaluskan dan yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dan zat tambahan dengan volume tertentu
yang penggunaanya dengan cara disuntikkan melalui lubang jarum
yang runcing kedalam tubuh pada tempat tertentu dan
penggunaannya lebih dari satu kali.
2. Apa syarat-syarat sediaan parenteral
a. Menurut Lachman, hal.l300
a. Zat Antibakteri
Zat antibakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan
dalam formulasi . produk yang dikemas dalam vial dosis ganda, dan
seringkali dimasukkan dalam formulasi yang akan disterilkan
dengan proses marginal atau dibuat secara aseptis. Persyaratan
aktifitas, kestabilan, dan keefektifan zat antibakteri dalam preparat
paranteral telah diulas dalam kertas kerja yang telah dipublikasi.
b. Antioksidan
Antioksidan dimasukkan dalam banyak formulasi untuk melindungi
suatu zat terapeutis yang mudah mengalami oksidasi, terutama
pada kondisi dipercepat dengan sterilisasi panas, dan bisa
berfungsi paling tidak dengan 2 cara, yakni (1) dengan oksidasi
secara istimewa (zat pereduksi) dan dengan demikian digunakan
perlahanlahan, atau (2) dengan memblokir suatu reaksi rantai
oksidatif dimana zat-zat tersebut biasanya tidak dikonsumsi.
Disamping itu, senyawa- senyawa tertentu beraksi smergts,
meningkatkan keefektifan antioksidan, terutama anti oksidan yang
memblokir reaksi oksidasi. Empat golongan senyawa berguna
dalam hal ini, karena membentuk kompleks dengan katalis yang
jika tidak diikat akan mempercepat reaki oksidasi. Karena ada
perbedaan dalam cara kerjanya, kadang-kadang digunakan
kombinasi dari zat ini.
c. Steril (Lachman, hal. 1292 )
Sediaan ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat-
obat yang terbagi karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa kedalam bagian tubuh yang paling efisien, yakni
membuat kulit dan mukosa sediaan tersebut harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus
mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa.
b. Menurut PTM ,hal.Hal 123
Karena ini bersifat suatu tuntutan sediaan paranteral harus disiapkan
dengan hati-hati pada kondisi lingkungan yang terkontrol dan juga
dikemas pada keadaan tadi, untuk point yang digunakan produk
harus.
1. Bebas dari mikroorganisme, steril atau penyiapan dari bahan bahan
steril dibawah kondisi yang meminimalkan terkontaminasi dengan
mikroorganisme ( proses aseptis).
2. Secara khusus bebas dari bakteri endotoksin dan bahan pirogen
lainnya.
3. Harus bebas dari bahan eksitioreus atau bahan asing yang tidak
larut.
c. Menurut SDF, hal.37
a. Sterilitas
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara paranteral, larutan
optalmic dan beberapa alat medis yang digunakan dalam
hubungannya dengan pemberian bahan yang harus steril, bebas
dari semua mikroorganisme hidup. Kebebasan dari mikroorganisme
dijamin pada awalnya dan pembuatan prod uk dengan proses
sterilisasi yang kemudian pengemasan prod uk dalam suatu bentuk
yang meyakinkan penyimpanan dari sifat ini, istilah steril adalah
mutlak dan seharusnya tidak pemah digunakan atau betul-betul
dipertimbangkan dalam suatu relatif baik sebagian, atau hampir
steril. Juga diharapkan bahwa dalam penanganan berikutnya dari
produk selama pemberian, tehnik aseptik dari manipulator akan
menjamin pengeluaran berlanjut dari mikroorganisme hidup. Tehnik
aseptik yang tepat untuk penyiapan dan pemberian larutan steril.
b. Bebas dari bahan partikulat
Bahan partikulat mengacu pada bahan yang bergerak, tidak larut
dan kehadirannya tanpa sengaja ada dalam sediaan paranteral.
Adanya bahan partikulat dalam larutan paranteral harus
diperhatikan sejak adanya gambaran rute pemberian walaupun rute
paranteral dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan metode
efektif dari pemberian namun dipercaya bahwa bahan-bahan dari
luar yang tidak disengaja dapat berbahaya. Komposisi dari bahan
partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam beberapa hal
komposisi ini berasal dari berbagai materi mengingat yang lain
meliputi sumber khusus tersendiri. Bahan dari luar yang ditemukan
pada sediaan paranteral meliputi selulosa, serat buatan, gelas,
karet, logam, partikel plastik, bahan kimia yang tidak larut, koral,
diatom, ketombe dan sejenisnya Secara teoritis mungkin meliputi
bahan dari lingkungan dimana produk tersebut dipasarkan.
c. Pengaruh Biologis
Kejernihan, atau ketidakhadiran bahan partikel yang tampak selalu
dipertimbangkan sebagai penyesuaian untuk produk paranteral
bagaimanapun,
awalnya konsep utama alasan psikologi, misalnya pengaruh larutan
terhadap bahan yang tampak terhadap pasien yang menerima
injeksi atau memberi gambaran kesimpulan injeksi yang beredar
dipasaran dengan bahan-bahan yang mengapung pada larutan.
Walaupun bukti yang dikumpulkan saat ini langsung
pengukurannya yang menggunakan larutan produk harus
menghilangkan partikel didalamnya. Mungkin saja bahwa bahan
partikel dalam larutan intravena tidak berbahaya, khususnya untuk
pasien usia lanjut yang menerima infus volume besar dan untuk
pasien dirumah sakit.
d. Tidak mengandung bahan bakteriostatik (SDF hal.163 )
Karena pemberian cairan infus dalam volume besar bahan
bakteriostatik tidak pernah terkandung untuk mencegah toksisitas
yang ditimbulkan akibat dari jumlah bahan bakteriostatik yang
diberikan.

d. Menurut Scoville's hal.152 dan 154
a. Isotonis
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sarna dengan
cairan dikatakan bahwa yang isotonik dengan yang lainnya jika
suatu larutan yang digunakan berkontak dengan sel air akan
masuk kedalam sel karena perbedaan osmotik dari larutan
disekitamya. Demonstrasi dengan tekanan osmotik menunjukkan
bahwa kedua larutan dengan tonisitas yang tidak sarna yang
dipisahkan oleh suatu larutan semi permeabel, cairan atau pelarut
yang digunakan dari larutan yang mempunyai tonisitas yang
mudah ditarik melewati membran menjadi kelarutan yang
mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi jadi meningkatkan
volume larutan akhir (berkonsentrasi tinggi). Dalarn sistem dengan
larutan dengan konsentrasi rendah disebut hipotonik dibanding
larutan yang konsentrasinya lebih kuat dan cairan yang pekat
dibuat menjadi hipertonik dibandingkan dengan yang lain. Ketika
dua larutan memiliki tekanan osmotik yang sarna tidak akan terjadi
sesuatu pada alat-alat eksperimen, menunjukkan bahwa daya
tanggap untuk transpor cairan dalam keadaan awal telah
diabaikan. Setiap larutan dikatakan menjadi isotonis yaitu jika
mempunyai tonisitas yang sarna.
b. Larutan Hipotonik dan Hipertonik
Jika larutan hipotonik mengalami kontak dengan sel maka cairan
akan masuk kedalam sel karena perbedaan tekanan larutan. Pada
sisi lain membran plasma sel merupakan unit yang tertutup
sehingga pemasukan air banyak kedalam sel akan menghasilkan
pembengkakan dan selanjutnya hal ini menimbulkan rasa sakit.
Sebagai tambahan hal ini sangat mungkin menghasilkan atau
menyebabkan terjadinya pemisahan sel (hemolisis) yang
menyebabkan kerusakan perman en jika larutan hipertonik
digunakan cairan akan tertarik dari sel dan sel menjadi berkerut
atau keriput dan tidak berfungsi secara normal. Ketika
menimbulkan rasa nyeri, kerusakannya tidak permanen sel akan
kembali normal dengan segera setelah larutan hipertonis masuk
kedalam cairan tubuh.

e. Menurut R. Voight, hal.462
a. Persesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan yang
nyata-nyata terdapat, tidak ada penurunan kerja selama
penyimpanan melalui perusakan secara kimia dari obat dan
sebagainya.
b. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan
suatu pengambilan steril, melainkan juga menolak interaksi bahan
obat, materi bimbing.
c. Tersatukan tanpa reaksi. Untuk itu yang bertanggung jawab
terutama : bebas kuman, bebas pirogen bahan pelarut yang netral
secara fisiologis, isotonis, isohidris dan bebas bahan terapung.
d. Bebas pirogen
Oleh karena pirogenitas dalam persyaratan yang tetap masih
menunjukkan ketahanan yang tinggi, maka pembuatan larutan yang
bebas pirogen tidak perlu dirumitkan tetapi diperhatikan terutama
pengotoran yang menyebabkan pirogen, maupun dalam air
destillasi yang telah tersirnpan lama dalam bahan obat dan bahan
penolong, tangki untuk pembuatan larutan paranteral (injeksi) atau
tempat yang diperuntukkan untuk penyimpanan dan akhirnya timbul
pada alat semprot, kanul (pipa) dan selang infus. Akibatnya timbul
pengaturan yang ketat. Oleh karena itu hendaklah dijaga, bahwa
suatu pembuatan injeksi atau larutan infus harus bebas pirogen dan
harus pasti, bahwa apirogenitas untuk pemakaian dipersyaratkan.
Hanya apabila dari sudut Farmasi dan Kedokteran, syarat
apirogenitas tidak perlu ditambahkan maka pembuatan bebas
pirogen dikesampingkan, tetapi bila pada penggunaan paranteral
pada pasien menimbulkan hipertermi ( panas/menggigil) dan
sensasi maka perlu dapat dihentikan dan diganti yang bebas
pirogen.
f. Menurut RPS
a. Bebas bahan partikulat
Bahan partikel berbahaya jika mengandung partikel tidak larut
karena dapat menghambat aliran kapiler (RPS,hal.1545). Walaupun
bahan tarnbahan tidak lebih dari 50 partikel Iml yang sama atau
lebih besar dari 10 mm dan tidak lebih dari 5 partikel/ml yang sarna
atau lebih besar dari 25/ml dalam ukuran yang seimbang (RPS,
hal.1570).
b. Bebas pirogen
Walaupun sediaan telah steril, walaupun sediaan telah steril tetapi
tetap harus bebas pirogen karena pirogen dapat timbul dari
produksi pertumbuhan mikroorganisme yang telah mati yang tahan
terhadap panas dan jika tidak didepirogenesasikan dapat
menyebabkan reaksi demam pada manusia ( RPS,hal. 1550 )





3. Perbedaan dosis tunggal dan dosis ganda
a. Menurut Formulasi Steril hal 30-31
1. Berdasarkan wadah :
a. Dosis tunggal (Single Dose) adalah suatru wadah kedap udara
yang memepertahankan jumlah obat steril dengan tujuan
pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka
tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril.
Pada umumnya wadah mempunyai ampul ukuran 1 ml sampai 20
ml dengan sediaan larutan.
b. Dosis ganda (Multiple Doses) adalah wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isisnya per bagian berturut-turut
tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas, atau pemurnian
bagian yang tertinggal. Pada umumnya, wadah mempunyai
bentuk vial atau flakkon berukuran 2 ml - 20 ml, bentuk botol atau
kolf berukuran 50 ml-lOOO ml dengan sediaan larutan, suspensi,
emulsi dan padatan.
b. Menurut Ansel hal423
1. Wadah dosis tunggal
Adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat
kembali dengan jaminan tetap steril.
1. Wadah dosis ganda
Adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
per bagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas
atau kemurnian bagian yang tertinggal.
c. Menurut FI Edisi III hal34
Wadah dosisi ganda adalah wadah-wadah dan sumbatnya tidak boleh
mempengaruhi bahan-bahan yang disimpan didalamnya baik secara
kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan
khasiat, mutu dan kemurniannya.
d. Menurut Scoville's hal202
Wadah dosis ganda
Wadah ini biasanya di desain seperti serum vial dan botol serum, botol
serum mempunyai leher yang sangat lebar. Vial serum dan botol serum
ditutup dengan menggunakan tutup karet yang dirancang
memungkinkan pengambilan dosis yang tepat dalam hal ini yang
terpisah. Penutup untuk wadah dosis ganda harus berinteraksi secara
kimia atau fisika dengan sediaan dalam beberapa cara untuk
mengubah kekuatan, kemurnian atau kualitas di luar kondisi yang
diinginkan. Karet yang digunakan sebagai penutup harus mempunyai
kualitas yang mempertahankan penutup segel setelah pengambilan
berulang dengan jarum hipodemik. Wadah dosis ganda mempunyai
keuntungan dimana wadah dosis ganda lebih nyaman digunakan, tetapi
kemungkinan terkontaminasi setelah penyuntikan adalah masalah yang
serius.
e. Menurut RPS hal369
Wadah dosis ganda
Pemberian dosisi secara berturut-turut pada interval tertentu dimana
obat sarna sekali tidak meninggalkan tubuh pada setiap interval
pemberian dosis. Penggunaan prosedur pada pengaturan dosis ganda
digunakan pada pemberian obat yang berulang-ulang dengan interval
dosis yang konstan.
f. Menurut SDF hal 203
Sediaan steril yang digunakan secara berulang atau lebih dari satu kali
dan dikemas dalam wadah 10 ml atau lebih dan mengandung zat
antibakteri.
4. Keuntungan dan kerugian sediaan steril
Keuntungan sediaan parenteral
a. Menurut SDF Hal 11
1. Respon fisiologis yang segera dapat dicapai jika perlu yang mana
dapat menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti
pada gagal jantung, asma dan syok.
2. Terapi parenteral dibutuhkan untuk opbat yang tidak efektif secara
oral atau yang dirusak oleh sekret pencemaan insulin, hormon-
hormon lain dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang mual atau tidak sadar hams diberikan
melalui injeksi.
4. Jika diperlukan terapi parenterl memberikan contoh kepada para ahli
untuk memberiakn obbat karena pada beberapa pasien hams
kembali untuk perwatan selanjutnya. Demikian juga dalam
beberapa khasus pasien tidak bergantung pada pengobatan secara
oral.
5. Pemberian parenteral dapat memberikan efek lokal dari otot-otot
jika diinginkan seperti pada pengobatan gigi dan anastesi.
6. Dalam kasus dimana aksi perpanjangan obat diinginkan bentuk
parenteral tersedia meliputi obat-obat steroid long acting (aksi
panjang) diinjeksi intramuskular. Terapi parenteral memberikan
cara untuk memperbaiki gangguan serius daripada keseimbangan
cairan dan elektrolit. Ketika makanan tidak diberikan secara oral
nutrisi total dapat diberikan melalui rute parenteral.
b. Parrot Hal 283
aksi dari oabt mempunyai keuntungan yang lebih baik dari pemberian
oral. pemberian dari rute ini adalah esensial ketika saluran
gastrointestinal tidak dapat . gunakan karena operasi atau kekurangan
stabilitas dari obat seperti mielin dan nisilin G.Respon secara
farmakologi dari injeksi adalah sering kali lebih cepat dan bih efektif
daripada pemberian obat secara oral. Dalarnkeadaan darurat untuk
pasien ; ang lebih sadar atau tidak mampu menerina obat secara oral.
Pemberian injeksi nteral sifatnya segera dan cepat atau responya
nyata.Injeksi dibuat untuk efek kal.
c. OOPHal17
1. Efek yang diinginkan lebih cepat
Efek obat yang merangsang atau merusak getah lambung (hormon)
atau tidak direabsorbsi usus (streptomisin).
2. Untuk pasien yang tidak sadar atau yang tidak mau
bekerja sarna.


d. Formulasi Steril Hal 9
1. Obat memiliki onset (mula kerja yang
cepat)
2. Efek obat dapat dirarnalkan dengan
pasti.
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir
sempurna Kerusakan obat dalarn
troktus gastrointestinalis
4. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit kweras atau
yang sedang dalam keadaan koma.

e. RPS 18th 1546
Ketika dibandingkan dengan bentuk lain injeksi memilki keuntungan
jika aksi fisiologi yang segera dibutuhkan dari obat ini biasanya dapat
diberikan melalui injeksi IV dari larutan berair. Modifikasi formula atau
rute lain. Injeksi dapat digunakan untuk onset yang lambat dan aksi
obat diperpanjang, respon terapi dari obat dapat dikontrol dengan
cepat melalui pemberian secara parenteral. Ketidakberaturan absorpsi
khusus dihindari juga ketika obat juga secara normal diberikan oleh
orang-orang terlatih ini dipastikan dapat diharapkan dosis yang
sebenamya dan memberikan secara oral karena tidak sadar atau
pasien yang tidak dapat bekerja sarna atau karena ketidakaktifan atau
kurangnya absorpsi pada saluran intestinal.
f. PTM hal.6
1. Aksi obat biasanya lebih cepat
2. Pemberian obat dapat diberikan secara keseluruhan
3. Beberapa obat seperti insulin atau heparin sarna sekali dapat
diinaktifasi ketika diberikan secara oral dan diberikan secara
parenteral
4. Beberapa obat dapat mengiritasi ketika diberikan secara intravena
contohnya larutan dekstrosa kuat
5. Jika pasien mengalami dehidrasi dan shock maka pemberiannya
secara cairan IV akan membuka kehidupannya sendiri.
5. Kerugian sediaan parenteral
a. Menurut SDF Hal 11-12
1. Bentuk sediaan harus diberikan orang yang teerlatih yang
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
pemberian dengan rute lain.
2. Pemberian rute parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk
pekerjaan secara aseptis dan beberapa rasa sakit tidak dapat
dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi lebih sulit untuk
mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Karena pada pembuatan dan pengemasan persyaratn yang rum it
dalam bentuk sediaan parenteral dibandingkan dengan metode
lain.
b. OOPHal17
1. Lebih mahal dan nyeri.
2. Sukar digunakan oleh pasien sendiri.
3. Adapula bahaya terluka infeksi kuman (hams steril) dan bahaya
merusak pembuluh atau syarafjika tempat suntikan tidak dipilih
dengan tepat.
c. Menurut Formulasi Steril Hal 9
1. Rasa nyeri pada saat disuntikan apalagi kalau hams diberikan
secara berulang kali.
2. Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik.
3. Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir tidak mungkin
diperbaiki terutama sesudah pemberian intravena.
4. Obat hanya dapat diberikan pada penderita dirumah sakit atau
ditemnpat praktek dokter oleh dokter dan perawat yang kompeten.
5. Definisi hipertonis
a. Menurut Formulasi Steril Hal 5O
Hipertonis, turunannya titik beku besar yaitu tekakan osmosisnya lebih
tinggi dari serum darah sehingga menyebabkan air keluar dari sel
darah merah melintasi membran semipermiabel dan menyebabkan
terjadinya penciutan sel-sel darah merah, peristiwa demikian disebut
plasmolisa.


b. Menurut IImu Resep bal 202-203
Hipertonis adalah tekanan osmosis laruitan obat lebih besar daripada
tekanan osmosis iran tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis disuntikkan,
air dalam sel akan ditarik luar dari sel sehingga sel akan mengerut,
tetapi keadaan ini bersifat sementara dan idak akan menyebabkan
kerusakan sel tersebut. Keadaan hipertonis adalah jika nilai B negatif;
maka b,c > 0,52
6. Definisi dari Hipotonis
a. Menurut Formulasi Steril Hal 50
Hipotonis turunannya titik beku keeil, yaitu tekanan osmosisnya lebih
rendah dari serum darah sehingga menyebabakanb air akan melintasi
membran sel darah merah . 'ang permiabel memperbesar sel darah
merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekakan
yang lebih besar menyebebkan peeabnya sel-sel darah merah
peristiwa tersebut disebut hemolisa.
b. Menurut IImu Resep bat 202-203
Hipotonis adalah tekanan osmosis larutan obat lebih kecil daripada
tekanan osmosis cairan tubuh, jika larutan injeksi yang hipotonis
disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan masuk kedalam
sel, akibatnya sel akan mengembang dan peeah, dan
eadaan ini bersifat tetap, Jika yang peeah itu sel darah merah, disebut
"haemolisis".
Pecah sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat
pembuluh darah yang Kecil. Keadaan hipotonis adalah jika nilai B
positif; maka b, C < 0,52,
7. Definisi dari Tonisitas
a. Menurut Kamus Lengkap Kedokteran Hal 263
Tonisitas Adalah tegangan otot yang sehat.
8. Definisi dari isohidris
a. Menurut formulasi steril hal. 54
Isohidris adalah kondisi suatu larutan zat yang pHnya sesuai
dengan pH fisiologis tubuh sekitar 7,4.
b. Menurut IImu Resep hal. 20
Isohidri adalah pH optimal untuk darah atau cairan tubuh yang lain
adalah 7,4 .
9 Rumus Catalyne, Titik Beku dan Cara Ekivalen NaCl
Perhitungan isotonis
a. Menurut FI Edisi III
Farmasetik Dasar Dan Hitungan Farmasi #
Cara penentuan titik beku air
Suatu larutan dinyatakn isotonis dengan serum atau cairan mata jika
membeku pada suhu - 0,52 0 C. Untuk memperoleh larutao isotonis,
dapatr ditambahakan NaCI atau zat lain yang cocok yang dapat
dihitung dengan rumus :
B = 0,52 - b 1. c

Keterangan :
B = Bobot zat tambahan (NaCl )dalam satuan gram untuk tiap 100
ml larutan.
52 = Titik beku cairan tubuh (-0,52 0 C) Bl
= PTB zat khasiat
C = Konsentrasi dalam satuan % b/v zat berkhasiat
B2 = PTB zat tambahan (NaCl)
Terdapat tigajenis keadaan tekanan osmotik larutan obat, yaitu :
1. Keadaan isotonis apabila isotonis B = , b 1. c = 0,52
2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positif, b l.c< 0,52
3. Keadaan hipertonis apabila apabila nilai B negatif, b1.c> 0,5 #
Cara ekuivalensi NaCI (E) Yang dimaksud ekivalen dengan NaCI (E)
dalam jumlah gram NaCI yang memberikan efek osmosis yang sarna
dengan 1 gram suatu zat terlarut tertentu jika bobot NaC! = W . EQ,
volume yang isotonis = (W . E ) 1 0,9 x 100, sehingga dapat
dirumuskan :
v = (W . E) 100/0,9 = (W . E) 111,1
Ket;
V = Volume larutan yang sudah
isotonis (ml)
W = bobot zat aktif (gram)
E = nilai ekivalen zat aktif
Untuk setiap 100 ml larutan NaCI isotonis yang butuhkan 0,9 gran
NaCl. Jika volume larutan sarna dengan V ml dan volume yang
sudah isotonis sarna dengan v ml, volume yang belum isotonis
adalah ( v- v ) ml sehingga bobot NaCI yang masih diperlukan agar
larutan menjadi isotonis . Jika V' kita ganti dengan (WxE) 100/0,9
maka : B = [0,9/100xV] - [0,9/100x(WxE)100/0,9] dan akhirnya kita
dapatkan rumus sebagai berikut :
B = 0,9/100 xV(WxE)
Keterangan:
B = bobot zat tambahan
V = volume larutan (ml)
W = bobot zat berkhasiat (gram)
E = Ekuivalensi zat aktifterhadap NaCI
Tiga jenis keadaan osmotik larutan obat, yaitu :
1. Keadaan isotonis apabila nilai B = 0; 0,911 00 x V = (WxE)
2. Keadaan hipotonis apabila nilai B positif; 0,9/100 x V>(WxE)
3. Keadaan hipertonis apabila nialai B negative ; 0,9/100xV<(WxE)
Cara Faktor disosiasi (Farmakope Belanda VI)
Larutan NaCI 0,9% b/v sudah ditetapkan isotonis dengan cairan tubuh.
Tekanan osmosis larutan sebanding dengan jumlah bagian-bagian
dalam larutan. Dalam larutan encer, dapat dikatakan bahwa garam-
garam terdisosiasi sempuma.
NaCI Na+ + Cl"
Dari sebuah molekul NaCI terbentuk dua ion, jadi faktor disosiasi NaCI
adalah tetapi, sebetulnya Iebih adalah 1,8 karena adanya sedikit
keseimbangan reaksi. Jadi faktor isotonisnya adalah :
(CalMa) x a
Keterangan:
Fa = adalah faktor disosiasi zat-zat yang mendekati keadaan
sebenamya, yaitu Untuk zat-zat yang tidak terdisosiasi, sepoerti
glukosa dan gliserin, fa = 1 Untuk asam-asarn lemah dan basa-
basa lemah, fa = 1,5 Untuk asam-asam kuat dan basa-basa
kuat, fa = 1,8
Ma = adalah bobot molekul zat a,b,c ... dst adalah kadar zat dalam
Iarutan dalam satuan gram/liter.
Jadi larutan isotonis yang dapat dhitung dari NaCI 0,9% b/v tersebu
adalah : (f NaCVM NaCI) x kadar NaCI (dalam satuan g/liter) = (1,8/58,5)
x 9 = 0,28 (berarti setiap larutan yang memiliki faktor isotonis 0,28
adalah isotonis). Untuk menghitung banyaknya zat penambah (h)
dalam pembuatan larutan isotonis, dapat dirumuskan sbb:
h = (Mhlfh) x (0,28- CalMa) x a) + (fb/Mb) x b) ... dstj]
Keterangan
Harga = (MhIfa) untuk:
NaCl = 32
Glukosa = 198
Etanol 96% b/v = 43
Natrium nitrat = 47
Gliserin = 81

Cara grafik
Cara grafik ini didalam farmakope indonesia edisi I terdapar tabel
yang langsund dapat dibaca yang berisi jumlah penambahan NaCI
atau kalium nitrat dalam g/iOOml yang harus ditambahkan kedalam
larutan untuk mendapatkan larutan yang isotonis dengan cairan
tubuh atau jaringan tubuh.
1. Larutan hipotonis yang mengandung satu senyawa.
Konsentrasi dalam graml100 ml senyawa yang disebutkan
digambarkan pada sumbu x (absis) dan sumbu y (ordinat) yang
bersesuaian. Ini menyatakanjuklah NaCI atau kalium nitrat dalam
g/IOO ml yang harus ditambahkan kedalam larutan untuk
mendapatkan larutan yang isotonis dengan jaringan.
2. Larutan hipertonis yang mengandung lebih dari satu senyawa.
Jika larutan mengandung sejumlah n senyawa, sedangkan
banyaknya NaCI atau kalium Nitrat yang ditambahkan setiap
senyawa itu dalam konsentrasi yang diminta dapat dicari seperti
pada No 1.
Banyaknya NaCI yang harus ditambahkan selain dapat dibaca
dalam grafik, dapat pula dilihat langsung pada daftar yang ada
pada masing-masing zat.
Rumus Penurunan titik beku dan rumus catalyne perlu dihitung
untuk mengetahui dan menentukan jumlah gram NaCI yang
dibutuhkan dalam suatu larutan agar didapatkan sediaan yang
isotonis.
10. Cara membebaskan alkalika wadah kaca, karet, plastic, dan
membebas alkalikan bahan kaca
a. Menurut RPS 18 th, 1551
gan eara merendam alat dalam larutan panas Hel 0,1 N selama 30
menit emudian dibilas dengan air suling. Untuk sea yang dipilih.
Biasanya terbuat dari lyle dan memiliki keuntungan bahwa tidak
terjadi pertukaran udara seperti yang di inginkan. Cara
membebaskan alkalikan bahan karet Cara membebaskan alkalikan
bahan plastic.
11. Syarat - syarat Aqua Pro Injeksi
a. Menurut Formulasi Steril : 42 - 43
Persyaratan Water For Injection (WF1) menurut standar BP (2001) dan
EP (2002) tidak boleh mengandung :
a. total karbon organic tidak boleh lebih dari 0,5 mg/L. kemudian bila 25
ml air untuk injeksi ditambahkan kalsium hidroksida LP maka
selama 5 menit hams tetap jernih.
b. Klorin tidak boleh lebih dari 0,5 ppm kemudian bila 100 ml air untuk
injeksi ditambahkan 1 ml perak nitrat LP, maka setelah didiamkan 5
ml hams tetap tidak berwama dan jemih.
c. Amenia tidak boleh dari 0,1 ppm. Kemudian bila 50 ml air untuk
injeksi yang ditambahkan 2 ml kalsium raksa (II) iodida LP dalam
suasana alkalis dan dilihat dalam tabung Nessler maka tidak
memperlihatkan pewamaan yang lebih kuat dari pada pewamaan
yang diberikan 50 ml air yang bebas amoniak P setelah
penarnbahan 2 ml pereaksi Nessler LP dan diperiksa pada keadaan
yang sarna.
d. Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudian 5 ml air untuk: injeksi
tidak boleh memberikan wama biru pada batas permukaan setelah
dituangkan dengan hati - hati kedalarn 5 ml difenilalamina LP.
e. Logam berat (Cu, Fe, Pb) tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Kemudian
bila 100 ml air untuk injeksi ditambahkan 1 tetes larutan natrium
sulfide LP, maka harus tetap jernih dan tidak berwarna.
f. Oksidator tidak lebih dari 5 ppm. Kemudian bila 100 ml air untuk
injeksi dididihkan selama 3 menit serta ditambahkan 10 ml asam sui
fat encer P dan 0,5 ml kalium permanganat 0,01 N maka tidak
menghilangkan sarna sekali warna larutan.
g. Bebas pirogen
h. pH 5,0 - 7,0. pemeriksaan dengan 10 ml air untuk injeksi dengan
ditambahkan 2 tetes larutan merah metal LP tidak boleh
memberikan warna merah kemudian 10 ml air untuk injeksi dengan
ditambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP tidak boleh
memberikan warna biru.
12. Cara pembuatan air untuk injeksi (aqua pro injeksi)
a. Menurut Ilmu Resep ; 199
Air untuk injeksi (aqua pro injeksi) dibuat dengan cara menyuling
kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam
yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang,
sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan
segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk
injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C segera
setelah diwadahkan.
13. Devinisi Pirogen
a. Menurut Scoville's hal 195
pirogen adalah penyebab demam atau bahan yang dibentuk oleh
mikroorganisme yang kadang-kadang ada dalam cairan
parenteral dan menghasilkan panas ketika larutan disuntikkan
pada pasien.
b. Menurut SDF (44)
Pirogena adalah produk metabolit dari mikroorganisme hidup dan
mikroorganisme mati yang menyebabkan respon spesifik pitretik
setelah penyuntikkan.
c. Menurut Lachman (1296)
Pirogen adalah produk metabolisme mikroorganisme hidup
umumnya bakteri dan kapang serta virus telah dilaporkan sebagai
penghasil pirogen bakteri gram negative memberikan zat pirogenik
paten sebagai endotoksi, secara kimiawi pirogen adalah lemak
yang berhubungan dengan senyawa molekul pembuat yang
biasanya merupakan polisakarida tetap juga bias merupakan suatu
peptide.
d. Menurut RPS 18
th
(1550)
Pirogen adalah produk dari pertumbuhan mikroorganisme bahan
pirogenik yang paling berbahaya adalah dihasilkan oleh bakteri
gram negative (ebdotoksin) tetapi gram positifjuga menghasilkan
pirogenik yang berbahaya.
e. Menurut PDF (139)
Pirogen atau endotoksin adalah sebagian besar fragmen dinding
sel bakteri bahwa penyebab reaksi kontraksi ketika di injeksikan.
14. Reaksi-reaksi yang ditimbulkan pirogen
1. Menurut Scoville's hal195
Pirogen dapat diartikan sebagai penghasil panas. Pirtogenin
dibentuk dari bahanbahan mikroorganisme, kadang kadang
kehadirannya dalam cairan atau larutan parenteral dan penghasil
fibril ketika larurtan diinjeksikan ke dalam tubuh pasien. Tipe
pirogen atau reaksi fibril terdiri dari demam dan menggigil. Untuk
campuran pirogen. Pasien mengalami kenaikan suhu tubuh antara
15 menit sampai 8 jam dan kecepatan nadi. Reaksi ini
menyebabkan pengeluaran keringatyang berlebihan dan penurunan
temperatur, mual, sakit kepala dan alguminaria juga dapat
menyertai reaksi ini.
2. Menurut Lachman hal1296
Reaksi yang muncul 1 jam setelah pemberian injeksi pada
manusia., dirnana pirogen menghasilkan kenaikan temperature
tubuh yang nyata, demarn (panas dingin), sakit badan, vase
kontriksi pada kulit, dan kenaikan dalam tekanan darah arteri. Anti
piretik dapat mengeliminasi demam tersebut, tetapi tidak
mengeliminasi efek sistemis pirogen lainnya.
15. Sumber-Sumber Pirogen
1. Menurut Scoville's hal196
Prinsip sumber pirogen adalah : Destilasi air, dimana sebelum
terkontaminasi dengan bakteri dan dengan udara, dimana tumbuh
dan menghasilkan eksotoksin, dalam penambahan pirogen saat
terbawa dalam penyulingan dan dalam proses destilasi. Surnber
pirogen lain adalah air yang terdekat pada permukaan dari wadah
atau menggunakan labu dalam sediaan larutan , seperti dekstrose
dan NaCL dapat berisi pirogen.
2. Menurut Lachman hal1296
Sumber yang paling banyak adalah air, zat terlarut yang
terkontaminasi dan wadah. Air bebas dari pirogen jika air tersebut
telah disuling, sehingga rnolekulmolekul yang terkondensasi telah
hilang menjadi uap, dilindungi dari kontaminasi yang masuk tidak
disengaja dan jika distilat sudah dikumpulkan dan disimpan dalam
suatu kondisi steril.
16. Cara Pencegahan Pirogen
1. Menurut Scoville's (196)
Dari beberapa infonnasi yang jelas, pencegahan perkenalan dan
perkembangan pirogen dalam sediaan parenteral. Pemilihan
rancangan yang cocok dan menjalankan penyulinga tiba-tiba
dengan mencegah naik kenudian menetesnya air mendidih didalam
destilasi, ini dibahas secara detail, destilat akan dikumpulkan
didalam wadah dan dibilas dengan menggunakan air destilat segar.
2. Menurut RPS 18
th
(1550)
Pirogen dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperature
tinggi. Prosedur yang digunakan untuk dipirogenasi gelas dan
peralatan adalah pemanasan pad suhu 250C selama 45 men it.
Tekanan ini dilaporkan bahwa 650C selama 1 men it atau 180C
selama 4 jam akan menghancurkan pirogen. Siklus autokaf yang
biasa tidak dapat melakukannya, pemanasan dengan atau larutan
oksidasi akan menghancurkan pirogen . telah ditegaskan bahwa
malalui pencucian dengan deterjen akan memberikan gelas bebas
pirogen. Jika dilindungi selama pembuatan dan penyimpanan dari
kontaminasi pirogenik berat. Cara yang disukai , wadah pelasti dan
dimaksudkan harus dilindungi dari kontaminasi pirogenik selama
pembuatan dan penyimpanan karena langkah-langkah yang
diketahui untuk menghancurkan pirogen akan mempengaruhi
pelastik dengan kurang baik. Telah dilaporkan bahwa resin penukar
anion akan mengabsorbsi pirogen dari air dan osmosis yang akan
mengeliminasinya, WaJaupun demikian, rnetode yang pirogenaling
dipercaya untuk mengeliminasinya di air adalah destilasi.
17. Cara menghilangkan Pirogen
1. Menurut Scoville's (197)
Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen bagiamnapun
pirogen dapt dihilangkan dengan pengabsorbsi pada suatu Japisan
penyarig asbescur aktif. Metode ini digunakan terutama jika
dipikrkan bahwa bahan-bahan kimia dapat terkontaminasi oleh
pirogen. Bahkan ketika salah satu dari metode absorbsi digunakan
tindakan pencegahan tetap dilakukan penyulingan, pengumpulan
dan penyimpanan air suling dan dalam perlakukan yang cepat dari
pirogen pembuatan larutan. Metode poenyaringan asbescur
terkomoresi dari tipe-tipe serum-serum, permukaan asbescur dan
kemudian dihilangkan dart pirogen diabsorbsi pada permukaan
saringan melalui lapisan penyaring.
2. Menurut SDF (47)
Komponen pirogen dapat dirusak dengan oksidasi pemanasan
tinggi atau burding up. Dengan menggunakan temperatur tinggi
250C dari 30 - 45 menit atau 170C sampai 180C dari 3 - 4 jam.
Walaupun metode ini efektif untuk kontaminasi pirogen gelas dan
wadah dari logam, tapi itu tidak praktis dari logam. Pirogen didalam
larutan dihilangkan secara kimia oleh oksidasi dengan peroksid,
asamasam dan alkali tetapi bahan-bahan ini juga dapat merusak
obat-obat dan bahan kimia lainnya dalam larutan. Penyerapan
pirogen didalam asbes dan arang juga efektif digunakan tetapi
obat-obat dan bahan kimia lainnya dalam larutan juga dapat
dihilangkan secara sempurna.
18. Pengertian Tetes Mata
1. Menurut FI edisi III, hal : 10
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense
digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput
lender mata disekitar kelopak mata dan bola mata.
2. Menurut FI edisi IV, hal : 13
Larutan obat mata adalah larutan steril bebas partikel asing yang
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa
hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan obat larutan mata
membutuhkan perhatian khusus dalam tonisitas bahan obat, nilai
isotonis, kebutuhan akan dapar, kebutuhan pengawet, sterilisasi dan
kemasan yang tepat,
3. MenurutAnsel, hal: 541
Larutan mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk
dimasukkan kedalam mata.
4. Menurut Prescription, hal : 181
Secara umum larutan mata hams steril, mengandung bahan
pengawet mempunyai tekanan osmotic dan pH yang sarna dengan
cairan laksimal normal.
5. Menurut Scoville's, hal : 221
Larutan mata adalah larutan steril atau larutan minyak dari alcohol,
garam-garam alkaloid atau bahan lainnya yang ditnniukkan untuk
pemberian WcJ~ mata, Bila dalam bentuk larutan terut:ama hams
isotonis. Larutan untuk mata dimaksudkan untuk netibakteri,
anastesi, midriasis, miosis atau untnk tujuan diagnose larutan ini
juga. disebut tetes mata atau cairan,
6. Menurut FN, hal : 316
Tetes mata adalah sedian streil berupa larutan atau suspense,
digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput
lender mata disekitar kelopak mata dan bola mala.
7. Menurut RPS, hal : 1584
Dengan definisi semua bahan lengkap dalam keseragaman ini bukan
suatu masalah dan dengan sedikit gangguan pada penglihatan.
19. Syarat-syarat Tetes Mata
a. Menurnt Scoville's, hal 247
1. Steril
2. Pembawanya mengandung germisida untuk keutamaan sterilitas
3. Bebas dari partikel tersuspensi
4. Diracik dengan sempurna
5. Isotonis
6. Mengandung buffer
7.Diracik dalam wadah stern
b. Menurnt SDF, hal : 357
Larutan oftalmik memiliki sifat yang sarna dengan sediaan stern yang
lain yaitu hams stern dan bebas dari bahan partikulat.
c. Menurut Ansel, hal541
Selain steril preparat tersebut memerlukan oertimbangan yang cermat
terhadap faktor-faktor fannasi seperti kebutuhan bahan antimikroba,
isotonis, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.
d. Menurut RPS '", hal: 1588
1. Sterilisasi
Metode umum dari sterilisasi termasuk panas lembab dibawah
tekanan (autoklaf), panas kering, filtrasi, sterisasi gas dan radiasi
pengionan.
Bahaya obat non steril kemungkinan menghasilkan infeksi acular
yang serius dea penggunaan kontaminasi larutan oftalmik.
2. Kejemihan
Larutan mata harus bebas dari partikel-partikel dan kejemihan ini
diperoleh dengan cara filtrasi penggunaan aliran udara laminar
tertutup dan pemilihan pakaian tertutnp yang tidak digunakan
akan mengkintribusi secara efekrif pada sediaan yang
larutannyajemih bebas dari partikel asing,
3. Stabilitas
Stabilitas dari obat dalam larutan seperti produk oftalmik,
tergantung pada bahan obat, pH, metode dari sediaan, larutan
tambahan dan ripe pengemasan.
4. Dapar dan pH
Idealnya sediaan mata hams diformulasi pada pH yang ekivalen
dengan cairan mata yang nilainya 7,4, hal ini jarang diperoleh
karena bahan aktif yang digunakan adalah garam. Garam basa
lemah lebih stabil pada pH asam. Hal ini dianjurkan untnk.
suspense kortikoid yang tidak. larut, Beberapa suspense
biasanya paling stabil pada pH asam.
5. Tonisitas
Tonisitas mengacu pada tekanan yang digantikan oleh garam-
garam dalarn larutan berair, larutan mala isotonis dengan
larutan lainnya ketika daya tarik bahan kologarif larutan sarna
larutan mala dipertimbangkan ketika tonisitasnya sarna dengan
larutan NaCl 0,9 %.
6. Viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengikat viskositas
untuk memperpanjang waktu kontak.. dengan mala dan
selanjutnya memperkuat absorpsi dan ak.tivitas obat. Bahan-
bahan seperti metal selulosa dan hidroksi metal selulosa sering
ditambahkan untuk meningkatkan viskositas.
7. Zat tambahan
Kegunaan berbagai zat tambahan dalam larutan oftalmik
diizinkan, meskipun pemilihannya dalam jumlah sedikit.
Antioksidan secara spesifik natrium bisulfit, atau metabisulfit
diizinkan dan konsentrasi sarnpai 0,3 %, terutama larutan yang
mengandung epinefrin.
e. Menurut Parrot, hat ; 290
Obat dapat dimasukkan kedalam mala sepatutnya hams
diformulasi dan dipersiapkan dengan mempertimbangkan salah
samnya adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, sterilitas.
Sterilitas adalah diinginkan karena komea dan garis jaringan
bagian atas adalah media yang baik untuk miroorganisme.
1. Sterilitas
2. Dapar dalam larutan mata dipertimbangkan untuk :
a). Meminimalkan rasa sakit,
b). Menjamin kestabilan obat,
c). U ntuk mengontrol teropeutik obat.
3. Viskositas
Hanya. sebagian kecil dari zat pensuspensi digunakan dalam
fannasi yang mempunyai kejenuhan yang pantas pada mata,
biasanya. digunakan zat untuk menambah viskositas dari larutan
oftalmik ditambahkan polivirul, polietilglikol dan metal selulosa.


20. Tetes Mata Harus steril
a. Menurut SDF, hal: 357-358
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting, Larutan mata yang
dibuat dapat membawa banyak organism yang paling berbahaya
adalah Pseudomonas aeroginosa. Infeksi mala dari organism ini
dapat menyebabkan kebutuhan. Ini khususnya. berbahaya. untuk
penggunaan produk non sterll didalam mata ketika komea dibuka,
Bahan : partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pasien
dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya,
b. MenurntPrescription, hal: 181
Jika suatn batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata,
bahwa sedian mata hams ril. Air mata kecuali darah, tidak
mengandung antibody atau mekanisme untuk. memproduksinya, Oleh
karena itu mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata
secara sederhana aksi pertumhuhan oleh air mata dan sehuah enzim
ditemukan dalam air mata (Lyzozum) dimana mempunyai kemampuan
untuk menghidrolisa polisakarida dan heherapa organisme.
Organisme ini tidak dipengaruhi oleh aroma Lyzozum, satu yang
paling mungkin yang menyehahkan kerusakan mata adalah
Pseudomonas aeroginosa (Badllus pyocinces).
c. Menurut RPS lSd" haI: 1588
Bahaya ohat non steril, Pseudomonas aeroginosa (E. pyocyanus, P.
pycyanea, blue pass bacillus) ini merupakan m.o berbahaya dan
oppurtunis yang tumhuh hai pada kultur media yang menghasilkan
toksin dan zat atau produk antibakteri, cenderung untuk memhunuh
kntaminasi lain dan memherikan Pseudomonas aeroginosa untuk
tumhuh pada kultur murni bacillus gram + menjadi sumher dari iojeksi
yang serius pada komea ini. lni dapat menyehahkan kehilangan
penglihatan pada 2448 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh
jaringan mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba
didiskusikan pada bagian herikut dapat tidak efektif melawan
heherapa strain dari organisme ini.
21. Anatomi Dan Fisiologi Mata
a. Menurut RPS, hal 1561
Mata manusia adalah subjek yang menarik untuk peroberian partikel
dari obat, dasar lID dapat ditemukan dalam susunan anatomical dari
jaringan. Peroennukaan air dari penneabilitas roerobran komea.
Tindakan perlindungan dari kelopak mata clan sistem lakrimal
adalah seperti penghilangan dengan cepat dari bahan yang
dimasukkan dengan cepat pada bola mata, keeuali kalau bahan
cocok dalam volum kecil clan secara kimia dan fisiologis bercampur
denganjaringan permukaan.

Kelopak mata
Kelopak mata mempunyai dua fungsi pelindung roekanik pada kreasi
dan bulatan yang optimal pada daerah dekat komea. Kelopak roata
menjaga pengisi dari sekresi kelenjar lakrimal dan dikususkan pada
sel-sel yang terdapat dalam konjungtivitas mabkar. Ruang
penyokong mempunyai bentuk tipis yang terpisah secara langsung
lewat di depan bola mata, kantong yang mengalami perluasan dapat
naik dan turun dimana kantong-kantong tersebut disebut ruang
superior dan interior dari semua tempat ( cul-de -sac). Dua manfaat
kelopak mata adalah sebagai pelindung mekankik dari bola mata
dan menciptakan lingkungan bergerak optimum untuk komea,
kelopak mata dibasahi dan tetap berisi cairan roelaluisekresi kelenjar
lakrimal fan sel-sel khusus yang terdapat dalam konjungtiva.Ruang
tersebut memiliki uiung celah, yang sempit yang langsung melewati
bagian depan bola roata dengan gerakan ke atas dan ke bawah
(ruang bawah)dan saluran rongga tersebut secara elipitik diantara
kelopak rnata disebut celah polpebral.
Bola Mata
Dinding bola mata manusia (gugus, bulat) disusun oleh 3 lapisan
yaitu:
1.Lapisan Vibrow Luar
2. Lapisan vaskular tengah yang terdiri dari komea, badan silaris dan
iris
3. Lapisan nervous-Retina
Rumah bola mata merupakan bagian bola mata yang
menyebabkan pengurangan endepalbar dari luar yang terbentuk
dari retina, dimana merupakan membran tipis yang tenbus cahaya
yang mana mata ini terdiri dari susunan komea pupil, lensa kristalin
dan retina dengan Iapisan cairan jemih atau gel seperti bahian yang
ditempatkan pada antara struktur padat. Iris mernpunyai pupil dari
sekitar lubang tengah dalam membran kontraktil partisi. Lensa
krostalin ini adalah elemen refleksi dengan pengontrolan dan
didukung oleh otot yang bersambung ke dalam badan sklirat,
Terdapat eairan humous oraskular dari mala. Ruang bola mata
merupakan alat optik yang tampak cenderung jika dilihat dari Iuar
dan terbentuk pada retina merupakan membran transmukular yang
tipis. Alat-alat optik meliputi pupil, kornea, lensa mata dan retina
yang dengan cairan berlapis-lapis atau berupa bahan seperti gel,
yang terletak di antara struktur, Struktur pu pil berupa lubang
bundar disekeliling partikel membran kontraktil (iris) yang bertindak
sebagai celah dari sistem, lensa kristalin adalah elemen pembiasan
cahaya dan terkontrol serta didukung oleh pengganbungan urat-
urat dalam saluran silisa. Koroid adalah support metabolik untuk
retina.
Fungsi optik dari mata adalah untuk stabilitas dimesinya yang
dilengkapi dengan Iapisan berserat terluar Iebih efektif sebagai
faktor stabilitas yang mana tekanan muskular yang dengan adanya
tekanan tersebut dapat melindungi jaringan-jaringan
disekelilingnya. Tekanan intraokular ini menghasilkan produk cairan
yang baik humoral encer yang berasal dari proses siliasi dan
kelopak mata melalui suatu sistem yang rumit, Dengan
penambahan fungsi hidromekanik ioi humoral encer tersebut
bertindak sebagai carrier dan nutrien, substrat dan metabolit untnk
jaringan vaskular untuk mata, Tulang tengkorak yang mempunyai
ruang terbentuk plasmid pada bola mata disbeut orbit.
Konjungtiva
Membran konjungtiva terletak pada permukaan luar dari bagian
putih pada kelopak mata. Tempatnya terikat longgar sehingga
memungkinkan gerakan bebas dari bola mata. Konjungtiva
merupakan bagian terluar dari mata.
KORNEA
Komea dengan tebalan 0,5 - 1 rom terutama tersusundari ;
Komea Epitelium Substitusi Propria (stromal) Endotelium Komea
Komea bersifat transparan untuk berdifusinya cahaya, besar
kornea tersusun dari serat-serat dan sel serta tidak adanya
pembuluh darah. Epitelium korne amemberikan sifat barier yang
efisien dalam melawan serangan bakteri.


b. Menurut PDF II ; 542
Bola mata secara esensial terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar,
pelindung tonik terbuat dari skera, bagian putih dari mata dan
kornea, lapisan transparan yang jemih, lapisan tengah terutama
vaskular tadi kolid, badan siliar dan iris. Lapisan dalasm adalah
retina terdiri dari sistem saraf penglihatan. Anatomi dari mata
manusia ditnniukkan dalam gamabar. Untuk mengenal beberapa
lapisan okuler untuk pertahanan yang lebih baik dari fungsi-
fungsinya dan keterlibatannya dalam pemilihan ,penyakit mala
sedikitnya untuk menenmpatkannya lokasi spesifik dari aksi obat
tennasuk : Koqjungtiva, Kornea, Kantong dalam, Kantong luar,
Salman sehlerm, Trobekcular, Iris, Badansiliar, Otot siliar,
Wadahkaca, Retina, Cakra optic, Bungkusan saraf optic, Vena dan
arteri pusat retina.
Konjungtiva
Permukaan korne adan konjungtiva dilubrikasi oleh cairan film, selaput
air mata prekomeal, sekresi dari kelenjar lakrimal, air mata diantarkan
melewati. Sejumlah saluran kacil kemudian memasuki kumix
konjungtiva. Sekresi-sekresi jemih cair meliputi air yang terdiri dari 0,7
% protein dan enzim lysosim. Lapisan protein musin dari selaput
terutama menjaga kestabilqan dari selaput. Kelenjar sebaseus dari
kelopak mata mengsekresikan cairan minyak yang dapat
membantn menurunkan penguapan dari permukan mala melalui
penyebaran pada seluruh selaput air mata, Selaput air mata terdiri
dari lapisan lemak luar yang tipis. Hal ini diperbaharui setiap kali
pengedipan dan sudut yang kering terjadi ketika kedipan diatur.
Air mata dialirkan dari mata oleh saluran lakrimal dimana menuju
ke dalam bagian bawah dari saluran nasolakrimal. Aliran dari air
mata memasuki hidung terjadi karena gaya gravitasi seperti gaya
kapilaritas .
kornea
kornea adalah transparan, biasanya cahaya berdifusi secara luas
karena dari susunannya yang terdiri atas sel dan serabut serta
karena tidak memiliki pembuluh darah, Pengaburan komea sdapat
disebabkan oleh sama atau lebih faktor termasuk penekanan yang
berlebihan pada bola mata yang disebut glaukoma, kerusakan
jaringan komea luka, injeksi atau kekurangan oksigen serta hidrasi
berlebihan seperti yang teriadi selama pemakaian yang tidak tepat
dari kontak lensa. Komea ketebalannya 0,5-1 mm terutama terdiri
dari ; Epitelium, Membran, Bowman, Stroma, Membran
Descemen, Endothelium. Kornea bersifat transparan untnk
menerima difusi cahaya cukup besar k.arena laminar khusus yang
terbuat dari sel-sel dan sera! dan tidak adanya pembuluh darah.
Iris
Fungsi utama dari iris adaIah untuk mengatur jumlah cahaya yang
diperoleh retina. 2 kelompok otot yaitu spinter dan dilatar bekerja
secara berlawanan untuk mengontrol jumlah cahaya yang
diperoleh retina. Otot-otot ioni didukung oleh rangsangan kolinergik
dan adrenergik. Granul-granul pigmen dari epitelium iris
menyerapo cahaya sebaik otot loifilik jenis ikastan ini secara
karakteristik reversiblel melalui pelepasan bahan obat sepanjang
waktu. Biasanya afmitas ikatan yang rendah adalah yang non-
spesifik. mengindikasikan bahwa afinitas tinggi dari reseptor obat
tidak tercapai, sebagai hasil iris dapat berfungsi reservoir untuk
beberapa konsentrasi obat dan kemudian pelepasan dari obat-obat
terse but untuk waktu yang lama dibandingkan yang tidak di
harapkan.
Badan Siliar
Fungsi utama dari badan siliar adalah untuk menghasilkan
aqueous humor. Aqueous humor terdiri dari u1trafiltrat jernih dari
plasma darah, sejumlah besar protein bersam-sdama dengan
beberapa bahan aktif berpindah melalui barier aqueous darah
seperti askorbat banyak terdapat kapiler dalam badan silia. Obat-
obat sistemik memasuki hidung interior posterior, sebagian besar
dengan melewati vaskular badan siliar dan kemudian berdifusi ke
dalam iris dimana mereka dapat memasuki aqueous humor.
Aqueous humor
Aqueous humor adalah aqueous yang dibentuk. dari badan siliar dan
menempati kantung posterior dan anterior, memiliki volume kurang
lebih 0,2 ml walaupun total volume dimrunkannya dengan adanya
pertumbuhan lensa. Absorbsi obat melalui komea dapat tinggal pada
aqueous sehingga dapat disebut sebagai rute konversional atau
menembus dinding irirs atau lapisan-lapisan lain.
Kristallensa
Lensa normal manusia terdiri atas 2 lapisan epitelium itu bertambah
untuk menjadi tebal, lapisan fleksibel yang tersusun atas sel-sel pada
yang terbungkus oleh protein jemih yang dikenal sebagai kristal.
Kantong cahaya
Kantong cahaya terisi oleh cairan kental, vitrious humor, dimana
bersifat viskoelastis berhubungan dengan fleksibel yang tersusun atas
sel-sel pada yang terbungkus oleh proteinjernih yang dikenal sebagai
kristal.
Retina
Retina dan pigemen epitelium bersama-sama membentuk. struktur
multi laminard kompleks dimana agak lebih dibandingkan 2/3 dari bola
mata. Retina adalah struktur sensorik yang terdiri dari sel-sel yang
merespon stimulasi visual melalui reaksi fitokimia.
Saraf optik dan Cakra optik
Saraf optik dan cakra optik adalah kumpulan dari serabut saraf mielin
dimana jumlah output dari proses perpindahan retinainformasi ritual
diproses dan diterima dalam retina setelah melewati saraf optik.
menuju ke kulit serebral dimana selanjutnya ditempari oleh integrasi
kemudian cakram optik. menghubungkan pusat anterior ke saraf optik.
Lapisan Prokomeal
Kome harus basa secara optik. cukup untuk membasahi permukaan.
.Iika kering karena kehilangan permukaan halus yang transparan dari
lapisan prakomeal bagian dari cairan mata ini penting untuk
memberikannya permukaan yang lembab tergantnng pada kondidi
epitelium komea. Lapisan prokomeal sesuai dengan kedua preparat
mata yang berair dan berlemak tersusun atas lapisan tipis inert koloid.
Lapisan ini menjadi lebih barn ssetelah kedipan dan ketika kedipan
ditahan baik oleh obat dan apapun secara mekanik. Hal ini
menunjukkan ketidak efektifan dengan penambahan konsentrasi
sampai 2 % kedalam cairan konjungtiva. pH dibawah 4 atau diatas
yang menyebabkan gangguan lapisan ini cenderung bergerak dari
kontak lensa dan bentuk yang lebih mudah dari gelas dari pada
plastik.
22. Cairan Lacrimal
a. Menurut DOM Martin, hal 883-884
Cairan lacrimal dalah suatu produk yang menyangkut pengeluaran
kelenjar/penekan dan tak satu disaring darah . lysozyme adalah
suani enzim yang terdapat di air mata, telah didalilkan untuk
menganugerahkan tindakan bersifat melindungi organisme;
bagaimanapun adalah tidaklytic ke organisme pathogenic. Anehnya
cairan kaya secara keseluruhan protein- (yang! kira-kira 0,7% w/v-
yang menyokong dengan mantap untuk penyangga asam-basa pada
karakteristik dari air mata, Jika tetesan lacrimal cairan yang tunggal
diunjukkan ke udara, C02 akan lepas, dan pH akan naik diatas 8 dan
kemudian, pelan-pelan, untuk sekitar 9. pH dari air mat.a encer
lapisan dalam yang berhubungan dengan permukaan mat.a dengan
range 7,4 hingga 8,0 tergantung pada derajat tingkat transfer C0
2

dari sel epitel ke dalam air mata dengan lapisan dan tingkat
hilangnya C0
2
oleh atmospir.
Karaktersitik. osmotik pada literatur berkenaan dengan farmasi 1930,
rim] adalah sering dinyatakan bahwa lacrimal cairan adalah iso-
osmotik dengan 1,4% larutan NaCl. ini ini terlihat kembali pada kerja
luminare dan chevrotier. Bekerja dengan kuat dan digunakan
digunakan dari larutan hipotonik. hams dihindarkan dan, sampai di
sini, mengusulkan tetesan mata itu disiapkan dengan melarutkan
unsur yang aktif di dalam 1,4% larutan NaCI tanpa memandang itu
efek osmotik..
Permukaan konjungtiva clan kome tipis serta dibasahi oleh lapisan
cairan yang disekresikan oleh kelenjar konjungtiva dan air marta,
sekresi dari kelenjar lakrimal adalah aair mata diantara melalui
sejumlah saluran tipis k.edalam formus koniungtiva yang dikeluarkan
yaitu larutan berair jemih yang mengandung sejumlah garam-garam
glukosa. Campuran organik lainnya kira-kira 0,1%. Protein dan enzim
lisozim. Kehidupan yang spontan meliputi lapisan cairan dengan
menekan suatu lapisan tipis dari cairan sepanjang pinggir kelopak
selerti pada saat keluar bersama-sama kelebihan cairan ditujukan
kepada eairan lakrimal (sualu daerah segitiga kecil yang terletak
dalam sudut yang terikat pada bagian dalam kelopak). Air mata
disalurkan dari bagian lakrimal oleh dua pupil kecil (kanaleuri
lakrimal) yang akan menuntun ke bagian yang paling baah dari
permukaan mata. Saluran air mata ke bagian le hidung tidak
tergantung hanya pada gravitasi. Cairan masuk dan melalui
sepanjang dengan kerja kapilari yang dibantu oleh kontraksi otot
yang melekat pada kelopak mata saat kelopak mata tertntnp seperti
pada waktu berkedip. Kontraksi otot menyebabkan dilatasi dan
bagian bawah dipaksa untuk ke saluran nasolakrimal pada
permukaan dalam hidung. Pada saat kelopak terbuka jangan
menyentuh penetes pada mata dengan jari agar tidak mengiritasi
selama digunakan pada ruang dengan mata. Kebutuhan yang terjadi
secara tiba-tiba menambah sejumlah lapisan cairan dengan
mendesak lapisan tipis dai cairan menuju kesisi kelopak mat:a.
Keberadaan cairan yang secara langsung masuk ke dalam lakrimal
daerah tranguler yang terdapat dalam sudut kelepak mala, kulit dari
kelopak mala paling tipis dan membiarkan eelah pada palpebral
terbuka dan tertutup secara cepatpergerakan kelopak mata terrnasuk
penyempitan celah parpebral dari canthus lateral. Menuju ke canthus
medial (canthi; sudut dimana kelopak mata bertemu) ini membantu
transport dan pergerakan cairan menuju Jakrimal. Air mata adalah
aliran air dari danau (kelenjar) lakrimal dari dua tube kecil. Lakrimal
canlicui yang mengikuti bagian alas dari saluran nasolakrimal
luasnya dimulai yang mana disebut kantong lakrimal. Aliran air mara
ke dalam neuse tidak tergantung pada gravitasi
23. Pengertian Steril
a. RPS 18
tb
: 1470
Steril adalah ketidakhadiran atau tidak adanya mikroorganisme
yang hidup
b. DOM Martin Hal 241
Steril adalah biasanya kontaminasinya dibuat sangat kecil
c. SDF: 37
Steril adalah bebas dari mikroorganisme yang dipastikan pada
permukaannya dengan mempengaruhi / menaklukkan suatu produk
dalam proses sterilisasi yang sah, kemudian pengemasan produk
dalam suatu bentuk ini menjamin penerimaan dari karakteristiknya.
Istilah steril adalah suatu kemutlakan dan seharusnya tidak
digunakan atau dipertimbangkan secara relatif sebagai suatu bagian
atau kebanyakan steril.
d. Lachman 3 : 1254
Steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Konsep ini mengatakan bahwa steril adalah istilah yang
mempunyai konotasi relatif dan memungkinkan menciptakan
kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga
atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
e. Ansel: 399
Steril adalah bebas dari pencemaran mikroba
f. PTM: 120
Suatu produk steril didefinisikan dalam istilah praktis sebagai suatu
bentuk yang mikroorganisme hidup tidak dapat dibebaskan ketika
dimusnahkan untuk suatu prosedur pengujian sterilitas.
24. Definisi Sterilisasi
a. Menurut Ansel hal410
Proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan
sporanya atau menghilangkan secara lengkap mikroba dan sediaan.
b. Menurut Lachman hal1252
Proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril dalam
kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup.
c. Menurut RPS 18th hal1470
Proses dimana semua bentuk mikroorganisme dihilangkan atau
dihancurkan berdasarkan pada fungsi yang memungkinkan.
d. Menurut Scoville's hal403
Proses untuk membunuh atau menghilangkan bakteri dan
mikroorganisme lain.
e. Menurut Parrot hal274
Proses membunuh atau menghilangkan mikroorganisme dan massa
hidupnya.
Sterilisasi biasa dilakukan secara kimia mekanik dan fisika.
f. Menurut SDF hal37
Sterilisasi adalah keadaan absolut dan tidak pernah dapat
digunakan atau di pertimbangkan dengan hampir steril atau
sebagian steril.
25. Metode Sterilisasi
a. Menurut PTM hal121
1. Metode sterilisasi Kimia (destruksi)
Berhubungan dengan antibiotik, fenol, senyawa amonium
kwartemer, alkohol atau berhubungan dengan gas seperti etilen
oksida, formaldehid asetat.
2. Radiasi (destruksi) Sinar ultraviolet 253,7 nm, radiasi plasma
(laser)
3. Radiasi peng-ion, sinar gamma (Co 60)
4. Termal Radiasi (destruksi) Pemanasan kering 170C kurang
lebih 120 menit atau pemanasan basah pada suhu 121C.
5. Filtrasi (perpindahan atau penghilangan) Diperkenankan
penetrasi partikel maksimum berdiameter 300 nm (membran
dengan ukuran pori-pori 0,2 J.1m)

b. Menurut Parrot hal 274
1. Steam Underpressure
2. Pemanasan kering
3. Penyediaan bakteri
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi radiasi
c. Menurut Lachman hal1263
1. Sterilisasi Fisika
Metode Panas: Pemanasan kering, pemanasan lembab
Metode non-panas: Sinar UV radisai pengion, penyaringan
2. Sterilisasi Kimia
Sterilisasi gas : Etilen oksida Desinfeksi permukaan

26. Cara-cara Sterilisasi
a. Menurut Ansel hal 411
1. Sterilisasi uap (lembab panas)
Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air
dengan tekanan. Sebagian besar produk farmasi tidak tahan panas
dan tidak dapat di panaskan dengan aman pada temperatur yang
dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering (lebih kurang 170C). Bila
ada kelembaban (uap air, bakteri terkoagulasi dan dirusak pada
temperatur yang lebih rendah dari pada bila tidak ada kelembaban.
Kenyataan, sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih
mudah dibunuh. Spora-spora yang kadar aimya relatif rendah lebih
sukar dihancurkan
. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah
karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial organisme tersebut, adanya uap air yang panas dalam sel
mikroba, menimbulkan keusakan pada ternperatur yang relatif
rendah. Kernatian oleh pernanasan kering timbul karena sel
mikroba rnengalami dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-
pelan atau proses oksidasi. Karena tidak mungkin untuk
rnendapatkan uap air dengan temperatur diatas 100 C pada kondisi
atmosfer, maka tekanan digunakan untuk rnencapai temperatur
yang lebih tinggi diternukan bahwa bukan tekanan yang
menghancurkan mikroba, tetapi temperatur tekanan digunakan
untuk meningkatkan temperatur, waktu juga merupakan faktor
penting dalam penghancuran mikroba oleh panas. Sebagian besar
outoklaf modem mernpunyai skala ukuran untuk menunjukkan pada
operator kondisi temperatur dan takanan dalam dan peralatan
waktu untuk beban outoklaf tersebut dan penetapan waktu yang
dibutuhkan untuk sterilisisasi sesudah sistem mencapai temperatur
yang ditentukan, adalah sebagai berikut :
Tekanan 10 pound (115,5
0
C), untuk 30 menit Tekanan 15 Pound
(l21,SoC), untuk 20 menit Tekanan 30 Pound (l26,50C), untuk 15
menit Dapat akibat makin besar tekanan yang digunakan makin
tinggi temperatur yang dicapai dan makin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk sterilisasi. Metode ini juga digunakan oleh larutan
dalam jumlah besar, alat-alat gelas pembalut operasi dan
instrument.
2. Sterilsasi panas dan kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril
yang dirancang khusus untuk tujuan ini. Oven dapat dipanaskan
dengan gas atau listrik umumnya temperatur diatur secara
otomatis. Sterilasasi panas kering, biasanya ditetapkan pada
temperature 160C sampai 170C dengan waktu tidak kurang dari 2
jam.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-
senyawa yang tidak efektif disterilkan dengan uap air panas.
Snyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin, berbagai
prod uk minyak seperti petrolatum, petrolatum cair (minyak
mineral), paraffin dan berbagai semuk yang stabil oleh pemanasan
seperti ZnO. Juga efektif untuk sterilsasi alat-alat gelas dan alat-alat
bedah. Dan juga merupakan metode pilahan bila dibutuhkan
peralatan yang kering atau wadah yang kering seperti pada
pengemasan zat-zat kimia kering atau larutan bukan air.
3. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi dengan penyarimgan tergantung pada penghilangan
mikroba secara fisik dengan absorbsi pada media penyaring atau
dengan mekanisme penyaringan, digunakan untuk sterilisasi
larutan yang tidak tahan panas. Sediaan obat yang disterilkan
dengan cara ini menjalani pengesahan yang ketat dan
memonitoring karena efek produk hasil penyaringan dapat
dipengaruhi oleh banyaknya mikroba dalam larutan yang difiltrasi.
Keuntungan utama saringan bakteri meliputi kecepatan pada
penyaringan sejumlah larutan, kemampuan untuk mensterilkan
secara efektif materi-materi yang tidak tahan panas, peralatan yang
dipergunakan relatif tidak mahal dan mikroba hidup dan mati serta
partikel-partikellengkap semua dihilangkan dalam larutan.
Satu kekurangan penyaring bakteri yang serius adalah
kemungkinan kerusakan bentuk penyaring sehingga ketidakpastian
kesterilan hasil penyaringan tidak dapat ditemui pada cara
sterilisasi kering panas atau lembab panas dimana prosedumya
dikatakan menjamin steriliasasi yang efektif.
4. Sterilisasi gas
Beberapa senyawa yang tidak tahan panas dan uap dapat
disterilkan dengan memaparkan gas etilen oksida adalah propilen
oksida. Bila dibandingkan dengan cara-cara lain poada umumnya
sterilisasi dengan gas dipertinggi dan waktu pemaparan yang
dibutuhkan memendek dengan meningkatnya kelembaban relative
dari system (sampai kira-kira 60 %) dan dengan peningkatan
temperatur memerlukan waktu pemaparan (sampai anatara 50C-
60C).
Umumnya sterilisasi dengan gas etiten oksida memerlukan waktu
pemaparan 4 - 16 jam. Diduga kerja etilen oksida sebagai
pensterilan, adalah dengan mengganggu metabolisme sel bakteri,
diduga pada pemakaian khusus tertentu seperti pada peralat
operasi dan kedokteran dan alat-alat seperti cateter, jarum, alat
suntik plastik sekali pakai (disposable). Pada pengemasan aklhir
dengan plastik dengan sebelum pengiriman. Gas juga dapat
digunakan untuk mensterilkan berbaga sediaan enzim tertentu yang
tidak tahan panas. Antibiotik-antibiotik tertentu dan obat-obat lain
dengan melakukan pengujian-pengujian untuk menjamin tidak
timbul reaksi kimia atau efek merusak obat.
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan
Tehnik-tehnik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis
sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar katoda,
tetapi penggunaan tehnik-tehnik ini terbatas karena memerlukan
peralatan yang sangat khusus dan pengaruh-pengaruh radiasi
seperti produk-produk dan wadah-wadah. Mekanisme yang pasti
mekanisme mengenai pengsterilan obat atau sediaan dengan
radiasi masih diselidiki dari beberapa teori yang dianjurkan adalah,
ikut terlibat dalam kegiatan kimiawi atau membantu
mikroorganisme membentuk senyawa kimia baru yang dapat
merusak sel. Teori lain mengatakan bahwa struktur utama sel
seperti neoleoprotein (protein inti), kromosom dirusak atau
dikacaukan seluruhnya dan kerusakan itu menetap.
6. Penyaringan
Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel,
termasuk mikroba dari larutan dan gas tanpa menggunakan panas.
Idealnya jaringan tidak harus mengubah larutan atau gas dengan
segala cara juga tidak menghilangkan konstituen yang diinginkan
atau membawa komponen-komponen yang tidak diinginkan.
Persyaratan ini pada dasamya membatasi jenis penyaring yang
sekarang digunakan untuk jenis polimer. Lagi pula hampir semua
yang sekarang ini dipakai untuk larutan parenteral dan gas adalah
jenis membran yang jaringan tipis yang memisahkan dengan
mengayak. Bila suatu penyaring benar untuk memisahkan
konstituen dari suatu larutan maka pemisahan itu biasanya karena
fenomena adsorbsi yang merupakan fenomena permukaan yang
hanya terjadi selama bagian pertama filtrasi yakni sampai
permukaan penyaringjenuh dengan molekul atau ion yang
diabsorpsi. Serangan yang paling sering terhadap penyaring itu
sendiri adalah karena sifat-sifat pelarut dari zat pembawa produk
parenteral tertentu karena zat pelarut larutan parenteral yang paling
sering digunakan adalah air dan penggunaan jenis zat pelarut lain
terbatas maka hal ini biasanya tidak menjadi masalah. Lagi pula
pengembangan penyaring membran yang tersusun dari bahan-
bahan yang mempunyai resistensi tinggi terhadap kebanyakan zat
pelarut farmasi telah lebih jauh mengurangi masalah ini. Penyaring
membran biasanya tersusun dari polimer plastik, termasuk selulosa
asetat dan selulosa hidrat, nilon, polifinil klorida, polikarbonat,
polisulfat, dan Teflon. Kadangkadang logam yang dikompakkan
seperti baja anti karet dan perak digunakan bila diperlukan
karakteristik tahan lama yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai